Belum terhapus trauma Iran dalam drama penembakan (tak sengaja) terhadap pesawat penumpang PS 752 milik Ukraina yang menewaskan 176 orang seisi pesawat di luar kota Teheran pada 8 Januari 2020 lalu kini sejumlah peristiwa (selama 2020 saja) tak kalah trauma terus melanda Iran.
Pada 10 Mei 2020. Sebuah kapal frigat Iran (Jamaran) melepaskan rudal dalam sebuah latihan di perairan Iran di dekat teluk Oman. Sebuah rudal menghantam kapal fregat sendiri lainnya (Konarak) sehingga menewaskan 19 orang dan 15 lainnya cidera.
26 Juni 2020. Sebuah ledakan besar terjadi di gudang persenjataan di kawasan industri militer di Parchin dan komplek logistik Kojhir.
Pada 30 Juni 2020. Sesaat setelah pengumuman penangkapan terhadap Presiden AS, Donald Trump akibat dituduh bersekongkol dalam pembunuhan terhadap Jenderal Qassem Soleimani di Irak pada 6 Januari 2020 lalau, sebuah kawasan bangunan Sina At'har Medical Clinic di pusat kota Teheran meledak menewaskan 19 orang.
Pada 2 Juli 2020. Sebuah sisi bangunan dalam kawasan reaktor nuklir paling penting di kota Natanz meledak. Belum diketahui sebab secara resmi oleh pemerintah Iran..
Pada 3 Juli 2020. Api besar melalap sebuah pusat perbelanjaan di kota Shiraz yang menjadi markas Brigade ke 55 Airborne Iran. Sebanyak 37 orang terluka akibat ledakan
Pada 4 Juli 2020. Ledakan menyasar pembangkit listrik di Ahvaz, Iran selatan melukai 70 orang pekerja.
Ke lima peristiwa terakhir di Iran tampaknya bukan peristiwa biasa tetapi serangan terkoordinasi yang dilakukan dengan perencanaan dan teknologi tinggi.
Berbagai media barat mengatakan serangan itu terjadi karena beberapa sebab yaitu Kecelakaan; Sabotase; Cyber-Attack hingga ulah Israel-AS.
Ada apa dengan Iran, apakah benar Israel dan AS telah melaksanakan operasi ke jantung pertahanan negeri para Mullah?
Menurut surat kabar Kuwait, Al-Jarida mengutip sumber keamanan senior Kuwait yang dirahasiakan, serangan di kawasan industri dan logistik militer Parchin dan Kojhir itu dilakukan oleh pesawat tempur siluman F-35 AS dipiloti AU Israel.
Tetapi pejabat Israel belum mengeluarkan pernyataan pasti tentang itu. Perdana Menteri Israel yang ditanyakan soal ledakan sejumlah fasilitas militer dan nulkir di Iran cuma menjawab diplomatis, "clearly, we can't get into that," alias tak bisa menjelaskannya, tulis NewsSky.com.
Dugaan adanya serangan terkoordinasi lainnya terhadap Iran bisa saja mengarah ke sana meskipun belum tentu telah dilakukan oleh pesawat tempur siluman F-35.
BBC berbahasa Persia mengatakan sebuah kelompok yang disebutHomeland Cheetahs bertanggung jawab atas serangan di fasilitas nuklir Natanz. Tak sampai 2 jam setelah peristiwa itu menggelegar ke seantero dunia kelompok tersebut mengirimkan email kepada BBC.com mengatakan bertanggung jawab kelompok tersebut.
Meskipun serangan tersebut mengakibatkan kerusakan kecil pada bagian tertentu komplek nuklir Natanz tetapi tergolong sangat berbahaya dan terasa menampar sangat keras wajah Iran.
Homeland Cheetahs atau "Cheetahs of The Homeland" melakukan aksinya pada Kamis dinihari pukul 2.00 waktu setempat menyerang Kashan nuclear site and Natanz assembly structure dengan sukses atau tidak dapat decegah (keamanan Iran).
Siapakah kelompok Homeland Cheetahs?
Di Iran terdapat kelompok "pasukan" Cyber yang disebut-sebut berafiliasi dengan pemerintah Iran dan membantu tugas-tugas khusus.
Pada 2012 hacker Iran menyerang situs Baidu dan Twitter yang akhirnya menciptakan perang hacker antara Iran dan China yang disebut "Sino-Iranian Hacker War."
Pada 2013, IRGC menjadi salah satu pasukan cyber resmi hebat di dunia. Iran berada posisi 4 besar dunia memiliki pasukan cyber terhandal di dunia.
Pasukan Cyber paling handal di Iran saat ini adalah:
- Advanced Persistent Threat (APT) 33. Nama lainnya kelompok ini adalah Tim Elfin, Refined Kitten dan Holmium yang dibentuk pada 2013. Kelompok ini dibentuk setelah Iran menjadi bulan-bulanan serangan cyber Israel dan AS pada Agustus 2010 melalui serangan "Stuxnet." Ketika itu dari 100% kerusakan komputer di seluruh dunia 60%-nya terjadi di Iran khususnya di sejumlah fasilitas nuklir Iran.
- APT 34. Nama lainnya adalah OilRig, HellixKitten yang disokong oleh pemerintah Iran. Dibentuk pada 2014 untuk menyerang sejumlah fasilitas bandara, lembaga keamanan dan fasiltias pembangkit listrik beberapa negara Arab.
- Setelah itu ada juga APT 35, APT 39 atau Charming Kitten, Cleaver, CopyKittens MuddyWater dan lain-lainnya yang berperang pengganti pasukan cyber yang sebelumnya maupun untuk misi khusus.
Kelompok pasukan cyber yang didukung pemerintah disebutkan di atas disebut "The Persian Cats."
Dari sini muncullah cyber attacker tandingan yang disebut "The Homeland Cheetahs" yang juga berasal dari Iran tetapi berlawanan dengan sejumlah cyber attacker pro pemerintah disebutkan di atas.
Belum dapat dipastikan apakah Homeland Cheetahs ini dibiayai dan dikendalikan oleh western cyber Agencies apa tidak, yang jelas perang cyber Iran dengan western cyber semakin menegangkan.
Ketegangan meningkat sangat pesat sejak Iran menembak jatuh drone AS di atas selat Hormuz pada Juni 2019. Sebuah drone canggih AS saat itu RQ-4A Global Hawks diam-diam menyelinap ke langit Iran dari Selat Hormuz. Sistem pertahanan Khordad-3 Iran mencegatnya.
Jauh sebelumnya Iran juga berhasil mendaratkan Drone Scan Eagle pada Desember 2012 dan drone lainnya yaitu RQ-170 Sentinel pada Desember 2011.
Awal Januari 2020, AS membunuh Jenderal Qassem Soleiman dengan drone bersenjata. Pembunuhan melanggar hukum Internasional itu telah membuat Iran berusaha membalas dengan cara apapun sampai kini.
Lima peristiwa beruntun di atas memperlihatkan peristiwa itu BUKAN peristiwa biasa tetapi terkoordinir dan mungkin saja bagian dari perang cyber Iran melawan cyber barat.
Sampai saat ini Iran lebih banyak berkorban daripada musuh-musuhnya. Donald Trump dan Benjamin Netanyahu kadang terpaksa tidak memperlihatkan tertawaannya atas dukalara Iran.
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H