Pada 2009, Glider ciptaan ke 27 oleh mahasiswa Rutgers University's Scarlet Night (RU 27) mampu melesat di bawah laut sejauh 7.400 km selama 221 hari (lebih 7 bulan) menyusuri lautan Atlantik pada kedalaman maksimal 600 meter dan kecepatan rata-rata 0,5 knot alias 0,58 mil per jam.
Pada 2019 lalu, dalam perlombaan bertajuk "SeaGlide and SeaPerch Challenges Competition" diselenggarakan oleh Universitas Philadelphia dimenangkan oleh mahasiswa berusia rata-rata 19 tahun dari Germantown Academy.
Perlombaan sejenis banyak dilakukan di AS dan negara-negara maju lainnya. Belum diketahui apakah pelajar dan mahasiswa di Indonesia terlibat pada perlombaan sejnis ini atau mungkin lebih tertarik pada hobi atau perlombaan bidang lain.
Kini seiring berkembangnya teknologi benda bawah laut tak berawak tersebut memiliki jangkauan kemampuan bertahan lebih lama di dalam air hingga 7 bulan pada kedalaman 1000 meter sebagaimana diungkapkan sumber ini.
Jadi sesungguhnya Glider BUKAN sesuatu yang baru. Teknologi itu sudah ada sejak 1990-an dan terus berkembang hingga saat ini untuk digunakan berbagai keperluan di laut baik secara komersil maupun untuk kepentingan militer.
Insiden tertangkapnya Glider AS dekat perairan China dan Philipina terjadi pada 16 Desember 2016. CNN melaporkan sebuah Glider yang diluncurkan dari kapal riset AS, USNS Bowditch.
Sehari kemudian AS memberi penjelasan bahwa alat tersebut adalah Glider yang tak bersenjata, untuk keperluan penelitian cuaca dan temperatur di laut. Drone tersebut akhirnya dikembalikan kepada AS.
Jika melihat pada spesifikasi Glider yang diemukan nelayan Indonesia yang beredar di media massa tampak sekali itu adalah Glider buatan AS mirip dengan yang pernah ditangkap oleh China 4 tahun lalu.
Jika itu (AS) benar terjadi pertanyaannya adalah apa tujuan melepas Glider di perairan Indonesia? Apakah cukup menjawab seperti pernah diberikan pada China 4 tahun lalu?
Tetapi hebohnya para politisi dan media Indonesia menyikapi hadirnya benda (dikira) asing tersebut telah menimbulkan pertanyaan mengapa media massa dan politisi terlalu cepat tersulut amarah pada bidang-bidang yang tidak mereka ketahui.