Dalam sebuah pernyataan terkini Ankara (Erdogan) meminta pasukan SAA mundur hingga sejauh 10 mil (16 km) dari kota Idlib sebagaimana dikutip dari Reuter. Berkali-kali Erdogan bersumpah, mengingatkan, mengancam bahwa SAA harus membayar "harga" sangat mahal atas pembalasan Turki dalam waktu dekat.
Menanggapi hal itu SAA tidak berusaha masuk ke kota Idlib dari arah Saraqib tetapi melakukan serangan melingkar ke kawasan di luar kota Idlib yaitu ke arah desa Kafr Halab dan Miznaz di utara untuk selanjutnya memotong jalan besar ke kota Idib dari arah utara
Di front Aleppo, SAA disokong jet tempur Rusia seperti tidak memperdulikan pasukan Turki yang sedang memperkuat benteng pertahanan di pos utama dan pos tambahan. Pasukan Turki juga menyerahkan senjata berat kepada milisinya termasuk manpad yang (katanya) telah menembak jatuh helikopter Suriah Mi 1 dan mnewaskan 2 pilot dan 2 penembak di dalamnya. Informasi lain menyebutkan Heli tersebut jatuh karena diserang misil udara ke udara dari sebuah F16 Turki.
Masih di front Aleppo, setelah merebut Khan Tuman minggu lalu SAA merangsek jauh melintasi jalan M5 hingga tembus ke kawasan provinsi Idlib dan tampaknya akan menyasar kota Sarmada untuk menutup akses ke Idlib dari arah selatan dan menghadang aliran armada Turki yang datang arah arah provinsi Hatay Turki) termasuk dari pintu perbatasan Turki (Qasr al-Banat).
Peluit tanda perang sesungguhnya sudah ditiup Erdogan tapi masih pelan. Berbagai ultimatum dan unjuk kekuatan telah diperlihatkan Turki tetapi tidak melunturkan semangat SAA melainkan menjadi beringas, seakan sudah hilang kesadaran dan rasa takut mati.
Pasukan SAA dan milisinya justru mengepung satu demi satu pos pemantau Turki. Dari 12 pos pemantau kini tinggal 5 pos yang tidak dikepung SAA. Salah satu pos yang terancam dikepung lagi SAA berada di desa Ul Uraimah. Jika itu terjadi maka tinggal 4 pos saja yang masih jauh dari jangkauan SAA.
Jika Erdogan meniup peluitnya lebih keras maka pertempuran besar bisa terjadi. JIKA ini terjadi tampaknya 6 hingga 7 pos Turki akan kewalahan menghadapi serangan roket SAA. Meskipun Turki membalas serangan terhadap posisi SAA dari berbagai posisi mereka di tempat lain tetapi akan mengakibatkan jumlah korban besar di pihak pasukan Turki (karena di setiap pos tersebut terdiri dari puluhan hingga 100 tentara).
Seluruh titik dan lokasi pasukan Turki telah terdeteksi posisinya sama halnya dengan sejumlah lokasi dan titik lokasi pasukan SAA dan Rusia juga terpantau atau satelit Turki tinggal menunggu peluit Erdogan berbunyi lebih keras menandakan perang lebih terbuka dan sengit bakal terjadi.
Meskipun Turki menerapkan perang urat syaraf dengan menumpuk armada tempurnya untuk sekadar menekan atau perang terbatas saja dengan SAA tindakan itu tidak akan produktif karena pasukan SAA justru mengejar pemberontak ke arah posisi pasukan TSK lalu mengurung posisi pasukan Turki dalam posisi sangat dekat tak lebih pada jarak 500 meter saja.
Akibat kondisi tersebut jelas sekali, cepat atau lambat pasti akan mengarah pada bentrokan darat dan udara antara pasukan Turki dan Rusia tidak dapat dihindari lagi.
Melihat pada arah ofensif tampaknya SAA setuju tidak meneruskan serangan ke kota Idlib. Masalahnya adalah jika permintaan Erdogan itu TIDAK digubris SAA maka potensi perang Turki melawan SAA dan Rusia pun tidak terelakkan lagi sekaligus menguburkan sejumlah senyuman dan hangatnya jabat tangan di berbagai lokasi perundingan.