Untuk mendeteksi orang carrier atau pembawa virus (sementara orang itu sendiri tidak merasa sakit) mungkin masih agak sulit karena belum ada solusinya. Tetapi untuk mendeteksi penderita baru Covid-19 masyarakat akan sedikit tertolong sekarang berkat hadirnya aplikasi-aplikasi yang mampu menjawab kebutuhan manusia saat ini.
Aplikasi tersebut memberi info titik atau lokasi mana saja di sekitar kita ada yang terpapar SARS-Cov-2 (virus Corona) sehingga kita dapat menghadiri menghindari lokasi tersebut.
Sebut saja di dalam sebuah keramaian kita akan mendapat informasi siapa yang tertular virus corona. Bahkan tetangga kita (jika ada yang terpapar Corona) dengan aplikasi itu kita akan dapat mengetahuinya.
Meskipun aplikasi tersebut kemungkinan akan sedikit menimbulkan kepanikan pada awalnya tetapi lama-lama orang akan memahami bahwa tujuannya adalah agar kita dapat menghindari kawasan tempat orang terpapar virus corona itu berada. Kesediaan atau kerelaan penderita Covid-19 memberikan informasi mereka kepada pihak berwenang sangat membantu orang lain terhindar dari serangan virus yang sama.
Di AS aplikasi ini baru diluncurkan seminggu yang lalu (17/3/2020) namanya Private Kit: Safe Paths untuk android 8.0 dan iOS. Dibuat oleh sejumlah tim ahli dari berbagai disiplin ilmu teknologi informasi dan ahli epidemiologi dari Massachusetts Institute of Technology (MIT Media Lab) dikepalai oleh profesor Ramesh Rashkar.
Data, nomor telepon serta kode IMEI telepon para penderita Covid-19 terdata dalam server pemerintah (Departemen Kesehatan AS). Aplikasi tersebut bekerjasama pemerintah sebagai penyedia data, karena tim MIT-Lab diminta oleh The US CDC and Prevention untuk membuat teknologinya. Akhirnya teknologi berbasis GPS buatan MIT-Lab ini berhasil diluncurkan.
Di Singapore, teknologi mengenal penderita Covid-19 juga baru diperkenalkan 4 hari yang lalu, namanya Trace Together, sebuah aplikasi yang dikembangkan oleh Dinas Technologi Pemerintah (GovtTech). Berbeda dengan buatan MIT Lab diatas, sejauh ini Aplikasi buatan Singapore bekerja melalui teknologi pertukaran jaringan bluetooth.
Sistem kerja aplikasi Singapore berbasis bluetooth. Seseorang baru terdata positif corona identitasnya tesimpan dalam server khusus pemerintah. Secara sederhana, dari signal bluetooth hape penderita baru itu akan memberi informasi atau signal pada orang sekitarnya ada seseorang terpapar virus corona di sekitar anda.
Kabarnya di China dan Korea Selatan aplikasi sejenis itu tinggal diluncurkan tetapi tampaknya kalah cepat peluncurannya dibanding AS dan Singapore.
Di Indonesia tampaknya juga akan hadir teknologi sejenis. Awalnya anak penulis yang sedang kuliah di salah satu sekolah tinggi di kota Bandung mengirim pesan ke WA keluarga. katanya meminta keluarga mengunduh sebuah aplikasi untuk mendeteksi penderita corona di sekitar kita. Tujuannya agar kita dapat menghindarinya atau menghindari kawasan atau lingkungan ia berada.
Mungkin ini sangat bersifat pribadi tak tepat untuk diutarakan. Tetapi dia memberi izin pada ayahnya (penulis) untuk diutarakan dalam artikel ini. Berikut ini screen shoot komunikasi penulis dengan anak tentang aplikasi yang dimaksud "
Terlepas dari bisa atau tidak aplikasi itu diunduh tetapi apa yang sedang mereka buat sudah bagus. Selain gratis juga bermanfaat walaupun dalam tampilan mungkin tidak sama dengan Singapore apalagi membandingkan dengan buatan MIT Lab di atas. Tetapi cara kerja dan kegunaannya sama.
Sejarah Telepon pintar untuk mendeteksi penyakit sebetulnya telah lama ada. John Crowcroft dan Eiko Yeneki adalah dua ilmuwan dari Cambridge University Inggris pertama sekali memperkenalkan telepon pintar untuk mendeteksi penyakit, Flu Phone (FluPhone) pada awal 2011.
FluPhone terdiri dari aplikasi telepon seluler di telepon dan penerima sebagai skrip PHP di server web. Aplikasi ponsel ditulis dalam Java (J2ME), yang mengumpulkan data perangkat dengan Bluetooth, data koordinasi GPS, dan gejala flu yang dilaporkan sendiri oleh pengguna. Data yang dikumpulkan dikirim melalui GPRS / 3G ke server. Demikian kira-kira cara kerja secara singkat. Lengkapnya lihat di sumber ini.
Teknologi digunakan saat itu belum seperti saat ini sehingga memiliki keterbatasan dalam banyak hal tetapi fungsi aplikasi tersebut mirip dengan fungsi aplikasi temuan profesor Ramesh Rashkar cs saat ini. PhoneFlu temuan Cambridge Unicersity pada masanya diakui telah banyak membantu pemerintah Inggris memerangi SARS ketika itu.
Kedua ilmuan tersebut kini mengaku aplikasi mereka dapat juga digunakan untuk mendeteski penderita Covid-19. (Sumber : ini). Tetapi kali ini John dan Eiko mungkin terlambat karena tim dari MIT-Lab AS dan Singapore telah duluan mewujudkan.
Di sisi lain, jika karya anak bangsa yang disebutkan di atas jadi kenyataan mungkin ini menjadi aplikasi yang pertama di tanah air (mohon koreski jika penulis keliru) meskipun masa penggunaan aplikasi tersebut mungkin bersifat temporer.
Soal siapa duluan mungkin itu soal nomor dan itu kurang penting saat ini sebab yang lebih penting adalah apa kontribusi kita masing-masing dalam mencegah dan berupaya bersama-sama memerangi pandemi Covid-19.
Kontribusi minimal kita mungkin menjalankan tatatertib dan pencegahannya sesuai anjuran pemerintah dan WHO. Sedangkan para ahli teknologi informasi dan digital didukung ahli lainnya memberi cara bagi kita untuk mawas diri menghindarinya misalnya melalui aplikasi-aplikasi seperti di atas.
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H