Namun demikian itu bukan akhir sabotase Israel terhadap Iran. Serangan terhadap fasilitas nuklir Iran telah terjadi setidaknya dua kali.
Ada 5 fasilitas nuklir di Iran yaitu Arack Nuclear Plan (dikenal sebagai IR-40), Busher Nucelar Power Plant, Darkovin Nuclear Power Plant, Fordow Fuel Enrichment Plant dan Natanz Nuclear Enrichment Facility yang berada di provinsi Ishafan.
Fasilitas nuklir Natanz pernah mendapat serangan sebelumnya pada 2 Juli 2020. Serangan ketika itu adalah rangkaian serangan sistematis pada sejumlah pembangkit listrik, depo senjata dan klinik kesehatan dari tanggal 26 juni 2020 sampai 4 Juli 2020. Ketika itu fasilitas nulkir Natanz terjadi beberapa ledakan dan terbakar di beberapa bagian.
Ketika itu pejabat Iran berkata itu adalah serangan siber (Cyber Attack). Beberapa pengamat mengatakan Cyber War atau Cyber Sabotage meskipun banyak juga yang mengatakan serangan itu adalah "Stuxnet Attack."
Stuxnet Attack sesungguhnya bukan hal baru. Diciptakan oleh intelijen AS dan Israel pada masa pemerintahan Presiden AS, George W Bush. Lalu dikembangkan oleh Kaspersky laboratorium.
Malware ini pertama muncul pada Juni 2009 di salah satu perusahaan jasa keamanan di Belarusia.
Tidak seperti virus yang masuk melalui internet Stuxnet menyerang melalui port USB. Setelah menginfeksi jaringan perangkat lunak Supervisory Control and Data Acquisition (SCADA) lalu mengubah perintah perangkat lunak PLC (Programabel Logic Control) di dalam sistem jaringan buatan Siemens Jerman di laboratorium Natanz dan Busher ketika itu.
Tidak jelas bagaimana caranya bekerja secara rinci, penjelasan tentang itu dapat dilihat di sini.
Pada Agustus 2010, Kevin Hogan, direktur keamanan Symantec SYMC.O berkata pada Reuters bahwa kerusakan komputer di Iran akibat Stuxnet Attack mencapai 60% kerusakan komputer dunia.
Pada 11 April 2021 waktu setempat, fasilitas nuklir Natanz kembali diserang, kali ini serangan melalui komputer (malware) yang dipersenjatai untuk merusak sistem komputerisasi pada pembangkit nuklir tersebut.
Sekali lagi pengamat mengatakan Israel berada di balik aksi tersebut, bahkan media Israel sendiri mengakuinya sebagai dilansir oleh Jerusalem Post pada edisi 13 April 2021, Mossad berada dibalik aksi melumpuhkan sistem komputer di pembangkit nuklir Natanz melalui serangan "Cyber Attack."