Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ratusan Perusahaan Boikot Iklan di Facebook, Realistis atau Irasional?

3 Juli 2020   03:34 Diperbarui: 3 Juli 2020   03:36 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hingga saat ini  terdapat 100 perusahaan telah memboikot media sosial Facebook (FB) dengan cara berhenti kerjasama penayangan iklan mereka di media milik Mark Zuckerberg tersebut dalam aneka rentang waktu.

Alasan berhentinya sejumlah perusahaan menyerahkan iklan mereka ke FB telah disampaikan oleh banyak media massa, diataranya karena pengiklan merasa FB telah dijejali oleh banyak konten bernuansa kebencian, terorisme dan pornografi dan menjadi corong propaganda.

"Para pengiklan kompak ingin Facebook mengambil langkah tegas untuk memberangus konten berisi ujaran kebencian, rasisme dan mendukung kekerasan," tulis Kompas.com edisi 2 Juli 2020.

The NY Times edisi 29 Juni 2020 menulis alasan tersebut karena FB telah menjadi corong ujaran kebencian (Hate Speech) dan permisif terhadap postingan beraroma rasisme seperti yang dilakukan Presiden AS,  Donald Trump saat menanggapi gerakan Black Lives Matter.

Trump juga telah memposting komentar sinisnya terhadap Martin Gugino (75) yang didorong oleh Polisi kota Buffalo, negara bagian New York pertengahan Juni lalu. Dalam akun resminya Trump menilai pria yang jatuh terjengkah itu melakukan tindakan yang tidak realistis sangat jelas sandiwaranya.

Sejak meletusnya demo solidaritas terhadap George Floyd (bangkitnya kembali gerakan Black Lives Matter) benih-benih pertikaian di dalam tubuh FB pun mulai membara antara sesama karyawan FB bahkan antara karyawan dengan big bos Mark Zuckerberg. 

Brandon Dail, salah satu insiyur di FB jadi korban, dipecat gegara berbeda pendapat dengan rekan kerjanya yang tidak mendukung aski tertentu gerakan BLM ditayangkan di FB. 

Dail dipecat tanpa sempat membela diri. Belakangan dia mendapat dukungan dari teman kerjanya sehingga makin membuat rumit internal FB meskipun tidak menganggu organiasasi secara keseluruhan.

Tetapi bukan karena pertikaian internal di FB itu membuat sejumlah perusahaan "undur diri" menayangkan iklan di FB. Ada sebab lain yang lebih krusial tetapi belum tentu realistis dan sebaliknya belum tentu irasional.

Menurut NewYorkTimes edisi 26 Juni 2020, tidak kurang 100 perusahaan kini telah berhenti beriklan di FB. 

Adidas dan Reebok. Tahun lalu perusahaan alat olahraga tersebut berinfestasi iklan di seluruh Medsos senilai 12,4 juta dollar AS. Mereka kini memutuskan berhenti beriklan hingga Juli 2020. Alasannya menjaga diri sendiri dan "mitra" untuk menciptakan dan memelihara kondisi yang aman.

The Body Shop, sebuah perusahaan kecantikan dan perawatan kulit jelas-jelas sikapnya berhenti beriklan sementara waktu. Tahun lalu mereka beriklan sebesar 625.900 USD tapi mulai Juli berhenti karena prihatin dengan penyebaran ujaran kebencian di FB dan Twitter.

Boston Beer Company. Tahun lalu perusahaan pembuat bir terkenal ini membayar iklan di media sosial sebesar 2,1 juta USD. Tetapi mulai Juli ini mereka akan berhenti beriklan karena mengharapkan adanya kesetaraan terhadap warga kulit hitam.

March Inc lebih spesifik menyampaikan alasan berhenti beriklan di FB, IG dan Twitter. Perusahaan yang tahun lalu menghabiskan dana untuk iklan sebesar 5,3 juta USD mengatakan mereka bertanggung jawab dalam perang melawan rasisme kebencian, kekerasan dan rasisme.

Hal senada disampaikan jelas sekali oleh perusahaan perhiasaan, Signet Jewelers. Mereka berhenti beriklan di FB dan IG karena sangat menentang konten online ujaran kebencian, rasis dan diskriminatif.

Masih banyak perusahaan lainnya seperti CVS Health, Unilever termasuk Cocacola serta Starbuck yang berhenti beriklan sambil menanti konfirmasi FB karena alasan yang jelas, anti rasisme dan ujaran kebencian di FB.

Ada juga perusahaan bertindak hati-hati seperti Microsoft Corporation. Meskipun juga berhenti beriklan di FB dan IG hingga Agustus 2020 mereka memberi sedang mencari solusi dengan petinggi FB bagaimana agar mereka bisa beriklan kembali. Perusahaan perangkat lunak komputer ini beriklan sebesar 116 juta USD pada tahun lalu.

Ada juga sejumlah perusahaan yang ikut memboikot iklan di FB karena sekadar berpartisipasi, ada juga karena alasan terkait lesunya perekonomian seperti  Aviva, Birchbox, Best Buy dan lain-lain seperti Beam Suntory.

Forbes edisi terkini melansir fakta mengejutkan, tak kurang 500-an perusahaan kini telah berhenti beriklan di FB dan IG serta Twitter. Mungkin itu berlebihan atau terlalu banyak.

Laporan NY Times menyebutkan perusahaan-perusahan tersebut telah berhenti beriklan karena alasan yang paling utama terkait hadirnya platform ujaran kebencian, rasisme dan suasana tidak aman di FB, IG dan Twitter. 

Dari 100 perusahaan tersebut Mark Zuckenberg saja kehilangan omzet iklan sebesar 7,2 miliar dollar selama kwartal ke dua tahun 2020 saja, sebagaimana disampaikan NYTimes melalui info grafis di bawah ini.

Terjadi penurunan omzet iklan di Facebook pada Kwartal 1 tahun 2020. Sumber : NY Times.com
Terjadi penurunan omzet iklan di Facebook pada Kwartal 1 tahun 2020. Sumber : NY Times.com
Dalam jangka pendek kondisi ini tidak banyak berpengaruh pada posisi kekayaan Zuckerberg akan tetapi jika boikot ini berlanjut hingga tiga bulan ke depan diperkirakan akan dapat menganggu harga saham FB di bursa saham sekaligus bikin Zuckenberg pikiran kemana-mana.

Mengacu pada sikap sejumlah perusahaan yang melakukan boikot iklan di FB disebutkan di atas kita dapat melihat sejauh apa realistisnya sejumlah perusahaan melakukan boikot iklan di FB dan sejenisnya. 

Jika sedang terjadi kemunduran pendapatan akibat krisis ekonomi atau lainnya maka sangat logis perusahaan melakukan penghematan termasuk pengeluaran untuk iklan. Akan tetapi berlindung dibalik isu solidaritas terhadap gerakan BLM atau anti rasisme untuk menutupi kelemahan perusahaan sedang terjadi adalah tindakan irasional.  

Mungkin itu yang membedakan Microsoft Corporation dengan perusahaan lainnya. Perusahaan yang dibangun oleh Bill Gates ini lebih hati-hati menyikapinya atau tampaknya lebih realistis.

abanggeutanyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun