Bagaimana HMS Conqueror, kapal selam Inggris pada hari pertama perang Malvinas (Falkland) menghancurkan Flagship terkuat Argentina "Admiral Belgrano" dengan dua buah torpedo pada jarak dekat pada 2 Mei 1982. Sebanyak 368 ABK (dari 1.042) tewas di tempat dan hilang saat terjun ke laut adalah sebuah bukti peran strategis itu.
Meskipun peristiwa itu BUKAN semata-mata jadi tolok ukur betapa gaharnya kapal selam faktanya peranan kapal selam kini memang sangat strategis.
Negara Asia kini berlomba-lomba memiliki mesin tempur strategis ini. Menurut informasi Forbes edisi 18 Februari 2020 beberapa negara Asia mempunyai armada kapal selam sebagai berikut :
China mempunyai 76 kapal selam berbagai tipe dan jenis; Korea Utara (71); Jepang (19), Korsel (17); India (16), Vietnam (8); Pakistan (8); Australia (6); Indonesia (5); Singapore (4); Taiwan (4); Malaysia (2); Bangladesh (2) dan Myanmar (1).
Suatu saat nanti mungkin perlu dilakukan proliferasi kapal selam Asia tentang tipe kapal selam seperti apa saja yang boleh digunakan negara tertentu di Asia, mengingat peranan sebuah kapal selam seperti disebutkan di atas sangat-sangat strategis, bukan sekadar penembak torpedo ke arah lawan lalu kabur, tapi lebih dari itu.
Banyaknya kapal selam memang tidak jadi ukuran kekuatan jika tidak didukung oleh armada berteknologi tinggi, SDM yang mahir dan tentu saja kapal selam yang terawat sehat.
Singapore misalnya baru saja membeli 2 kasel canggih invincible-class baru tipe-218SG dari Jerman pada 2017 sehingga menjadi 4 unit kasel yang sehat, kuat dan berteknologi tinggi. Singapore tidak membeli yang bekas pakai atau yang di rekondisi.
Terkait dengan belum ditemukannya salah satu monster laut andalan kita tentu saja sangat membuat kita ikut prihatin mendalam. Persoalannya bukan karena berkurangnya armada kapal selam sehingga memperlemah kita dalam percaturan kapal selam Asia namun lebih pada kehilangan abdi negara penjaga teritorial laut Republik Indonesia.
Mereka adalah ABK (crew) handal, SDM yang terlatih, mungkin telah berusaha menangani beberapa hal terkait kegagalan mekanik atau listrik bahkan penyebab human error pada kapal mereka, tapi takdir berkata lain.