Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Jika Terkena Puing Roket China, Ajukan Saja Klaim ke Negaranya

8 Mei 2021   03:48 Diperbarui: 9 Mei 2021   09:21 3171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roket China. Foto: STR/AFP via KOMPAS.COM

Pada 29 April, roket Long March 5B atau Chang Zeng-5 berkelebat membelah langit China. Asap yang membuncah di daratan seperti meninggalkan pesan berbau eforia, bahwa satelit ruang angkasa milik China telah berangkat, era baru ruang angkasa China telah tiba. 

Keberhasilan China saat itu kontras dengan India yang sedang "meratap" dalam asap yang berkobar dari tempat krematorium. Sebuah foto kontroversial sempat diunggah oleh Komisi Sentral Urusan Politik dan Hukum dari PKC di akun Weibo resmi pemerintah .

Terlepas dari kontroversial tersebut, faktanya roket jumbo pembawa modul Tianhe (Surga yang Harmonis) telah melesat mulus untuk mencapai Low Earth Orbit (LEO) atau orbit terendah bumi di ketinggian 370 km di atas permukaan bumi tempat stasiun ruang angkasa internasional (ISS) mengorbit.

China bukan anggota ISS dan tidak pernah ada anggota ISS asal China hadir di stasiun ISS. Mungkin itu sebabnya negeri Panda tersebut terobsesi membuat ISS-nya tersendiri yang diberi nama Tianhe di lintasan LEO.

Setelah selesai mengantar modul Tianhe ke titiknya seharusnya dia kembali ke bumi pada 6 Mei 2021. Tapi teknisi di bumi tak mampu mengontrol pergerakannya. Badan roket itu telah mati, tak terhubung sama sekali seluruh instrumennya.

Teleskop Elena yang coba memonitor pergerakan LM-5B pada 6 Mei 2021 memberi informasi bahwa posisi LM-5B ketika itu pada jarak 700 km dari bumi dan setelah itu pelan-pelan masuk kembali ke dalam gravitasi bumi dengan kecepatan 27.600 km/ jam.

Kini roket LM-5B bersiap masuk ke atmosfer bumi yang diperkirakan terjadi antara 8 Mei atau paling lambat 11 Mei 2021. Ketika masuk ke dalam atmosfir bumi roket sepanjang 30 meter tersebut mungkin akan terbakar sebagian dan menjadi puing-puing. 

The Guardian mengatakan di antara puing yang sangat menegangkan itu adalah pipa sepanjang  30 meter seperti pernah terjadi pada roket China CZ-5B yang gagal dan jatuh pada 12 Mei 2020 lalu menyisakan sebuah pipa sepanjang 12 meter berdiameter 10 cm di Mahounou, sebuah desa kawasan Cote d'Ivory, Afrika. 

Skuadron ke 18 Angkatan Udara AS dari unit pengontrol benda ruang angkasa memperkirakan benda sepanjang 30 meter, lebar 4,6 meter dan berat 21,5 ton tersebut akan masuk ke atmosfer pada 11 Mei 2021 pada pukul 11.33 pagi waktu AS. 

Roket sedang lumpuh itu meluncur secara alami ke bumi dengan sudut 41,5 derajat ke utara bumi dengan kecepatan 7 Km per detik sebagian besar mungkin akan terbakar dan meninggalkan puing-puing sekitar 20% hingga 40% badan roket. 

Jonathan McDowell seorang ahli Fisika dari Harvard University memberi perumpamaan, puing-puing LM-5 setara dengan reruntuhan pesawat kecil dalam area 100 mil. 

Secara teoritis bumi terdiri dari daratan 30% dan lautan 70% maka potensi jatuhnya benda-benda angkasa akan lebih banyak terjadi di lautan.

Namun itu bukan soal luas antara laut dan daratan, berdasarkan sudut datang pada kemiringan 41,5 derajat ke utara dan ke selatan dari khatulistiwa dan kecepatan 27.600 km per jam diprediksi sisa pecahannya akan menghujam beberapa kawasan New York, Istanbul, Sebagian Asutralia, New Zealand, Amerika Utara dan pantai pasifik selatan, India dan termasuk China sendiri.

Bagian arsir merah adalah lokasi berpotensi besar jatauhnya puing roket Long March-5B. Sumber gambar : futuretechtrends.co.uk
Bagian arsir merah adalah lokasi berpotensi besar jatauhnya puing roket Long March-5B. Sumber gambar : futuretechtrends.co.uk
Pantas AS dan sejumlah negara termasuk Australia merasa terganggu meskipun soal puing-puing angkasa tersebut telah diatur dalam Perjanjian Luar Angkasa atau Outer Space Treaty (OST).

Jika puing-puing hasil kegiatan di luar angkasa termasuk di bulan dan benda langit lainnya menimbulkan kerusakan lingkungan, harta benda, melukai bahkan meninggal dunia di sebuah negara maka yang bertanggung jawab adalah negara pemilik puing satelit tersebut.

Hal itu diatur dalam Outer Space Treaty (OST ) yang mulai berlaku 10 Oktober 1967 dan telah ditandatangani dan ratifikasi oleh 111 negara (termasuk Indonesia). Selengkapnya dapat dilihat di OST.

Di lintasan orbit bumi tak kurang 20 ribuan objek sampah luar angkasa berukuran di atas 30 cm di lintasan GEO dan berukuran di atas 10 cm di lintasan LEO, itu belum termasuk ratusan ribu ukuran di bawahnya.

Tampak kecil tapi dampaknya sangat dahsyat. "Di lintasan orbit, benda seukuran 1 milimeter (mm) dapat merusak sub sistem satelit, objek 1 cm dapat menonaktifkan satelit dan objek sebesar 10 cm dapat menghancurkan satelit secara dahsyat," ujar Tomasso Sgobba pejabat teras di ESA (European Space Agency's) di SatelliteToday.com.

Meski sudah diatur sedemikian rupa oleh PBB tapi tidak mudah melakukan klaim karena sangat sulit mengidentifikasi sampah angkasa dari negara mana asalnya. 

Sebuah contoh, Cosmos 954 salah satu satelit pengintai Uni Soviet dirancang untuk memonitor pergerakan armada laut dan pesawat tempur AS. Satelit ini bertenaga nuklir ini diluncurkan pada awal 18 September 1977  lalu jatuh pada 24 Januari 1978 menimpa kawasan Kanada utara sepanjang 600 km dari Great Slave lake ke Baker Lake.

Tidak jelas apakah ada atau tidak ada kerugian harta benda dan jiwa warganya, namun Kanada mengajukan klaim senilai 6 miliar dollar termasuk biaya operasional pembersihan lingkungan terpapar radioaktif satelit Soviet yang meledak tersebut.

Uni Soviet baru membayar pada 2 April 1981 sebesar 3 juta dollar itu pun hanya untuk Kanada, tidak termasuk kompensasi untuk AS yang membantu Kanada sebesar 2,5 juta dollar dalam berbagai bidang.

Dari Beijing ke New York di belahan utara dan dari Sydey  ke Chili di belahan Selatan sangat banyak kawasan zona merah (berpotensi jatuhnya puing-puing LM-5B) walaupun peluangnya sangat kecil. Sebaliknya lautan Pasifik utara, Pasifik selatan, samudra Hindia dan Atlantik utara justru berpeluang lebih besar tempat jatuhnya puing-puing si bongsor LM-5B di sana.

abanggeutanyo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun