Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bersatu di Wuhan, Berpisah di Tenda Pleton, Terima Kasih Natuna!

15 Februari 2020   05:37 Diperbarui: 16 Februari 2020   11:35 2967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : alinea.id.edit oleh penulis

Masih segar dalam ingatan bagaimana dramatisnya proses evakuasi terhadap 243 Warga Negara Indonesia (WNI) dari Wuhan menjelang kembali ke Indonesia. 

Kecemasan akibat jatuhnya satu per satu korban keganasan virus Corona, persiapan dan pelepasan 42 orang tim penjemput dan tim medis khususnya di pangkalan militer Natuna hingga demo sebagian warga Natuna mungkin dapat mewakili betapa dramatisnya saat itu.

Minggu 2 Februari 2020 meskipun masih pagi suasana sekitar bandara Raden Sadjad saat itu telah hangat akibat hilir mudik ratusan pendemo yang akan melakukan aksi tolak kedatangan saudaranya dari Wuhan (setelah transit sejenak untuk ganti pesawat di Batam). 

Pukul 11.05 pesawat pertama milik TNI AU jenis Boeing 737 mendarat di Natuna. Berselang 17 menit kemudian pesawat ke dua juga milik TNI AU mendarat dengan selamat pada pukul 11.22. 

Di luar bandara tepatnya di depan Mako Lanal, Ranai ratusan massa terlibat bentrokan dengan aparat keamanan termasuk 117 petugas Brimob yang khusus dikirim ke Ranai untuk pengamanan.

Warga menolak kawasannya dijadikan karantina dan khawatir kampung halamannya terpapar penyakit aneh. Lebih dari itu mereka mengira WNI yang datang itu adalah warga yang telah terpapar virus corona

Bupati Natuna mengaku warganya salah sosialisasi sehingga salah menanggapinya lalu jadi ketakutan lebih dahulu. Informasi Natuna dijadikan kawasan karantina baru diketahui sehari sebelum WNI tiba atau baru diketahui Sabtu, ujar Bupati Natuna, Badul Hamid Rizal ketika berada di DPR RI (4/2/3030). 

Aksi dan sikap warga Natuna pada saat itu ditanggapi dengan cara beragam oleh warga net, ada pro, ada kontra dan ada yang menganggap wajar karena warga Natuna belum tahu. 

Tetapi tidak sedikit yang menyesalkan karena mencerminkan sikap egoisme, intoleran bahkan ada yang mempertanyakan rasa nasionalis mewarga di tengah perhatian nasional tercurah untuk mempertahankan teritorial laut Natuna dari pengaruh (kawasan ZEE) China.

Seiring berjalannya waktu, 237 WNI, 1 WNA (suami dari WNI), 5 anggota tim pendahulu KBRI Beijing dan 42 orang dari tim penjemput termasuk kru pesawat dan petugas kesehatan terus dipantau di dalam kawasan observasi dekat bandara Raden Sadjad. 

Warga tetap beraktivitas seperti biasa, ada yang beribadah, ada yang berolahraga, menggunakan internet untuk hiburan dan hubungi keluarga, bermain remi, senam aerobic dan ada yang ikut kompetisi pertandingan Futsal dan lain-lain. 

Pendek kata selama 14 hari di sana suasananya lebih mirip wisatawan lokal yang sedang kemping di dalam hanggar pesawat yang telah dipasangi sejumlah kemah kesehatan militer (kalau tak salah mirip tenda Pleton-red).

Meski lokasi penampungan tampak demikian sederhana tetapi sanitasi lingkungannya dipantau ketat sesuai dengan prosedur pengawasan yang diterapkan oleh Dirjen Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Kemenkes mengacu pada standar WHO.

Persoalan tinggal di tenda itu ternyata pernah jadi sorotan tetapi ditanggapi santai saja oleh Sekretaris Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan dr Achmad Yurianto. Mereka itu bukang orang sakit jadi tidak diinapkan di Rumah Sakti. "Ini semua orang sehat, kok" ujar Achmad.

Untuk mengusir rasa bosan dari "kemping" yang panjang itu selain kegiatan di atas mereka lebih intensif berinteraksi saling berkenalan lebih dekat dengan sesama WNI ekspatriat di provinsi Hubei.

Mungkin selama ini "silaturahmi" tidak dapat terlaksana meskipun sama-sama berada di China karena berasal dari aneka lokasi (kota) yang berjauhan misalnya ada yang dari Enshi, Jingzhou, Huang Shi, Xianing, Wuhan sendiri dan lain-lain. 

Gambar : Detik.com dan new.strubus.id. Diedit oleh penulis
Gambar : Detik.com dan new.strubus.id. Diedit oleh penulis
Akhirnya hari dinantikan pun tiba. Sabtu 15 Februari 2020 adalah masa berakhirnya pemantuan (14 hari) yang ditetapkan WHO, artinya Sabtu 15/2/2020 mereka akan meninggalkan lokasi karantina atau observasi atau apapun namanya jika tak pantas disebut kemping.

Selama 14 hari sesuai sistem dan prosedur kesehatan internasional hasilnya tidak ada satu orang pun mengalami ciri-ciri seperti orang terpapar virus Corona. 

Mereka pun akan segera kembali ke daerahnya masing-masing (ke 29 provinsi) yaitu: Provinsi Jawa Timur menjadi daerah terbanyak, yakni 65 orang. Disusul Kalimantan Utara (19), DKI Jakarta dan Sulawesi Selatan (masing-masing 16), Kalimantan Timur (15), Aceh (13), Jateng (10), Jabar dan Papua Barat (masing-masing 9), Kalsel (8). Riau 6, Papua dan Banten (masing-masing 5).

Sementara itu, masing-masing 4 orang berasal dari Sumatera Utara, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan Jambi.

Selama 14 hari mereka telah "disatukan" dari bayang-bayang wabah corona Wuhan lalu akan berpisah di tenda Pleton Natuna. Syukur sekali kondisi mereka baik-baik saja sehingga tidak ada yang menjadi korban keganasan Corona.

Kita semua merasakan suasana perpisahan itu dengan rasa puas karena tidak ada jatuhnya korban jiwa pada warga kita. Puas juga karena tidak ada yang terpapar wabah tersebut. Puas juga karena pada akhirnya warga Natuna banyak yang berempati dan menyadari kekeliruannya akibat kurang sosialisasi.

Sebentar lagi hiruk pikuk di hanggar akan kembali sepi seakan ikut membawa sejuta kenangan tak terlupakan atas seluruh perhatian selama di sana. 

Meskipun dengan beberapa kuntum bunga semoga tak akan mengurangi tanda sayang dan terimakasih dari mereka untuk semua yang telah memberi perhatian, spesial untuk Natuna.

abanggeutanyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun