Pendek kata selama 14 hari di sana suasananya lebih mirip wisatawan lokal yang sedang kemping di dalam hanggar pesawat yang telah dipasangi sejumlah kemah kesehatan militer (kalau tak salah mirip tenda Pleton-red).
Meski lokasi penampungan tampak demikian sederhana tetapi sanitasi lingkungannya dipantau ketat sesuai dengan prosedur pengawasan yang diterapkan oleh Dirjen Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Kemenkes mengacu pada standar WHO.
Persoalan tinggal di tenda itu ternyata pernah jadi sorotan tetapi ditanggapi santai saja oleh Sekretaris Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan dr Achmad Yurianto. Mereka itu bukang orang sakit jadi tidak diinapkan di Rumah Sakti. "Ini semua orang sehat, kok" ujar Achmad.
Untuk mengusir rasa bosan dari "kemping" yang panjang itu selain kegiatan di atas mereka lebih intensif berinteraksi saling berkenalan lebih dekat dengan sesama WNI ekspatriat di provinsi Hubei.
Mungkin selama ini "silaturahmi" tidak dapat terlaksana meskipun sama-sama berada di China karena berasal dari aneka lokasi (kota) yang berjauhan misalnya ada yang dari Enshi, Jingzhou, Huang Shi, Xianing, Wuhan sendiri dan lain-lain.
Selama 14 hari sesuai sistem dan prosedur kesehatan internasional hasilnya tidak ada satu orang pun mengalami ciri-ciri seperti orang terpapar virus Corona.
Mereka pun akan segera kembali ke daerahnya masing-masing (ke 29 provinsi) yaitu: Provinsi Jawa Timur menjadi daerah terbanyak, yakni 65 orang. Disusul Kalimantan Utara (19), DKI Jakarta dan Sulawesi Selatan (masing-masing 16), Kalimantan Timur (15), Aceh (13), Jateng (10), Jabar dan Papua Barat (masing-masing 9), Kalsel (8). Riau 6, Papua dan Banten (masing-masing 5).
Sementara itu, masing-masing 4 orang berasal dari Sumatera Utara, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan Jambi.
Selama 14 hari mereka telah "disatukan" dari bayang-bayang wabah corona Wuhan lalu akan berpisah di tenda Pleton Natuna. Syukur sekali kondisi mereka baik-baik saja sehingga tidak ada yang menjadi korban keganasan Corona.
Kita semua merasakan suasana perpisahan itu dengan rasa puas karena tidak ada jatuhnya korban jiwa pada warga kita. Puas juga karena tidak ada yang terpapar wabah tersebut. Puas juga karena pada akhirnya warga Natuna banyak yang berempati dan menyadari kekeliruannya akibat kurang sosialisasi.