Meskipun banyak yang sembuh tetapi lonjakan orang meninggal dunia akibat covid-19 hingga 27 April 2021 telah mencapai 200 ribuan. Jelas terjadi "tsunami Covid-19" di anak benua asia ini bahkan menurut informasi telah terjadi mutasi virus ke dua yang disebut-sebut oleh pakar sudah menyeberang ke 7 negara tetangganya.
Tampaknya ada kaitan erat antara pelanggaran protokol kesehatan sangat vulgar dengan terjadinya tsunami Covid-19 di India. Salah satu dampaknya kini tempat krematorium di kota-kota besar dan kecil mulai kewalahan menerima pembakaran jenazah covid-19.
Aneka peristiwa dramatis nyaris tak mengenal lagi hubungan keluarga terjadi setiap hari. Anak melantarkan ibunya atau suami yang membiarkan istri dan orang-orang putus asa menderita covid-19 pemandangan biasa, dan itu terjadi begitu saja hampir tak ada yang perduli.
Bagaimana dengan China?
China tempat asal muasal berkembang biaknya virus corona dan pandemi covid-19 justru mengalami anti klimaks kasus baru dan penurunan kematian sangat signifikan.
Dalam 3 bulan pertama menghadapi covid-19, negeri tirai bambu tersebut menerapkan lockdown tidak ampun, semua kota besar dan kecil terutama di Wuhan bagaikan kota mati jika nyaris tak bersemangat.
Acara keagamaan massal dihentikan sementara termasuk perayaan imlek 2020 dan 2021. China menerapkan aneka prokes ketat mulai dari work from home, menjaga jarak, tidak beraktifitas di luar rumah, menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Beberapa perusahaan dan institusi berlomba-lomba menciptakan aneka APD serta vaksin mengatasi covid-19.
Perekonomian tumbuh, orang kaya baru bertambah banyak, orang miskin berkurang. Namun yang sangat membuat decak kagum adalah mampu menekan sebaran pendrita baru covid-19.
Sebagaian orang mengatakan China merekayasa data, memutar balikkan fakta, mengambil keuntungan dari Pandemi dan sebagainya.