Pada 20 Nopember 2013 kapal tersebut ditahan otoritas Lebanon untuk sementara guna mencegah terjadinya bencana di tengah perjalanan atau di tempat tujuan.
Grechuskin memilih menelantarkan kapal dan muatannya di Lebanon bahkan bersama 8 ABK nya karena mengaku bangkrut dan tidak ada dana untuk mengurus pembebasan dan denda serta biaya perawatan isi kargonya. Sejak saat itu kapalnya bersandar di dekat gudang 21 tempat muatannya disimpan menjadi "bom waktu."
Polisi Siprus telah menemuinya dan meminta penjelasan tentang peristiwa tersebut. Jawaban Grechuskin masih dirahasikan. Otoritas Siprus telah mengirimkan penjelasan Grechuskin ke Lebanon.
Kelima, pihak berkompeten di pelabuhan Beira Mozambik yang disebut-sebut menjadi negara pengimpor ternyata tidak pernah membuat rencana pembelian atau pengadaan benda tersebut. Tidak pernah ada dalam manifes rencana kedatangan kapal dan mutan seperti itu.
Antonio Limbobo, salah satu asisten direktur dari Cornelder yang disebut-sebut tujuan penerima di pelabuhan Beira, Mozambik mengatakan perusahaannya tidak pernah menemukan notifikasi adanya kiriman dan kapal seperti sepesifikasi (kasus) ini. Sumber : Platforma.
Keenam, pejabat Georgia yang tidak mau disebutkan namanya mengakui bahwa kargo dengan jumlah yang sama itu diproduksi dan dikirim dari Georgia dengan tujuan ke Mozambik. Pengapalan pada saat itu adalah pupuk seberat 2700 ton melalui mekanisme perdagangan legal. "itu adalah penjulan yang bersih dan terdaftar, tidak ada alasan bagi kami untuk curiga (saat itu)," ujar pejabat tersebut di sini.
Atas dasar enam peritiwa "aneh" tersebut dapat disimpulkan bahwa :
Tumpukan amonium nitrat itu tampaknya pesanan untuk Lebanon sendiri yang dikelola secara rahasia melalui mekanisme intelijen. Perusahaan yang memesan tampaknya terkait dengan penguasa bisnis di Lebanon. Tendesinya mengarah pada pihak militer atau milisi berpengaruh di sana.
Bahan tersebut digunakan sebagai persediaan amunisi untuk kepentingan bahan peledak militer dan industri.
Tendensi ini tidak berlebihan selain proses kedatanganya aneh atau misterius juga sesuai dengan analisa salah satu agen CIA yang pernah lama bertugas di Lebanon mengatakan ledakan itu bukan ledakan pupuk biasa melainkan terkait peledak milik militer. "Anda lihat awan orange di sana, jelas itu adalah ledakan bahan peledak untuk militer," ujar Robert Baer di sini.
Tempat penyimpanannya telah dibuat sedemikian kuat di dalam tanah akan tetapi tetap tak mampu menghadapi tekanan gas yang dihasilkan oleh ledakan 2.750 ton amonium nitrat tersebut sehingga menimbulkan bencana dan kerusakan dahsyat senilai 150 triliun rupiah, meninggalkan saksi bisu lubang sedalam 5 meter.