Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Erdogan Tiup Peluit Tanda Perang di Suriah, Siaga 1 Hadapi Rusia

13 Februari 2020   10:31 Diperbarui: 15 Februari 2020   01:58 1191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Recep Tayyip Erdoğan, Presiden Turki. Gambar : quaidtv.com/2016/12/02

Seperti telah diperkirakan banyak pengamat sejak lama apapun jenis proses perdamaian dan negosiasi marathon dilakukan untuk perdamaian Suriah tetap saja masing-masing dalang pertikaian berusaha bagaimana kepentingannya jadi pemenang.

Aneka pembicaraan damai telah terjadi sejak dari Liga Arab (Arab Liga pada November 2011 - Januari 2012) hingga belasan kali perundingan Astana. Beberapa kali perundingan Jenewa, berulang kali perundingan Sochi hingga perundingan Astana ganti nama jadi perundingan Nur Sultan (10-12-2019) tidak mampu satukan kata sepakat mengakhiri perang. 

Perang Suriah telah meletus hampir 9 tahun lamanya akan tetapi sengitnya perang Suriah justru baru terjadi dan akan makin sengit dalam beberapa hari ini JIKA Turki dan Rusia tidak menemukan solusi akhir penyamaan persepsi dalam konflik di negeri Suriah.

Indikator bakal makin sengitnya perang Suriah terlihat tandanya ketika pasukan Suriah (SAA) yang ditopang militer Rusia dan Iran di berbagai bidang mulai memperlihatkan taringnya ketika menguasai kota strategis Maarrat al Nukman yang berada di jalan nasional M5 yang menghubungkan Aleppo dan Damaskus pada 28 Januari 2020 lalu. 

Setelah kota Maarrat al Nukman dikuasai SAA beberapa kota dan desa penyangga sekitarnya --bagaikan efek domino-- ikut jatuh hingga SAA tiba dengan sangat cepat di segi tiga maut kota Saraqib di depan kota Idlib

Jatuhnya kota Saraqib ke tangan SAA membuat Turki murka karena itu terjadi saat reinforcement massif sedang dilalaksanakan, seakan SAA meremehkan kekuatan Turki. Selain itu Saraqib adalah simbol kekuatan penjaga "ibukota pemberontakan" Idlib.

Selama masa pengerahan kekuatan massif Turki, serangan terhadap pos militer Turki pun telah terjadi 2 kali dalam bulan Februari 2020 yang menewaskan 14 tentara Turki (Turki melaukan serangan balasan dengan artileri dan roket yang menewaskan hampir 100 pasukan SAA dan milisi pendukungnya).

Dalam bulan Pebruari saja Turki telah memasok ribuan pasukan Turki (TSK) termasuk ratusan pasukan komadonya ditambah seribuan truk bermuatan meriam, kendaraan pengangkut, howitzer Firtina, artleri, roket, senjata dan misil anti serangan udara dan tank berat serta anti misil panggul (manpad) dan lain-lain.

Kini bukan rahasia lagi TSK terang-terangan membantu pemberontak Suriah yang kini berganti payung Syrian National Army (SNA) namun tidak juga membuat jet tempur Rusia berhenti menyerang.

Selain SNA pasukan Turki juga diperkuat oleh TFSA (FSA dukungan Turki) dan National Liberation Front (NLF) serta Hayat Tahrir al-Sham (HTS) milisi paling power full dan menggentarkan dari seluruh milisi dan jihadi yang ada dalam pemberontakan Suriah.

Hingga berita ini diturunkan posisi SAA dukungan Rusia berada di front terdepan kota Saraqib hanya berjarak 9 km saja untuk masuk ke kota Idlib jantung dan simbol perjuangan pasukan oposisi atau pemberontak Suriah. 

Dalam sebuah pernyataan terkini Ankara (Erdogan) meminta pasukan SAA mundur hingga sejauh 10 mil (16 km) dari kota Idlib sebagaimana dikutip dari Reuter.  Berkali-kali Erdogan bersumpah, mengingatkan, mengancam bahwa SAA harus membayar "harga" sangat mahal atas pembalasan Turki dalam waktu dekat.

Menanggapi hal itu SAA tidak berusaha masuk ke kota Idlib dari arah Saraqib tetapi melakukan serangan melingkar ke kawasan di luar kota Idlib yaitu ke arah desa Kafr Halab dan  Miznaz di utara untuk selanjutnya memotong jalan besar ke  kota Idib dari arah utara 

Di front Aleppo, SAA disokong jet tempur Rusia seperti tidak memperdulikan pasukan Turki yang sedang memperkuat benteng pertahanan di pos utama dan pos tambahan. Pasukan Turki juga menyerahkan senjata berat kepada milisinya termasuk manpad yang (katanya) telah menembak jatuh helikopter Suriah Mi 1 dan mnewaskan 2 pilot dan 2 penembak di dalamnya. Informasi lain menyebutkan Heli tersebut jatuh karena diserang misil udara ke udara dari sebuah F16 Turki.

Masih di front Aleppo, setelah merebut Khan Tuman minggu lalu SAA merangsek jauh melintasi jalan M5 hingga tembus ke kawasan provinsi Idlib dan tampaknya akan menyasar kota Sarmada untuk menutup akses ke Idlib dari arah selatan dan menghadang aliran armada Turki yang datang  arah arah provinsi Hatay Turki) termasuk dari pintu perbatasan Turki (Qasr al-Banat).

Peluit tanda perang sesungguhnya sudah ditiup Erdogan tapi masih pelan. Berbagai ultimatum dan unjuk kekuatan telah diperlihatkan Turki tetapi tidak melunturkan semangat SAA melainkan menjadi beringas, seakan sudah hilang kesadaran dan rasa takut mati.

Pasukan SAA dan milisinya justru mengepung satu demi satu pos pemantau Turki. Dari 12 pos pemantau kini tinggal 5 pos yang tidak dikepung SAA. Salah satu pos yang terancam dikepung lagi SAA berada di desa Ul Uraimah. Jika itu terjadi maka tinggal 4 pos saja yang masih jauh dari jangkauan SAA.

Jika Erdogan meniup peluitnya lebih keras maka pertempuran besar bisa terjadi. JIKA ini terjadi tampaknya 6 hingga 7 pos Turki akan kewalahan menghadapi serangan roket SAA. Meskipun Turki membalas serangan terhadap posisi SAA dari berbagai posisi mereka di tempat lain tetapi  akan mengakibatkan jumlah korban besar di pihak pasukan Turki (karena di setiap pos tersebut terdiri dari puluhan hingga 100 tentara).

Seluruh titik dan lokasi pasukan Turki telah terdeteksi posisinya sama halnya dengan sejumlah lokasi dan titik lokasi pasukan SAA dan Rusia juga terpantau atau satelit Turki tinggal menunggu peluit Erdogan berbunyi lebih keras menandakan perang lebih terbuka dan sengit bakal terjadi.

Meskipun Turki menerapkan perang urat syaraf dengan menumpuk armada tempurnya untuk sekadar menekan atau perang terbatas saja dengan SAA tindakan itu tidak akan produktif karena pasukan SAA justru mengejar pemberontak ke arah posisi pasukan TSK lalu mengurung posisi pasukan Turki dalam posisi sangat dekat tak lebih pada jarak 500 meter saja.

Akibat kondisi tersebut jelas sekali, cepat atau lambat pasti akan mengarah pada bentrokan darat dan udara antara pasukan Turki dan Rusia tidak dapat dihindari lagi.

Melihat pada arah ofensif tampaknya SAA setuju tidak meneruskan serangan ke kota Idlib. Masalahnya adalah jika permintaan Erdogan itu  TIDAK digubris SAA maka potensi perang Turki melawan SAA dan Rusia pun tidak terelakkan lagi sekaligus menguburkan sejumlah senyuman dan hangatnya jabat tangan di berbagai lokasi perundingan.

Peluit tanda perang telah ditiup pelan oleh Erdogan dan jika peluit Erdogan ditiup lebih keras perang sengit itu makin tambah sengit hingga menguburkan aneka senyuman dan kehangatan jabat tangan Rusia -Turki dalam puluhan proses negosiasi damai fiktif. 

abanggeutanyo

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun