Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Dapatkah ABK Nanggala-402 Diselamatkan Jika Modul PRM Tiba Lebih Cepat?

25 April 2021   02:51 Diperbarui: 27 April 2021   00:24 1780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi. Pasukan angkatan laut India sedang melakukan meditasi dalam kabin kapal selam India. Sumber gambar : DayDayNews.cc

Kapal selam militer yang pernah melakukan penyelaman paling dalam adalah kapal selam bertenaga nuklir Rusia, K-278 Komsomolets. Kapal itu menyelam hingga 1.020 m pada Oktober 1988. Kapten kapal ketika itu terjadi Yuriy Zalenskiy memperoleh medali penghargaan atas rekor tersebut.

Dua bulan sebelum kecelakaan itu terjadi Kapten kapal sudah berganti dipimpin oleh Kapten pertama Evgeny Vanin. Saat itu usia kapal selam nuklir itu belum sampai 5 tahun sejak diluncurkan pada 1983.

Pada 7 April 1989 kapal selam yang sedang dalam operasi intelijen dekat laut Bear island (Norwegia) terbakar pada kedalaman 335 m. Api membesar hingga kapal itu akhirnya tenggelam membawa ABK (termasuk kapten Yuriy Zelenskiy) yang berusaha melepaskan diri sebelum K-278 itu benar-benar kandas di dasar laut. 

Akhirnya K-278 itu kandas di kedalaman 1.680 m pada posisi 250 km di luar Bear Island, Norwegia.

Meskipun prosedur penyelamatan ABK dan cara menghadapi kemungkinan terburuk telah memenuhi standard internasional tapi kapsul penyelamat untuk melarikan diri dari kapal selam masih sangat sederhana cara kerjanya dan itu menjadi salah satu dari sekian penyebab utama tingginya korban jiwa.

Modul (unit) AS-28 yang dibawa dari armada angkatan laut Rusia terdekat baru tiba 7 jam dari awal peristiwa tenggelamnya K-278. Datang terlambat ditambah cuaca nyaris membeku dan angin bertiup kencang serta teknolog DSRV Rusia kurang kompatibel dengan tantangan memperburuk peluang ABK bisa diselamatkan semua. 

Angkatan Laut Rusia masih beruntung. Sebuah kapsul yang berhasil dinaikkan ke permukaan oleh AS-28 mampu menyelamatkan nyawa 27 orang ABK, sementara 2 kapsul lain gagal dinaikkan menyebabkan 42 ABK lainnya meninggal dunia (3 saat melompat ke laut, 39 akibat hipotermia). 

Total ABK (belakangan) menjadi 69 orang, padahal dalam prosedur hanya 57 ABK, ini jadi polemik dan dianggap sebagai satu diantara sekian sebab kecelakaan tersebut.

Tetapi Rusia bukan satu-satunya penanggung derita kecelakaan kapal selam di laut dalam. Amerika Serikat juga pernah mengalami beberapa kejadian, diantaranya USS Squalus tenggelam pada 1939 menewaskan 26 dari 59 ABK-nya. Sisanya (23 ABK) dapat diselamatkan oleh modul DSEA.

Inggris juga punya catatan tersendiri tenggelamnya HMS K-13 pada Januari 1917 di pedalaman laut Irlandia namun ABK-nya diselamatkan oleh modul Davis Submerged Escape Apparatus (DSEA) yang dibuat oleh Sir Robert Davis pada 1910 untuk angkatan laut kerajaan Inggris.

Seiring banyaknya terjadi kegagalan penyelamatan kru kapal selam di laut dalam teknologi kapsul penyelamatan dan kapal selam mini penyelamat pun disempurnakan.

Modul (unit) penyelamat kapal selam generasi pertama dikenal sebagai Davis Submerged Escape Apparatus (DSEA). Teknologi ini kemudian diadopsi dan kembangkan oleh beberapa negara dan bertahan hingga 1947 hingga munculnya generasi DSRV lebih modern dan komplit sehingga diminati banyak negara. 

Menurut informasi yang diterbitkan oleh Marine Teknology Society tahun 2017 - 2018, berjudul "Manned Underwater Vehicles 2017-2018 Global Industry Overview" hingga 2017 sejumlah negara telah mempunyai unit DSRV. Dapat dilihat di sini.

Teknologi terapan selalu berkembang. Generasi DSRV sudah disempurnakan oleh generasi berikutnya yang disebut "Submarine Rescue Diving and Recompression System" (SRDRS).

Cara kerja SRDRS membantu awak kapal selam yang terperangkap tampak simpel tapi tak semudah dibayangkan. Modul penyelamat yang disebut  Pressurized Rescue Modul (PRM) diturunkan dari kapal induknya (Mother Ship)

Modul ini menuju ke lokasi terdekat obyek yang akan ditolong di dasar laut, diawaki 2 orang operator bisa bekerja hingga kedalaman 2000 m.

Setelah mendapat informasi para ABK yang selamat telah berkumpul di palka kapal, PRM menuju ke sana. Pintu palka dibuka dengan mekanisme khusus agar tidak diterjang masuknya air laut. Cara kerjanya tidak dapat dijelaskan dalam artikel ini.

Setelah terbuka dengan aman saatnya ABK masuk ke "lorong" bertekanan khusus pada modul PRM. Setelah berada dalam bilik PRM mereka dinaikkan ke mother ship yang menunggu di permukaan laut. Maksimal daya angkut ABK 16 orang sehingga PRM perlu beberapa kali turun naik jika ABK yang akan diselamatkan lebih dari 16 orang.

Pressurized Rescue Module System (PRMS). Capture from Andrew DeSpirito Advanced Undersea Systems Program Office (PMS394) Naval Sea Systems Command
Pressurized Rescue Module System (PRMS). Capture from Andrew DeSpirito Advanced Undersea Systems Program Office (PMS394) Naval Sea Systems Command
Unit SRDRS belum banyak yang memiliki, tapi sejak 2010 AS telah memperkenalkannya pada sejumlah mitranya melalui latihan bersama sejumlah negara menggungkan Falcon salah satu unit SRDRS yang mereka ciptakan.

Latihan bertajuk "Pacific Reach" telah dilaksanakan pada 2010, pesertanya AS, Korea Selatan, Jepang, Australia dan Singapore. Selanjutnya Singapore mengundang 12 negara lain (termasuk Indonesia) melakukan latihan serupa memperkenal skema pelatihan model SRDRS Falcon.

Ketika musibah laut menimpa Nanggala 402, kita seperti berlomba bagaimana agar dapat menyelamatkan ABK yang terprangkap di dalamnya. 

Namun mengingat risiko penyelamatan di laut dalam sangat berbahaya maka aksi penyelamatan tidak dapat dilaksanakan dengan cara konvensional dan tradisonal. Dituntut aksi penyelamatan modern dan ilmiah, melalui cara dan alat yang tepat, diantaranya menggunakan modul PRM dan lain-lain cara modern.

KRI Rigel-933 adalah Kapal Bantu Hidro-Oseanografi. Rigel-933 sebagai "mother ship"  atau ROV (Remotely Operated Vehicle) untuk modul Autonomous Underwater Vehicle (AUV). Modul itu melaksanakan tugas penelitian dan pemeriksaan di bawah air. Fungsinya BUKAN DSRV apalagi SRDRS.

Kini tanda-tanda kepergian Nanggala 402 benar-benar terjadi. Dia yang telah renta pergi membawa serta seluruh kru di dalamnya. Mereka (mungkin) tidak akan pernah kembali lagi. Tapi kita selalu berharap ada keajaiban pada nasib mereka semua.

Apakah retaknya tubuh Nanggala 402 akibat usia sudah uzur ataukah akibat ledakan tanpa disengaja telah terjadi lebih dahulu? Jika kedua kemungkinan itu terjadi mungkin PRM dan sejenisnya tak dapat berbuat apa-apa.

Selalu ada pelajaran berharga dibalik sebuah peristiwa meskipun tidak kita sukai. 

Betul juga kata orang tua dahulu, "sedia payung sebelum hujan." Terkait peristiwa ini Singapore dan Malaysia telah lama mengadopsi pepatah lama tersebut.

abanggeutanyo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun