Modul (unit) penyelamat kapal selam generasi pertama dikenal sebagai Davis Submerged Escape Apparatus (DSEA). Teknologi ini kemudian diadopsi dan kembangkan oleh beberapa negara dan bertahan hingga 1947 hingga munculnya generasi DSRV lebih modern dan komplit sehingga diminati banyak negara.
Menurut informasi yang diterbitkan oleh Marine Teknology Society tahun 2017 - 2018, berjudul "Manned Underwater Vehicles 2017-2018 Global Industry Overview" hingga 2017 sejumlah negara telah mempunyai unit DSRV. Dapat dilihat di sini.
Teknologi terapan selalu berkembang. Generasi DSRV sudah disempurnakan oleh generasi berikutnya yang disebut "Submarine Rescue Diving and Recompression System" (SRDRS).
Cara kerja SRDRS membantu awak kapal selam yang terperangkap tampak simpel tapi tak semudah dibayangkan. Modul penyelamat yang disebut Pressurized Rescue Modul (PRM) diturunkan dari kapal induknya (Mother Ship)
Modul ini menuju ke lokasi terdekat obyek yang akan ditolong di dasar laut, diawaki 2 orang operator bisa bekerja hingga kedalaman 2000 m.
Setelah mendapat informasi para ABK yang selamat telah berkumpul di palka kapal, PRM menuju ke sana. Pintu palka dibuka dengan mekanisme khusus agar tidak diterjang masuknya air laut. Cara kerjanya tidak dapat dijelaskan dalam artikel ini.
Setelah terbuka dengan aman saatnya ABK masuk ke "lorong" bertekanan khusus pada modul PRM. Setelah berada dalam bilik PRM mereka dinaikkan ke mother ship yang menunggu di permukaan laut. Maksimal daya angkut ABK 16 orang sehingga PRM perlu beberapa kali turun naik jika ABK yang akan diselamatkan lebih dari 16 orang.
Latihan bertajuk "Pacific Reach" telah dilaksanakan pada 2010, pesertanya AS, Korea Selatan, Jepang, Australia dan Singapore. Selanjutnya Singapore mengundang 12 negara lain (termasuk Indonesia) melakukan latihan serupa memperkenal skema pelatihan model SRDRS Falcon.
Ketika musibah laut menimpa Nanggala 402, kita seperti berlomba bagaimana agar dapat menyelamatkan ABK yang terprangkap di dalamnya.
Namun mengingat risiko penyelamatan di laut dalam sangat berbahaya maka aksi penyelamatan tidak dapat dilaksanakan dengan cara konvensional dan tradisonal. Dituntut aksi penyelamatan modern dan ilmiah, melalui cara dan alat yang tepat, diantaranya menggunakan modul PRM dan lain-lain cara modern.