Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Jangan Salah Lihat Dron atau Gliders, Mahasiswa Bisa Membuatnya

5 Januari 2021   07:58 Diperbarui: 12 Agustus 2021   11:15 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berbagai tipe Gliders. Sumber : eopugetsound.org

Ketika muncul berita di media massa tentang ditemukannya benda yang disebut "dron laut" sepintas terbersit ada yang tidak beres dengan dugaan tersebut. Dan kenyataannya KASAL Yudo Margono telah memberi klarifikasi bahwa temuan tersebut BUKAN Dron laut.

Pada hakekatnya dron (bahasa inggris : Drone) adalah pesawat nir awak atau tanpa awak (unmanned Aerial Vehicle) atau disingkat UAV yakni "mesin terbang" yang dikendalikan dari jarak jauh oleh operator pada jarak dan waktu yang terbatas.

Dari pengertian itu drone BUKAN benda bermesin nir awak yang dipakai untuk berlayar di atas air atau menyelam di bawah air, karena drone hanya untuk bertugas di udara dan dikendalikan oleh operator.

Benda tak berawak yang dimaksud yang "bertugas" di bawah laut disebut "Autonomous Underwater Vehicle" disingkat AUV (jadi berbeda dengan UAV). Benda sejenis dengan AUV itu juga disebut "Remote Operated Vehicle's (ROV's) salah satunya disebut Glider.

Secara harfiah Glider berarti "peluncur." Sampai saat ini "Glider" adalah sebutan untuk benda bawah laut tak berawak tersebut.

Sampai kini belum banyak negara pembuat Glider. Negara-negara secara intensif terlibat dalam pembuatan AUV atau ROV's, negara tersebut antara lain adalah : Perancis, Rusia, Denmark, Kanada, Norwegia, Inggris, Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS).

AS adalah pelopor lahirnya Glider tersebut. Pada 1995, para periset dipimpin profesor Charles dari Eriksen Universitas Washington (UW) didanai oleh Naval Research dan National Science Fondation bereksperimen bertahun-tahun untuk menghasilkan wahana dimaksud. 

Pada akhirnya UW berhasil menciptakan Glider dan mengkomersilkan temuan tersebut untuk dipakai umum dan negara lain.

Beberapa fungsi atau kegunaan Glider tersebut adalah :

  • Pemantuan lingkungan laut
  • Studi perubahan iklim
  • Penilaian ekosistem
  • Riset perikanan
  • Pemantaun mamalia laut
  • Dalam bidang militer Glider digunakan untuk tujuan anti-submarine warfare juga untuk tujuan Intelligence Surveillence and Recconaissance (ISR).

Berdasarkan teknologi pada era 2003 kendaraan tersebut masih memiliki rentang kemampuan menyelam terbatas sekali. Kemampuan masing-masing Glider itu sangat bervariasi tetapi pada umumnya 0.5 knot hingga 6 knot tergantung spesifikasi, kegunaan dan bobot negara pembuatnya. Sumber : ini.

Jarak tempuhnya juga bervariasi, dari yang paling pendek 20 km (Remus buatan AS) hingga 750 km (Thesus buatan Kanada). Beberapa tipe Glider adalah Gulper, Slocum, Wave Spray dan Seagleader seperti yang ditemukan oleh Nelayan di kepulauan Selayar Selatan, Sulawesi Selatan beberapa waktu lalu.

Pada 2009, Glider ciptaan ke 27 oleh mahasiswa Rutgers University's Scarlet Night (RU 27) mampu melesat di bawah laut sejauh 7.400 km selama 221 hari (lebih 7 bulan) menyusuri lautan Atlantik pada kedalaman maksimal 600 meter dan kecepatan rata-rata 0,5 knot alias 0,58 mil per jam.

RU 17, salah satu Glider ciptaan mahasiswa Rutgers University pada 2009. Wahana yang berhasil melintasi Atalantik adalah RU-27. Sumber gambar : rucool.marine.rutgers.edu
RU 17, salah satu Glider ciptaan mahasiswa Rutgers University pada 2009. Wahana yang berhasil melintasi Atalantik adalah RU-27. Sumber gambar : rucool.marine.rutgers.edu
Dalam rangka pengembangan teknologi, disain dan kemampuan Glider, di AS, Kanada dan negara maju lainnya sangat intens mengadakan perlombaan ditingkat pelajar dan mahasiswa bagaimana menciptakan Gliders yang lebih futuristik dan bertahan lama.

Pada 2019 lalu, dalam perlombaan bertajuk "SeaGlide and SeaPerch Challenges Competition" diselenggarakan oleh Universitas Philadelphia dimenangkan oleh mahasiswa berusia rata-rata 19 tahun dari Germantown Academy.

Perlombaan sejenis banyak dilakukan di AS dan negara-negara maju lainnya. Belum diketahui apakah pelajar dan mahasiswa di Indonesia terlibat pada perlombaan sejnis ini atau mungkin lebih tertarik pada hobi atau perlombaan bidang lain.

Kini seiring berkembangnya teknologi benda bawah laut tak berawak tersebut memiliki jangkauan kemampuan bertahan lebih lama di dalam air hingga 7 bulan pada kedalaman 1000 meter sebagaimana diungkapkan sumber ini.

Jadi sesungguhnya Glider BUKAN sesuatu yang baru. Teknologi itu sudah ada sejak 1990-an dan terus berkembang hingga saat ini untuk digunakan  berbagai keperluan di laut baik secara komersil maupun untuk kepentingan militer.

Insiden tertangkapnya Glider AS dekat perairan China dan Philipina terjadi pada 16 Desember 2016. CNN melaporkan sebuah Glider yang diluncurkan dari kapal riset AS, USNS Bowditch. 

Sehari kemudian AS memberi penjelasan bahwa alat tersebut adalah Glider yang tak bersenjata, untuk keperluan penelitian cuaca dan temperatur di laut. Drone tersebut akhirnya dikembalikan kepada AS.

Jika melihat pada spesifikasi Glider yang diemukan nelayan Indonesia yang beredar di media massa tampak sekali itu adalah Glider buatan AS mirip dengan yang pernah ditangkap oleh China 4 tahun lalu.

Jika itu (AS) benar terjadi pertanyaannya adalah apa tujuan melepas Glider di perairan Indonesia? Apakah cukup menjawab seperti pernah diberikan pada China 4 tahun lalu?

Tetapi hebohnya para politisi dan media Indonesia menyikapi hadirnya benda (dikira) asing tersebut telah menimbulkan pertanyaan mengapa media massa dan politisi terlalu cepat tersulut amarah pada bidang-bidang yang tidak mereka ketahui.

Jika saja pelajar dan mahasiswa Indonesia diakomodir untuk menemukan temuan-temuan berteknologi tinggi atau temuan lainnya bisa jadi kita tidak terperangah berhadapan dengan benda-benda asing seperti Glider ini misalnya yang telah lama dikenal di negeri orang tapi terasa aneh pada sebagian orang di negeri kita.

Jadi jangan heran jika ada politisi bersungut-sungut menyalahkan sesuatu padahal BELUM tahu apa yang sesungguhnya terjadi.

Jika tertarik, berikut ada panduan sederhana menciptakan Glider, dapat diakses dan dilihat pada sumber berikut Intechopen.com. Siapa tahu ada yang berminat membat Glider. Tentu saja perlu melibatkan dosen dan guru teknologi dari aneka disiplin ilmu terkait dengan itu.

Pemerintah diharapkan membuka kompetisi seperti itu, menstimulir kompetisi temuan- temuan ilmiah berteknologi tinggi tingkat pelajar dan mahasiswa agar talenta-talenta harapan masa depan kita tidak cuma dituntut apa yang dapat mereka berikan. Padahal lebih urgen adalah membantu apa yang harusnya dapat mereka ciptakan pada aneka bidang teknologi mereka senangi.

abanggeutanyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun