Sejumlah negara menderita karena lockdown berkali-kali, hampir menyebabkan resesi. Penduduknya bersabar agar sang virus pembawa pandemi Covid-19 dapat berlalu.
Banyak karyawan dan buruh harus dirumahkan, ada terkena PHK akibat perusahaannya terganggu cash inflow-nya . Sebagian orang hilang pekerjaan dan penghasilan, tapi mereka terpaksa telan pahit bagaimana agar dapat menegakkan kelangsungan hidup keluarganya.
Petugas keamanan bekerja keras memaksa warga kurangi atau larang beraktifitas, work from home, PSBB, social distancing, tidak boleh bersekolah sampai ada yang mendapat hukuman disiplim mungut sampah di selokan atau parit, agar masyarakat disiplin memutus rantai pandemi.
Banyak warga menjerit dilarang mencari rezeki dan akhirnya terpaksa menerima meski ada juga yang berontak demi sesuap nasi untuk hari ini.
Itu semua bentuk - bentuk pengorbanan riel dan sering terlihat kita hampir setiap hari, tapi mungkin saja semua itu biasa-biasa aja bagi oknum seperti di atas sehingga mereka tenang-tenang saja bahkan melihat ada celah keuntungan berlimpah dibalik sedikit saja modifikasi.
Pemerintah jatuh bangun berusaha menekan laju pandemi dengan persiapan dana ratusan triluan rupiah ntuk berperang melawan Covid-19 bahkan terhadap potensi varian barunya.
Ada yang mengatakan dana yang disiapkan untuk ini sebesar 641 triliun, 431 trilin dan sebagainya, termasuk di dalamnya untuk pembelian vaksin 34 - 40 trilun dan stimulus ekonomi dan sosial lainnya.
Seberapapun angka sebenarnya, intinya pemerintah telah menyiapkan dana berlimpah hingga melakukan pemotongan anggaran untuk proyek yang tidak skala prioritas, melakukan pemotongan anggaran beberapa kementerian bahkan ada kementerian hanya tersisa kurang dari 20% anggarannya, demi perang melawan Covid-19.
Ironisnya di tempat lain, di sebuah sudut di ruangan kantor Kimia Farma cabang Medan, sejumlah oknum "jenius" sedang menganalisa break event point (BEP analysis) terhadap "proyek babe" stik swab antigen bekas. Dengan modal sekecil-kecilnya menghasilkan laba menggelegar.
Mereka "jenius" mengira virus corona bisa terkena "smack down" setelah direndam air atau alkohol lalu dikeringkan . Setelah itu stik swab-nya dapat digunakan kembali.
Mereka menduga tidak ada yang tahu toh masyarakat pada umumnya bodoh-bodoh. Kalaupun tahu ya paling sok tahu. Yakin hakkul yakin, banyak yang tak tahu apa itu stik antigen, tak mengerti apa itu virus corona tak paham covid-19, tak tahu apa-apa tentang vaksin dan lain-lain dugaan sejenis itu.