Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ini Sebabnya Pemilik Mobil Mewah Minta "Dihargai" di Depan Umum

27 Desember 2019   16:19 Diperbarui: 27 Desember 2019   21:25 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kecelakaan lalu lintas memang bisa menimpa siapa saja. Tapi ternyata keselamatan bukan karena mobilnya yang mahal, tapi kehati-hatian dalam mengendarainya. Gambar ilustrasi. Sumber (kiri) : Reqnes.com (2019) dan (kanan) MNC Trijaya.com (2017). Kolase penulis

Fungsi mobil di Indonesia saat ini telah mengalami banyak pergeseran dibandingkan beberapa dekade silam. Puluhan tahun lalu fungsi mobil terutama adalah salah satu alat transportasi yang mampu mengangkut banyak orang, pada masa sekarang fungsi mobil berperan sebagai cerminan orang yang memiliki (mengendarinya).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2014, pasal (1) poin (8) "Kendaraan (mobil) yang dikatagorikan mahal adalah kendaraan bermotor yang mengangkut orang berkapasitas kurang dari 10 orang dengan motor bakar cetus api berupa sedan atau station wagon, atau selain itu, dengan sistem penggerak 1 gardan atau 2 gardan, dengan kapasitas silinder lebih dari 3000 CC, akan dikenakan pajak 125%," demikian bunyi peraturan tersebut yang dikutip dari BPK.go.id.

Peraturan itu ditetapkan, diundangkan dan berlaku mulai (pada) tanggal yang sama yaitu 19 Maret 2014, jadi termasuk standarisasi aktual, bukan standarisasi jaman tempo doeloe (dulu).

Rancu tidaknya standarisasi soal ukuran mobil mewah berdasarkan aturan di atas pembaca dapat menilai sendiri meskipun ada juga yang mengatakan bahwa ukuran standard mobil mewah adalah mobil yang memiliki harga minimal 700 juta ke atas, ada juga yang menyebutkan di atas 1 miliar rupiah.

Manakah yang jadi rujukan tak tahu lagi pada siapa kita bertanya. Intinya adalah adanya hubungan antara pemakaian mobil mewah dengan konsep diri.

Konsep diri yang ditonjolkan pada pemilik atau pengguna mobil mewah adalah orang-orang yang memiliki kendaraan dengan tingkat kenyamanan yang lebih tinggi dan konsep keselamatan dengan komponen premium dilengkapi teknologi tinggi dalam performa mesin dan aneka fitur.

Berdasarkan nilai tambah di atas para produsen menjual mobil mewah dengan harga premium alias mahal hingga tak heran pemilik mobil mewah pun sangat terbatas jumlahnya. Beberapa informasi mengatakan dari total jumlah mobil di tanah air tidak sampai 10% jumlah mobil mewah yang ada di tanah air.

Kini mobil bukan sebagai alat transportasi biasa tetapi adalah ceminan konsep diri yang mampu membentuk pandangan kagum orang lain terhadap mereka. Cerminan ini terjadi untuk seluruh pengemudi atau pemilik kendaraan mewah tidak saja di Indonesia tapi seluruh dunia.

Ironisnya konsep diri itu dapat berubah haluan menjadi arogan menjurus sombong bin angkuh karena di dalam konsep diri itu justru tempat berseminya keangkuhan tersebut.

Di dalam negeri, lihatlah penampilan pemotor bertenaga (cc) tinggi berbagai bentuk dan tipe serta mereka yang bermburan di jalan. Dalam rombongan konvoi ataupun individual tampilan mereka dapat kita nilai sendiri, seakan jalan umum itu milik mereka sendiri.

Beberapa kasus pemotor Harley Davidson yang arogan sudah tidak mampu lagi dibahas satu per satu pada artikel ini, belum lagi pemotor merek lainnya.

Hal yang sama juga terjadi pada gerombolan mobil mewah yang menggeber-geber gas, menghamburkan tenaga mesin melalui knalpot seakan ingin meletupkan hasrat yang belum tersalurkan yakni ngebut sekuat tenaga tapi apa daya tidak ada lokasi yang tepat untuk menyalurkannya.

Rombongan mobil mewah melintasi jalan umum, memaksa kendaraan lain minggir, menepi seakan lupa perlu waktu dan kondisi aman untuk bisa menepi karena ada sesuatu penghalang di depan atau di sampingnya.

Sang gerombolan mobil mewah tak mau perduli, menggeber-geber seakan pemilik mobil biasa di sebelahnya tak menghargai "The Big boss" sedang lewat.

Kenapa merasa bos besar? Karena konsep diri telah dikalahkan oleh keangkuhan. Maka ketika anak-anak sekolah di sebuah mobil angkutan menunjuk-nunjuk "itu mobil, mobil bos woiiii.." itu pun sudah jadi masalah, merasa dihina.

Tak perlu harus terkena pengaruh alkohol, ganja, sabu atau narkoba lainnya lebih dahulu untuk jadi angkuh bermobil mewah di jalan umum. Tanpa itu pun keangkuhan telah bersembunyi di balik konsep diri di atas.

Bedanya beberapa pengemudi atau pemilik kendaraan mewah mampu meredam perasaan jiwanya sementara yang lain justru semakin liar.

Jadi tidak berarti semua pemilik kendaraan mewah itu angkuh atau sombong meskipun semua pemilik atau pengemudi kendaraan mewah ingin memperlihatkan konsep diri dibalik kendaraan mewah mereka.

Tak ada yang peduli bagaimana cara seseorang membeli kendaraan atau mobil mewah. Siapa yang sanggup membeli atau memilikinya tentulah mereka yang sudah mapan secara keseluruhan terutama dalam hal ekonomi. 

Oleh karenanya sangat naif jika terdapat beberapa kasus berikut :

  • Memperoleh mobil atau kendaraan mewah secara ilegal (penyelundupan, mengubah, merampok dan lain-lain)
  • Tidak sanggup membayar pajak karena berbagai alasan
  • Tidak sanggup merawat hingga mogok, terbakar akibat berbagai sebab
  • Tidak sanggup mengendalikan kendaraannya dengan skill yang prima
  • Melanggar rambu dan aturan berlalu lintas, parkir sembarangan, menerobos lampu merah dan lain-lain
  • Mengganggu ketentraman umum dan masyarakat akibat suara atau kemacetan yang ditimbulkannya
  • Berperilaku kampungan, arogan, angkuh, kebal hukum, preman hingga meletuskan senjata api dan lain-lain

Jelas sekali perilaku disebutkan di atas sesungguhnya telah mengubah konsep diri menjadi kesombongan yang terkirakan. Untuk itu harga yang harus dibayar akan semakin mahal.

Tak perlu dirinci apa saja bentuknya setidaknya berurusan dengan pihak bewajib tidak akan dapat diselesaikan dengan cara yang biasa seperti menggertak warga pemilik kendaraan biasa apalagi anak sekolahan.

Jika ada di antara kita rekan pembaca budiman memiliki mobil atau kendaraan mewah semoga tidak termasuk di dalam katagori perilaku negatif di atas.

abanggeutanyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun