Tulisan ini TIDAK lagi membahas apa dan bagaimana pembunuhan dilakukan Zuraida Hanun (ZH) terhadap suaminya Jamaluddin terjadi, melainkan fokus pada temuan terbaru hasil pengembangan rekonstruksi sehingga menguak tabir baru dibalik pembunuhan itu. Dari tabir itu diharapkan jadi "pembelajaran" bagi kita untuk mawas diri dan sedapat mungkin dapat mengatasinya.
Salah satu hasil pengembangan terbaru kasus yang mengejutkan adalah ternyata motif pembunuhan itu -sebagaimana diungkap ZH- karena suaminya sering bermain cinta dengan wanita lain. Beberapa wanita malah dibawa ke rumah hingga membuat ZH merasa tidak nyaman.
Melihat kebiasaan buruk tersebut ZH telah beberapa kali minta agar diceraikan saja tapi ditolak oleh Jamaluddin karena alasan malu. Jamaluddin menikahi Zuraida sebagai istri ke dua. Jika bercerai lagi terasa membuka aib baru karena Jamaluddin yang berprofesi sebagai Hakim karier di PN Medan akan dua kali gagal membina rumah tangga. Demikian tanggapan Jamaluddin sebagaimana diungkapkan Zuraida di hadapan penyidik dalam rekonstruksi terkini pada 13/1/2020.
Dalam pengakuannya sebagaimana dikutip dari Kompas.com dalam keadaan hamil besar pun Jamaluddin membawa perempuan kenalan barunya ke rumah sehingga membuat Zuraida mengadu pada keluarga Jamaluddin memberitahukan perangai suamninya. Tapi keluarga besar Jamaluddin tidak dapat berbuat apa-apa.
Bertolak belakang dengan pernyataan ZH, menurut pengacara Maimunah yang sedang menyiapkan kasus perceraian diajuka Jamaluddin, katanya proses perceraian sudah diajukan Jamaluddin sejak Sepetember 2019 namun Zuraida menolak. Salah satu alasan karena ZH menolak pembagian harta degan anak tirinya.
Benar tidaknya perilaku Jamaluddin seperti itu hingga mengakibatkan Zuraida nekat hanya dia yang tahu. Jika saja Hakim Jamaluddin masih hidup mungkin saja ia akan mengatakan sikapnya seperti itu justru karena Zuraida yang kurang ini, kurang itu, bla bla bla dan seterusnya.
Katakanlah benar apa yang dikatakan Zuraida, pertanyaan mendasar dan normal adalah "bolehkah membunuh pasangan kita jika sakit hati?"
Sekarang mari kita lakukan kilas balik ke dalam relung hati Zuraida. Lihatlah pancaran mata, wajah dan sikapnya, dia tertunduk, memelas, malu hingga tak mampu mengangkat wajahnya. Dari sana kita dapat menarik kesimpulan tampaknya ia menyesali perbuatannya. Nuraninya berkata, jika saja waktu dapat berputar kembali mungkin dia tidak akan segegabah itu.
Benar sekali sebuah kebenaran baru hadir kemudian. Solusi memecah kebuntuan pun sesungguhnya dapat dipecahkan dengan akal sehat.
Kini saatnya kita berandai-andai. Jika saja Zuraida menyikapi sakit hatinya lebih bijaksana pada saat itu masalahnya tak akan sampai seperti ini. Meskipun Jamaluddin memiliki perangai yang tidak pantas tapi jika disikapi Zuraida dengan sedikit lebih cerdik maka masalahnya tidak akan jadi begini.
Pasti kita masih ingat dengan beberapa kata bijak ini? "Banyak jalan menuju Roma" atau "Dunia tak selebar Kelor." Ada juga orang mengatakan "Patah satu tumbuh seribu," menggambarkan aneka cara dan semangat menghadapi kehancuran dalam berbagai hal termasuk dalam mahligai rumah tangga dan percintaan.