Rombongan mobil mewah melintasi jalan umum, memaksa kendaraan lain minggir, menepi seakan lupa perlu waktu dan kondisi aman untuk bisa menepi karena ada sesuatu penghalang di depan atau di sampingnya.
Sang gerombolan mobil mewah tak mau perduli, menggeber-geber seakan pemilik mobil biasa di sebelahnya tak menghargai "The Big boss" sedang lewat.
Kenapa merasa bos besar? Karena konsep diri telah dikalahkan oleh keangkuhan. Maka ketika anak-anak sekolah di sebuah mobil angkutan menunjuk-nunjuk "itu mobil, mobil bos woiiii.." itu pun sudah jadi masalah, merasa dihina.
Tak perlu harus terkena pengaruh alkohol, ganja, sabu atau narkoba lainnya lebih dahulu untuk jadi angkuh bermobil mewah di jalan umum. Tanpa itu pun keangkuhan telah bersembunyi di balik konsep diri di atas.
Bedanya beberapa pengemudi atau pemilik kendaraan mewah mampu meredam perasaan jiwanya sementara yang lain justru semakin liar.
Jadi tidak berarti semua pemilik kendaraan mewah itu angkuh atau sombong meskipun semua pemilik atau pengemudi kendaraan mewah ingin memperlihatkan konsep diri dibalik kendaraan mewah mereka.
Tak ada yang peduli bagaimana cara seseorang membeli kendaraan atau mobil mewah. Siapa yang sanggup membeli atau memilikinya tentulah mereka yang sudah mapan secara keseluruhan terutama dalam hal ekonomi.
Oleh karenanya sangat naif jika terdapat beberapa kasus berikut :
- Memperoleh mobil atau kendaraan mewah secara ilegal (penyelundupan, mengubah, merampok dan lain-lain)
- Tidak sanggup membayar pajak karena berbagai alasan
- Tidak sanggup merawat hingga mogok, terbakar akibat berbagai sebab
- Tidak sanggup mengendalikan kendaraannya dengan skill yang prima
- Melanggar rambu dan aturan berlalu lintas, parkir sembarangan, menerobos lampu merah dan lain-lain
- Mengganggu ketentraman umum dan masyarakat akibat suara atau kemacetan yang ditimbulkannya
- Berperilaku kampungan, arogan, angkuh, kebal hukum, preman hingga meletuskan senjata api dan lain-lain
Jelas sekali perilaku disebutkan di atas sesungguhnya telah mengubah konsep diri menjadi kesombongan yang terkirakan. Untuk itu harga yang harus dibayar akan semakin mahal.
Tak perlu dirinci apa saja bentuknya setidaknya berurusan dengan pihak bewajib tidak akan dapat diselesaikan dengan cara yang biasa seperti menggertak warga pemilik kendaraan biasa apalagi anak sekolahan.
Jika ada di antara kita rekan pembaca budiman memiliki mobil atau kendaraan mewah semoga tidak termasuk di dalam katagori perilaku negatif di atas.