Terbongkarnya mafia penjual stik bekas pakai untuk swab antigen di Bandara Kualanamu Medan membuat banyak orang terkesima, ternyata masih ada orang atau sekelompok orang tampaknya "tenang-tenang saja" melanggar protokol kesehatan (Prokes), padahal pelanggaran itu berdampak pada peningkatan kasus dan sebaran baru baru Covid-19.
Orang-orang berpendidikan biasa, hidup berpeluh keringat mencari rezeki menyambung hidup hari ini saja kini makin menyadari perlu menerapkan prokes karena kuatir terinveksi covid-19 atau menularkan pada orang lain. Langkah pencegahan prokes paling sederhana mereka lakukan adalah memakai masker.
Namun jika ada kelompok secara ekonomi sudah mapan, berpendidikan tinggi, sudah paham betul dengan teori mencegah sebaran virus corona tapi justru mereka yang menistakan prokes tersebut, rasa-rasanya tidak ada sebutan yang paling tepat untuk mereka selain sebutan "Tidak Manusiawi."
Sejumlah petugas PT. Kimia Farma Diagnostika (cucu perusahaan Kimia Farma) yang buka gerai di Bandara Kualanamu terbukti menggunakan stik bekas pakai untuk swab antigen.
Seharusnya mereka tahu bahwa barang bekas itu termasuk kategori limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Ini adalah salah satu penegasan terlarang dan sudah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan (KMK) 3602 Tahun 2021.
Tindakan mereka tergolong mencelakai dan merugikan manusia di tengah upaya negara bahkan dunia melawan Covid-19.
Menurut pengembangan polisi, selama 3 bulan beroperasi mereka telah meraup pendapatan sedikitnya 1,8 miliar rupiah dengan rincian rata-rata jumlah penumpang yang diswab setiap hari 100 orang x 90 hari x Rp 200.000 (biaya swab antigen).
Jika jumlah rata-rata penumpang melebihi 100 orang setiap hari, hitung sendiri berapa pendapatan dari ulah manusia yang tidak manusiawi tersebut.
Menurut hasil pengembangan terkini, Plt Business Manajer Laboratorium Kimia Farma Medan, berinisial PM mendapat Rp 30 juta dalam sehari untuk dirinya sendiri dari pelayanan di Kualanamu.
Bukan jumlah pendapatan dan keuntungan yang mereka raup itu jadi fokus artikel ini, fokusnya adalah perbuatan tersebut mencederai dan membahayakan kelangsungan hidup orang banyak yang sedang berperang melawan Covid-19.
Seperti tidak ada rasa empati melihat negara menghabiskan ratusan triliun dan orang-orang sedang berkorban demi waktu agar pandemi dapat segera berakhir, jangan sampai terjadi pandemi gelombang dua atau apapun sejenis itu.
Sejumlah negara menderita karena lockdown berkali-kali, hampir menyebabkan resesi. Penduduknya bersabar agar sang virus pembawa pandemi Covid-19 dapat berlalu.
Banyak karyawan dan buruh harus dirumahkan, ada terkena PHK akibat perusahaannya terganggu cash inflow-nya . Sebagian orang hilang pekerjaan dan penghasilan, tapi mereka terpaksa telan pahit bagaimana agar dapat menegakkan kelangsungan hidup keluarganya.
Petugas keamanan bekerja keras memaksa warga kurangi atau larang beraktifitas, work from home, PSBB, social distancing, tidak boleh bersekolah sampai ada yang mendapat hukuman disiplim mungut sampah di selokan atau parit, agar masyarakat disiplin memutus rantai pandemi.
Banyak warga menjerit dilarang mencari rezeki dan akhirnya terpaksa menerima meski ada juga yang berontak demi sesuap nasi untuk hari ini.
Itu semua bentuk - bentuk pengorbanan riel dan sering terlihat kita hampir setiap hari, tapi mungkin saja semua itu biasa-biasa aja bagi oknum seperti di atas sehingga mereka tenang-tenang saja bahkan melihat ada celah keuntungan berlimpah dibalik sedikit saja modifikasi.
Pemerintah jatuh bangun berusaha menekan laju pandemi dengan persiapan dana ratusan triluan rupiah ntuk berperang melawan Covid-19 bahkan terhadap potensi varian barunya.
Ada yang mengatakan dana yang disiapkan untuk ini sebesar 641 triliun, 431 trilin dan sebagainya, termasuk di dalamnya untuk pembelian vaksin 34 - 40 trilun dan stimulus ekonomi dan sosial lainnya.
Seberapapun angka sebenarnya, intinya pemerintah telah menyiapkan dana berlimpah hingga melakukan pemotongan anggaran untuk proyek yang tidak skala prioritas, melakukan pemotongan anggaran beberapa kementerian bahkan ada kementerian hanya tersisa kurang dari 20% anggarannya, demi perang melawan Covid-19.
Ironisnya di tempat lain, di sebuah sudut di ruangan kantor Kimia Farma cabang Medan, sejumlah oknum "jenius" sedang menganalisa break event point (BEP analysis) terhadap "proyek babe" stik swab antigen bekas. Dengan modal sekecil-kecilnya menghasilkan laba menggelegar.
Mereka "jenius" mengira virus corona bisa terkena "smack down" setelah direndam air atau alkohol lalu dikeringkan . Setelah itu stik swab-nya dapat digunakan kembali.
Mereka menduga tidak ada yang tahu toh masyarakat pada umumnya bodoh-bodoh. Kalaupun tahu ya paling sok tahu. Yakin hakkul yakin, banyak yang tak tahu apa itu stik antigen, tak mengerti apa itu virus corona tak paham covid-19, tak tahu apa-apa tentang vaksin dan lain-lain dugaan sejenis itu.
Pendek kata, mereka berkesimpulan selama bisa raup keuntungan dengan tipu-tipu, laksanaken, penting jangan lupa bagi-bagi!
Namun, bak kata peribahasa, sepandai-pandai tupai melompat akhirnya jatuh juga. Itulah yang terjadi.
Beberapa penumpang yang curiga melaporkan ke Poldasu (Subdit 4 Krimsus). Setelah pengembangan status mereka mengirim anggota Ditreskrimsus yang menyamar sebagai calon penumpang dan di swab antigen.
Dari sanalah petualangan 3 bulan mungkin lebih oknum Kimia Farma gentayangan di bandar Kualanmu berakhir.
Erick Tohir, Menteri BUMN ikut terperangah dan berjanji siap memberi sanksi pada yang telibat. Tak jelas pihak mana saja yang terlibat terkena sanksi.
Angkasa Pura II menutup sementara pelayanan rapid test antigen covid-19 di Bandara Kuala Namu. Kini layanan tes covid-19 hanya dapat dilakukan melalui layanan drive thru di areal parkir bandara.
Peristiwa ini jadi pedoman agar petugas kemanan mewaspadai modus sejenis di pusat-pusat layanan publik, Pelabuhan, Stasiun KA, Bandara, Terminal dan mungkin saja di mal-mal besar.
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H