Ikut prihatin mendengar kabar penularan massal terhadap 1.262 orang di Secapa TNI AD (Bandung) dan 99 orang di Pusdik POM (Cimahi), oleh karenanya artikel ini sekedar memberi masukan dari sekian potensi pemicu Covid-19 yang menimpa sejumlah personil di kedua lokasi disebutkan di atas.
Pencegahan penularan Covid-19 pasti telah dilakukan secara cermat di ke dua tempat pendidikan dan latihan milik TNI AD tersebut. Jadi sangat mustahil lembaga yang terkenal sangat disiplin dan mengajari disiplin itu menafikan atau menganggap enteng langkah pencegahan penyebaran Covid-19 di lingkungannya.
Soal menjaga kebersihan dan keteraturan kita malah boleh belajar ke sana meniru yang terbaik untuk diterapkan dilingkungan rumah sendiri atau di lingkungan sekitar kita.
Tetapi mengapa kawasan steril itu bisa juga ditembus Covid-19 bahkan terjadi secara massal? Sesuatu yang anomali atau tidak wajar jika tak pantas disebut "misterius."
Anomali atau tak wajar karena kedua lokasi tersebut sudah pasti menjalankan sistem protokoler pencegahan Covid-19 dengan sangat baik tetapi terjangkit juga bahkan menyerang pada hampir 1400 orang tentara.
Dan jika hampir 1400 orang tertular itu menularkan kembali pada institusinya seusai latihan bisa dibayangkan betapa berlipat gandanya orang terpapar Covid-19 baik dalam status PDP maupun ODP dan OTG jika tidak terdeteksi lebih awal seperti saat ini dilakukan.
Oleh karenanya satu sisi kita salute dengan keterbukaan pihak berkompeten dalam mengumumkan kondisi ini secara terbuka teapi di sisi lain kita juga dibuat prihatin membayangkan jika kondisi menerjang kepada sejumlah TNI AD dan kelaurganya atau lingkungannya akibat sesuatu yang tidak wajar.
Apakah yang tidak wajar itu? Tentu banyak hal yang musti ditelusuri terutama adalah apakah faktor-faktor pencegahana covid-19 telah benar-benar dilaksanakan dengan murni, serius dan kontinu?
Jika sudah dilakukan sesuai protokoler, tahap berikutnya adalah melihat dan membaca data historis seminggu terakhir seluruh anggota TNI yang terpapar covid dalam semua kondisi, mencakup :
- Ketika keluar dari asrama pelatihan dengan berbagai alasan, kemana saja perginya atau berkunjung pada siapa dalam sepekan terakhir
- Ketika dikunjungi di asrama oleh teman atau keluarga siapa saja yang pernah berkunjung dalam sepekan terakhir
- Jenis ujicoba apa yang dilakukan dan bagaimana proses ujicoba sampel itu dilakukan
- Dalam sepekan terakhir jenis makanan apa yang dikonsumsi secara massal oleh prajurit selama dalam pelatihan
Yang disebutkan terakhir kedengarannya nyeleneh dan mungkin sepele tetapi perlu dilakukan penelitian apakah ada konsumsi jenis makanan secara massal dalam sepekan terakhir sebelum ujicoba sampel dilakukan, misalnya pernah mengkonsumsi makanan kaleng atau pernah mengkonsumsi ransum yang ternyata bisa menjadi pencetus hadirnya virus corona.
Terhadap hal-hal remeh tersebut mungkin saja tidak masuk diakal akan tetapi peneliti meluangkan waktunya sejenak untuk menguji sampel makanan atau minuman massal dalam sepekan terakhir termasuk jatah ransum militer (individual combat rations) atau Meal Ready to Eat (MRE) yang mungkin kadaluarsa atau ternyata pencetus hadirnya virus corona.
Meskipun ini BUKAN tendensius tetapi ada baiknya ditinjau lebih teliti dan mendalam. Meskipun telah memperoleh standar ISO 9001 apakah MRE kelompok T-2 ABC (jenis makanan basah) itu masih memenuhi syarat dan tidak dijangkiti corona virus?
Selain itu Enertab (energi tablet) dan T-2 FD (makanan kering) juga perlu diteliti kembali tingkat higienisnya apakah masih baik baik untuk ransum TNI maupun untuk ransum Polri.
Jika hal-hal remeh temeh seperti itu sudah dilakukan secara pasti baru kemudian dilihat konsumsi makanan atau minuman massal seperti apa dari dapur Asrama dalam sepekan terakhir sebelum uji coba sampel dilakukan, apakah pernah konsumsi makanan dari hewan-hewan tertentu yang tidak dimasak sesuai standarisasi?
Di luar itu juga musti diperiksa jenis makanan yang masuk dari luar apakah makanan fast food siap saji dari luar? Jika ada musti didaftar dan ditelusuri secara persiasif ke tempat pembuatannya.
Tampaknya remeh temeh memang, tapi mengacu pada catatan khusus WHO menyebutkan "... secara khusus virus corona bersifat termolabil, yang berarti mereka rentan terhadap makanan normal (suhu 70 derajat celsius). Karena itu hindari konsumsi produk mentah atau setengah matang . Daging mentah, susu mentah atau organ hewan mentah harus ditangani hati-hati untuk mencegah kontaminasi silang makanan mentah.." tulis seumber WHO tersebut.
Tidak disebutkan secara jelas ransum militer masuk dalam kategori di atas akan tetapi sebagaimana ditekankan dalam artikel bahwa peneliti sebaiknya meluangkan waktunya sejenak memeriksa beberapa sisi aneh dan tak wajar tersebut, salah satunya pada sejumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi sepekan terakhir. termasuk diantaranya ransum yang diberikan di sana.
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H