Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kapal Rhosus Pembawa "Ledakan Beirut" Ternyata Melayani Order Misterius

8 Agustus 2020   02:19 Diperbarui: 8 Agustus 2020   11:37 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bangkai kapal Rhosus dan dampak bencana, Igor dan MV. Rhosus Sumber gambar (dari kiri ke kanan) : balkaninsight.com, codastory.com dan BBC.com. Digabung oleh penulis

Siapakah paling bertanggung jawab dalam ledakan ribuan ton Amonium Nitrat di Pelabuhan Beirut 4 Agustus 2020 lalu? Otoritas Pelabuhankah, Pengelola gudang, Kapal pengangkutnya ataukah pemilik kapal atau lebih jauh lagi perusahaan pengimpor (di Mozambik)?

Mari sejenak luangkan waktu melihat dari awal sesungguhnya perjalanan bola-bola kristal amonium nitrat dari Georgia ke Lebanon dari awalnya sudah penuh misteri. Hal ini ditandai enam peristiwa misterius dibalik "perjalanan aneh" bahan pupuk tersebut berikut ini.

Pertama, otoritas pelabuhan Beirut tepatnya General Manager Pelabuhan Beirut (Hassan Koraytem) telah berulang kali telah menyampaikan secara tertulis kepada pihak berkompeten tentang bagaimana memindahkan bahan berbahaya tersebut dari pelabuhan. Tercatat 6 kali Koraytem menyampaikan hal tersebut kepada Bea Cukai secara tertulis sejak 2014 - 2017.

Bea Cukai Pelabuhan Beirut juga telah dua kali melayangkan surat kepada Kejaksaan Agung Lebanon tentang bagaimana cara meleburkan benda berbahaya tersebut tetapi tidak juga mendapat tanggapan hingga akhirnya didiamkan sejak 2018. Sejak saat itu (hingga 2020) otoritas dan bea cukai pelabuhan Beirut serasa tidak memperdulikan lagi barang berbahaya tersebut.

Kedua, tempat penyimpanannya dipindahkan dari Kapal ke "Gudang 21" beberapa bulan setelah kapal itu ditahan. Lokasi gudang 21 dekat penyimpanan biji-bijian yang sisa tower (kini) menjulang di tengah kehancuran pelabuhan Beirut. Keamanan 2.75o ton amonium nitrat tersebut sepenuhnya jadi tanggung jawab direktur pelabuhan Beirut.

Uniknya pada 3 Agustus 2020 atau sehari sebelum terjadi ledakan baru dicapai kesepakatan antara Menteri Pekerjaan Umum (Michel Najjar) dengan General Manager Pelbuhan Beirut (Hassan Koraytem) tentang tatacara pemindahan dan lokasinya. Tapi belum sempat terlaksana sudah meledak. Mungkin ada pihak yang tidak puas dengan kesepakatan yang dicapai Menteri PU dan otoritas pelabuhan Beirut.

Ketiga, kapal pengangkut ribuan ton bola kristal tersebut adalah "MV Rhosus," sebuah kapal dengan banyak nama dan telah berganti-ganti kepemilikan dan bendera berbagai negara.

Saat pertama diluncurkan kapal ini berbendera Jepang dengan nama "Daifuku Maru" pada Oktober 1986 dari Naruto salah satu galangan kapal di Jepang. 

Dalam perjalanan operasionalnya kapal ini telah berpindah tangan kepemilikan dan nama sampai 5 kali. Nama terakhirnya adalah Rhosus yang dibeli salah seorang pebisnis warga Russia, Igor Grechuskin pada 2008 yang memilih menetap di kota MediaZona, Siprus.

Pada 23 September 2013 kapal ini berbendera Moldova, dinahkodai warga Ukraina (Boris Prokoshev) bergerak dari pelabuhan Batumi, Geogia mengangkut 2.750 ton bola kristal Amonium Nitrat.

Keempat, Grechuskin begitu mudah "buang badan" mengaku bangkrut ketika kapalnya mengalami "kerusakan teknis" di perairan mediterania dan dibawa ke pelabuhan Beirut oleh ororitas Lebanon. Faktanya memang ada semacam kebocoran kecil pada dinding lambung atas kapal itu tempat menampung ribuan ton benda berbahaya. 

Pada 20 Nopember 2013 kapal tersebut ditahan otoritas Lebanon untuk sementara guna mencegah terjadinya bencana di tengah perjalanan atau di tempat tujuan.

Grechuskin memilih menelantarkan kapal dan muatannya di Lebanon bahkan bersama 8 ABK nya karena mengaku bangkrut dan tidak ada dana untuk mengurus pembebasan dan denda serta biaya perawatan isi kargonya. Sejak saat itu kapalnya bersandar di dekat gudang 21 tempat muatannya disimpan menjadi "bom waktu." 

Polisi Siprus telah menemuinya dan meminta penjelasan tentang peristiwa tersebut. Jawaban Grechuskin masih dirahasikan. Otoritas Siprus telah mengirimkan penjelasan Grechuskin ke Lebanon. 

Kelima, pihak berkompeten di pelabuhan Beira Mozambik yang disebut-sebut menjadi negara pengimpor ternyata tidak pernah membuat rencana pembelian atau pengadaan benda tersebut. Tidak pernah ada dalam manifes rencana kedatangan kapal dan mutan seperti itu.

Antonio Limbobo, salah satu asisten direktur dari Cornelder yang disebut-sebut tujuan penerima di pelabuhan Beira, Mozambik mengatakan perusahaannya tidak pernah menemukan notifikasi adanya kiriman dan kapal seperti sepesifikasi (kasus) ini. Sumber : Platforma.

Keenam, pejabat Georgia yang tidak mau disebutkan namanya mengakui bahwa kargo dengan jumlah yang sama itu diproduksi dan dikirim dari Georgia dengan tujuan ke Mozambik. Pengapalan pada saat itu adalah pupuk seberat 2700 ton melalui mekanisme perdagangan legal. "itu adalah penjulan yang bersih dan terdaftar, tidak ada alasan bagi kami untuk curiga (saat itu)," ujar pejabat tersebut di sini.

Atas dasar enam peritiwa "aneh" tersebut dapat disimpulkan bahwa :

Tumpukan amonium nitrat itu tampaknya pesanan untuk Lebanon sendiri yang dikelola secara rahasia melalui mekanisme intelijen. Perusahaan yang memesan tampaknya terkait dengan penguasa bisnis di Lebanon. Tendesinya mengarah pada pihak militer atau milisi berpengaruh di sana.

Bahan tersebut digunakan sebagai persediaan amunisi untuk kepentingan bahan peledak militer dan industri.

Tendensi ini tidak berlebihan selain proses kedatanganya aneh atau misterius juga sesuai dengan analisa salah satu agen CIA yang pernah lama bertugas di Lebanon mengatakan ledakan itu bukan ledakan pupuk biasa melainkan terkait peledak milik militer. "Anda lihat awan orange di sana, jelas itu adalah ledakan bahan peledak untuk militer," ujar Robert Baer di sini.

Tempat penyimpanannya telah dibuat sedemikian kuat di dalam tanah akan tetapi tetap tak mampu menghadapi tekanan gas yang dihasilkan oleh ledakan 2.750 ton amonium nitrat tersebut sehingga menimbulkan bencana dan kerusakan dahsyat senilai 150 triliun rupiah, meninggalkan saksi bisu lubang sedalam 5 meter.

Apapun dan siapapun tersangkanya yang terpenting dari peristiwa ini adalah pembelajaran pada kita semua agar tidak menganggap enteng dengan menyimpan bahan kimia yang bisa menimbulkan bencana kemanusiaan dan kerusakan lingkungan seperti "ledakan Beirut" ini contohnya.

abanggeutanyo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun