Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

BUMN "Berhantu" Sudah Ada Sejak Dulu, Erick Thohir Mau Tenggelamkan BUMN yang Mana?

8 Juni 2020   04:34 Diperbarui: 8 Juni 2020   04:44 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gebrakan Erick Thohir, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melakukan efisiensi dan efektifitas guna membentuk iklim dunia bisnis sehat pada kementerian dipimpinnya telah mendapat sambutan positif dari publik atau setidaknya dari media masa (penyambung suara nurani rakyat).

Meski baru permulaan, gebrakan dan kinerja Erick Thohir sempat dibandingkan lebih baik dari era Rini Soemarno. Budaya pemborosan dan kurang fokus berbisnis telah dibabat habis, mengubur segala bentuk warisan penyebab inefisiensi pada sebagian besar perusahaan pelat merah. 

Begitu trengginasnya Erick hingga salah satu pejabat di kementerian tersebut mersakan perbedaan ekstrim itu, khususnya dalam bidang akuntabilitas dan tranparansi informasi, sebagaimana pernah diungkapkan oleh Humas Kementerian BUMN Ferry Zandrianto pada 14/12/2019 lalu.

Akan tetapi tornado Erick jauh lebih berarti dari itu, yakni menciptakan efsiensi dan fokus pada bidang masing-masing badan usaha. Untuk itu Erick mengubah budaya kerja dan konsep BUMN dari Super Holding menjadi Sub Holding agar setiap perusahaan menjadi unit bisnis tersendiri yang fokus pada bidangnya dan tidak jadi korban kanibalisasi sesamanya.

Setelah dilantik pada 23 Oktober 2019 lalu ada 5 gebrakan utamanya, yaitu : Membenahi internal Kementerian BUMN; Merombak komisaris dan direksi sejumlah BUMN; Membongkar praktek penyelundupan motor mewah dari luar negeri; Penyelamatan Jiwas Raya; Efisiensi biaya perjalanan dinas pejabat; dan Menata kembali anak perusahaan BUMN.

Gebrakan Erick terus berlanjut pada awal 2020, membuat rumusan komprehesif untuk menilai kinerja BUMN berdasarkan Key Perfomance Index (KPI). Kinerja BUMN tidak lagi dilihat semata-mata pada pencapaian laba karena ditemukan indikasi BUMN melakukan trik membuat laporan kesannya baik sehingga terlihat memperoleh laba. 

Dalam hal ini tampaknya Erick benar. Salah satu buktinya dapat telusuri di sini dalam Laporan Kinerja Kementerian BUMN Tahun 2015 yang ditandangani oleh Rini Soemarno. Susah sekali menemukan mana BUMN yang berkinerja baik atau buruk dalam laporan itu. (Entah nyempil dimana info tetang hal ini). Budaya laporan sarat formalitas, berkonsep "Super Holding," mengutip istilah Erick di atas.

Gebrakan Erick  lainnya tahun 2020 adalah mengatur ulang mekanisme bonus tahunan direksi dan satu lagi yang terkini membubarkan BUMN yang sekarat.

Pada Maret 2020 lalu, Erick meyakinkan Peesiden guna menyuntik sejumlah BUMN melalui Penyertaan Modal Negara (PMN), Pembayaran Kompensasi dan Dana Investasi termasuk untuk pembayaran utang luar negeri yang telah jatuh tempo beberapa BUMN. Total seluruh suntikan itu sebesar 152 triliun rupiah.

Kini Erick kembali menggetarkan dunia BUMN dengan melontarkan serangan baru akan "tenggelamkan" BUMN Hantu. Sebuah sindiran kepada sejumlah organisasi bisnis yang performanya TIDAK sehat. Termasuk di dalam kategori ini misalnya adalah kedudukan kantor tidak jelas, tidak ada manfaat bagi publik dan negara, tidak ada labanya, membengkaknya hutang serta jumlah karyawan yang cuma beberapa orang.

Di tengah lesunya kinerja 90% BUMN akibat pandemi Covid-19 masih ada (10%) BUMN yang tidak mengalami dampak berarti adalah BUMN yang bergerak di bidang Telekomunikasi, Kelapa Sawit, Farmasi dan Kesehatan, Erick berusaha menciptakan iklim sehat pada kementerian yang dipimpinnya.

Erick melakukan terobosan demi terobosan termasuk akan "menenggelamkan" BUMN (perusahaan) yang berhantu selama ini. Jika mengacu pada tolok ukur BUMN itu adalah BUMN yang Tidak ada manfaatnya atau Tidak menghasilkan laba atau Tidak jelas kedudukan Organisasinya) atau Tidak Efisien (boros), Banyak Utang Siluman dan lainnya maka langkah Erick bisa sangat populer.

Tapi mengapa Erick baru tahu sekarang ada BUMN "berhantu," padahal perusahaan seperti itu telah lama ada di BUMN. 

Sumber gambar bloody-disgusting.com. Diedit seluruhnya oleh Penulis
Sumber gambar bloody-disgusting.com. Diedit seluruhnya oleh Penulis
Ketika Dahlan Iskan masih menjabat Menteri BUMN pernah berkata, "Banyak BUMN yang mampu meningkatkan kinerjanya dari tahun sebelumnya, teapi BUMN yang masih mempunyai rapor "merah" ada sekitar 30 BUMN," ujarnya saat itu seraya menambahkan ada  35 BUMN yang berprestasi baik pada semester 1/2013. Sumber ini.

Tidak jelas mengapa hanya ada 65 (total) BUMN yang dinilai Dahlan Iskan saat itu padahal setidaknya ada 130 BUMN yang terbagi dalam 14 sektor saat itu. Jika yang dibicarakan saat itu hanya 65 BUMN berarti cuma 50% BUMN yang dinilai, BUMN lain tak jelas rimbanya hingga Dahlan Iskan lengser pada 20 Oktober 2014 (digantikan Rini Soemarno hingga 22 Oktober 2019).

Mungkinkah separoh BUMN masa Dahlan Iskan yang tak jelas rimbanya itu lalu dinina-bobokan (dimanja) masa Rini lalu tiba-tiba sakit kronis di masa Erick lalu merencanakan menenggelamkan BUMN sakit-sakitan itu?

Sebaiknya mengumumkan lebih dahulu nama BUMN tersebut agar publik dapat menilai, terutama sekali mengaitkannya dengan riwayat "kesehatan" atau performa BUMN itu setidaknya dalam 10 tahun tahun terakhir sejak jaman Dahlan, Rini dan kini jaman Erick. 

Jika memang dari "sononya" riwayat BUMN itu sakit-sakitan, langkah Erick menenggelamkan kapal itu dan mengusir hantunya pasti didukung publik. Tapi jika cuma kapalnya saja ditenggelamkan "hantunya" bisa otomatis pindah ke kapal baru. Jika itu (pindah kapal) terjadi berarti Erick harus siap kejar-kejaran dengan Hantu BUMN dalam episode yang lain nanti.

abanggeutanyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun