Bagaimana dengan Inggris? Tidak ada informasi jelas tentang komposisi seperti seperti apa vaksinasi itu diberikan kepada kulit putih, asia selatan, kulit hitam, ras campuran, Tionghoa dan lain-lain.
Hal yang sama tidak ada data memperlihatkan komposisi pemberian vaksinasi di AS kepada kulit putih, kulit hitam, afrika-amerika, asia-amerika, hawai, indian dan sebagainya. Tetapi faktanya AS telah memperlihatkan program vaksinasi sesuai dengan animonya setidaknya lebih baik dari negara lain di bawahnya.
Kini situasinya makin bingung ketika sejumlah kepala negara tidak memperlihatkan semangat vaksinasi.
Xi jinping, Presiden China, bahkan tidak diketahui sudah divaksin apa belum. Jika sudah divaksin tidak diketahui pakai vaksin apa?
Vladimir Putin, Presiden Rusia, tidak tahu apakah sudah divaksin?
Jail Bolsonaro, Presiden Brazil tolak divaksin. Angela Merkel, Kanselir Jerman alasan usia juga tolak divaskin.
Emanuel Macron Presiden Perancis meskipun pernah positif Covid-19 tapi ragu-ragu divaksin, tak jelas sudah divaksin atau belum.
PM Italia dan pemimpin sejumlah negara Eropa barat dan timur hampir sama sekali tidak tertarik berbicara tentang vaksin Ciovid-19 saat ini, kontras sekali seperti di awal vaksin dalam fase uji coba klinis.
Presiden Filipina bahkan lebih dramatis lagi. Pada 12/4/2021 Rodrigo Duterte (74) berkata "Saya tidak akan mengambilnya (vaksin), Siapa pun yang ingin (divaksin) saya persilahkan," ujar seraya menegaskan yang perlu divaksin adalah kelompok usia yang muda dan produktif. Padahal pada Agustus 2020 lalu dengan berapi-api dia mengatakan siap menjadi "kelenci percobaan" untuk vaksin buatan Rusia.
Apakah para pemimpin negara berpikiran melemah seperti itu dilatar belakangi oleh alasan berikut ini :
- Muncul varian baru Covid-19
- Vaksinasi tidak menjamin kebal terhadap virus corona
- Penderita yang sudah sembuh dapat tertular kembali
- Keraguan terhadap jenis vaksin yang mereka pilih
- Persedian vaksin terbatas
- Indikasi teori konspirasi dibalik vaksin covid-19
- Kelompok anti vaksin muncul di sejumlah negara maju. (Apakah mereka orang yang putus asa atau orang "bodoh" di negara maju?)
Tak tahulah mana yang benar. Intinya data-data di atas memperlihatkan sejumlah negara (maju sekalipun) seperti ogah melaksanakan program vaksinasi di negara masing-masing. Padahal awalnya berapi-api berlomba mendapatkan sebuah cairan dalam botol dosis mahal harganya yang disebut "vaksin covid-19" tapi ujung-ujungnya loyo seperti tanaman, layu sebelum berkembang.