Secara sederhana permusuhan Iran dan Israel terjadi sejak jatuhnya rezim Shah Iran ke tangan pemerintahan Mullah pada 1979. Permusuhan semakin meruncing setelah Iran ingin menjadi salah satu negara pengaya nuklir untuk listrik (meneruskan program nuklir untuk pembangkit listrik 23.000 MW yang digagas pada masa Shah Iran Reza Pahlevi sedang berkuasa pada 1973).
Permusuhan menjadi-jadi sampai Iran telah mampu menggaya Uranium mandiri pada 1990, hal ini membuat Israel dan AS risau.
Di sisi lain, hadirnya Iran di dalam kancah perang Suriah makin membuat Israel lebih risau. Iran bukan sekadar hadir tapi mampu meningkatkan daya tahan pemerintahan Bashar al-Assad yang digoyang luar dalam oleh pemberontak dan koleganya di luar negeri. Iran juga berhasil membuat "jalan sutera" dari Lebanon tempat bercokolnya Hezbollah ke Suriah dan Irak.
Dengan alasan menganggu stabilitas kawasan dan alasan lain yang sangat masuk akal -dalam pandangan "kolega" baratnya- Israel sangat beralasan menyerang Iran bahkan ke perbatasan Suriah - Irak.
Sejak 2014 hingga saat ini tak kurang 30o kali sudah serangan Israel ke posisi Iran ketika pemerintah Suriah kembali menemukan jati diri setelah diperkuat Iran dalam berbagai bidang sejak 2012.
Pada 15 Januari 2007 seorang profesor Fisika dari Universitas Shiraz Iran terbunuh. Ardeshir Hosseinpour, tewas secara misterius di tempat kerjanya di pengayaan nuklir di Ishafan. Ada yang mengatakan konspirasi agen Iran ada juga oleh Mossad Israel.
Tetapi itu adalah awal teror terhadap ahli nuklir lain dan fasilitas nuklir Iran.
Masoud Alimohammadi tewas pada 12 Januari 2010. Lagi-lagi santer berita mengatakan Mossad terkait dalam peristiwa itu.
Darioush Rezaeinejad ahli nuklir lainnya terbunuh di depan rumahnya pada 23 Juli 2011, Majid Sahriari tewas pada 29 Nopember 2010, dan Mostafa Ahmadi Roshan tewas pada 11 Januari 2012.
Kematian Jenderal Qasem Soleimani di Bandar Internasional Irak pada 3 Januari 2020 lalu juga tak luput dari kerjasama "duet" AS dan Israel.
Ahli nuklir Iran paling berpengaruh, Mohsen Fahrizadeh juga tewas pada 27 Nopember 2020. Pejabat Iran berkata Israel melakukan serangan remote-controlled technology atas Fahrizadeh.
Namun demikian itu bukan akhir sabotase Israel terhadap Iran. Serangan terhadap fasilitas nuklir Iran telah terjadi setidaknya dua kali.
Ada 5 fasilitas nuklir di Iran yaitu Arack Nuclear Plan (dikenal sebagai IR-40), Busher Nucelar Power Plant, Darkovin Nuclear Power Plant, Fordow Fuel Enrichment Plant dan Natanz Nuclear Enrichment Facility yang berada di provinsi Ishafan.
Fasilitas nuklir Natanz pernah mendapat serangan sebelumnya pada 2 Juli 2020. Serangan ketika itu adalah rangkaian serangan sistematis pada sejumlah pembangkit listrik, depo senjata dan klinik kesehatan dari tanggal 26 juni 2020 sampai 4 Juli 2020. Ketika itu fasilitas nulkir Natanz terjadi beberapa ledakan dan terbakar di beberapa bagian.
Ketika itu pejabat Iran berkata itu adalah serangan siber (Cyber Attack). Beberapa pengamat mengatakan Cyber War atau Cyber Sabotage meskipun banyak juga yang mengatakan serangan itu adalah "Stuxnet Attack."
Stuxnet Attack sesungguhnya bukan hal baru. Diciptakan oleh intelijen AS dan Israel pada masa pemerintahan Presiden AS, George W Bush. Lalu dikembangkan oleh Kaspersky laboratorium.
Malware ini pertama muncul pada Juni 2009 di salah satu perusahaan jasa keamanan di Belarusia.
Tidak seperti virus yang masuk melalui internet Stuxnet menyerang melalui port USB. Setelah menginfeksi jaringan perangkat lunak Supervisory Control and Data Acquisition (SCADA) lalu mengubah perintah perangkat lunak PLC (Programabel Logic Control) di dalam sistem jaringan buatan Siemens Jerman di laboratorium Natanz dan Busher ketika itu.
Tidak jelas bagaimana caranya bekerja secara rinci, penjelasan tentang itu dapat dilihat di sini.
Pada Agustus 2010, Kevin Hogan, direktur keamanan Symantec SYMC.O berkata pada Reuters bahwa kerusakan komputer di Iran akibat Stuxnet Attack mencapai 60% kerusakan komputer dunia.
Pada 11 April 2021 waktu setempat, fasilitas nuklir Natanz kembali diserang, kali ini serangan melalui komputer (malware) yang dipersenjatai untuk merusak sistem komputerisasi pada pembangkit nuklir tersebut.
Sekali lagi pengamat mengatakan Israel berada di balik aksi tersebut, bahkan media Israel sendiri mengakuinya sebagai dilansir oleh Jerusalem Post pada edisi 13 April 2021, Mossad berada dibalik aksi melumpuhkan sistem komputer di pembangkit nuklir Natanz melalui serangan "Cyber Attack."
Serangan itu terjadi beberapa hari setelah Presiden Iran Hassan Rouhani mengunjungi fasilitas tersebut pada 10 April 2021.
Serangan itu juga terjadi setelah diplomat Rusia, AS dan Iran sedang menemukan solusi guna melanjutkan perjanjian 2015 yang telah dianulir oleh Donald Trump pada 2018 secara resmi AS keluar dari perjanjian nuklir "Joint Comprehensive Plan of Action " (JCPOA) dengan Iran.
Secara teoritis seharusnya pemadaman itu tidak terjadi mengingat sistem proteksi dan suplai listrik di komplek Natanz sangatlah rapi melalui multiple back up system suplay dan proteksi keamanan yang rapi.
Faktanya malware tersebut telah menghentikan pasokan arus listrik ke laboratorium tempat berlangsungnya pengayaan U-238 menjadi U-235 fisil dengan prosentase tertentu. Perangkat sentrifugal telah berhenti bekerja tiba-tiba, menimbullkan kerusakan parah pada sejumlah motor pemutarnya.
Menteri Luar Negeri Iran, Mohammed Javad Zarif, di depan komisi bidang keamanan nasional dan kebijakan luar negeri di Parlemen Iran meminta agar ada pembalasan Iran yang ditujukan kepada Israel.
Ini adalah fakta bahwa naik pitam Israel pada Iran tidak saja di kawasan Suriah tetapi telah jauh ke dalam wilayah Iran sendiri bahkan ke dalam bunker bawah tanahnya, tempat sejumlah besar sentrifugal Iran sedang melakukan pengayaan nuklirnya.
Habiskah kesabaran Iran kali ini atau akan menambah banyak sentrifugal lain dengan prosentase untuk senjata nuklir, tak perduli Israel dan koleganya naik pitam lagi atau tidak. Bisa jadi Iran sedang menunggu sampai menemukan waktu yang tepat.
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H