Perumpamaan lain adalah pedagang senjata dan amunisi berharap perang atau pemberontakan bisa berjalan lebih lama dan panjang sehingga ada pembelian senjata dan amunisi serta petempur yang memberi keuntungan pada mereka.
Berkaca pada peristiwa di sejumlah negara yang telah "malang melintang" menghadapi dan mencegah corona virus tampaknya pemerintah Indonesia musti bersikap lebih fleksibel yaitu melonggarkan lockdwon atau PSBB atau apapun namanya tapi mirip dengan itu atau bila perlu berhentikan lockdown.
Akan tetapi petugas terkait musti terus memberi sosialisasi (cuci otak) setiap pagi dan sore pada masyarakat (di jalan, pasar, komplek perumahan dan lain-lain) agar menjaga kebersihan diri dan lingkungannya masing-masing dimanapun mereka berada dan beraktifitas termasuk di dalam pasar tradsional becek sekalipun. Brain storming simultan itu dihrapkan mampu mencuci otak warga dan mengubah budaya jorok otomatis jadi lebih bersih.
Kini semakin hari semakin terlihat pola penanganan corona virus menjadi amburadul. Ada berita mengatakan orang berkecukupan justru mendapat bansos. Ada pemilik rekening gendut memperoleh BLT, ada pasangan suami istri berkecukupan memperoleh bantuan pra kerja dan lain-lain.
Tak perlu menunjuk siapa tetapi kondisi itu mempertegas adanya kekacauan dalam program-program yang awalnya bertujuan mulia belakangan menjadi simpang siur karena kesalahan data, kesalahan informasi, kesalahan integrasi ini dan itu yang harusnya tak perlu terjadi.
Dampak PSBB pun telah bikin kacau perekonomian. Penerimaan negara lebih besar pasak dari tiang sedangkan penghasilan warga jauh panggang dari api. Semua merasakan getahnya terutama warga keluarga miskin seakan makin putus asa menghadapi sulitnya hidup saat ini.
Oleh karena itu sudah saatnya bangkit tapi JANGAN anggap enteng dengan virus corona. Sekali lagi, petugas musti meneruskan sosialisasi mengingatkan warga pagi, siang dan sore agar menjaga kebersihan diri dan lingkugannya. Petugas apapun kesatuan dan isntansinya musti secara kontinu selama setahun dilibatkan mensosialisasikan kebersihan termasuk pasar- pasar tradsional.
Jangan salahkan lockdown, PSSB apalagi corona virus. Mari ambil hikmahnya saja, setidaknya dengan peristiwa ini telah membuat kita jadi paham bahwa virus corona itu ternyata berbahaya. Literasi mitigasi dan pencegahannya telah membantu jutaan orang sadar dan paham bagaimana seharusnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Sangat ironi jika literasi itu putus sampai sampai di bulan Mei saja seiring berkahirnya PSBB atau lockdown. Menyedihkan sekali jika setelah itu warga kembali kurang perduli kebersihan diri dan lingkungan.
Beberapa jam lalu Presiden Jokowi telah membuka narasi tentang "damai" dengan corona tersebut. Jika itu terjadi maka sangat diharapkan petugas yang menjalankan tugas sosialisasi brain storming tetap gigih mendidik warga di manapun berada agar tetap menjaga kebersihan diri dan lingkungannya, tidak lapuk oleh waktu.
Selamat datang kehidupan baru. Mari kita bangkit kembali dengan "berdamai" dengan corona virus