Akhirnya seluruh penghuni Nasdem bikin acara "Kongres Nasional ke 2." Disanalah Surya "pak Brewok" Paloh menumpahkan uneg-unegnya dihadapan penghuni sendiri.
Entah ngambek atau masih nelangsa, SP tidak mengundang pimpinan partai politik manapun bahkan tidak mengundang presiden Jokowi. Yang diundang justru Gubernur DKI sosok yang digadang-gadang Nasdem (hingga saat ini) untuk bursa Pilpres 2024.
Mereka bikin rencana, bikin taktik, bikin strategi hingga cara-cara mengawal dan mewujudkannya. Mereka berteriak "Oposisi..Oposisi.!! Teriakan itu membahana bagaikan meredam hingar bingarnya Jakarta.
Pilihan oposisi Nasdem tampaknya belum sepenuh hati karena setelah "tekanan" memilih oposisi dari penghuninya SP justru meredam niat tersebut dengan mengingatkan agar jangan bertindak bodoh. "Bodoh sekali Nasdem jika meninggalkan presiden Jokowi," ujarnya.
SP bahkan mengingatkan biarlah waktu yang akan membuktikan siapa nanti yang akan lebih setia pada presiden Jokowi, sebuah firasat tentang masa depan kepemimpinan Jokowi yang mungkin tidak akan mulus tapi Nasdem akan membuktikan di sisi Jokowi.
Entah karena nelangsa berlarut-larut SP dituding emosi akibat pernyataannya meragukan nasionalisme partai yang mengaku paling nasionalis. Bawaannya marah-marah saja. Berangkulan dengan partai non koalisi pun dituding macam-macam. "Padahal rakyat tidak merasakan propaganda nasionalisme yang didengungkan partai mengaku paling nasionalis dan pancasilais tersebut," ujar SP.
Irma Suryani Chaniago menuding hal senada. Menurutnya ada partai merasa paling pancasilais dan nasionalis tapi sinis terhadap Nasdem, tanpa menyebut partai mana.
Salah satu petinggi PDIP Andreas Hugo Pareira marasa partainya dituding menanggapi "Terlalu emosional dan tidak bermakna idiologis," ujar politisi asal NTT lulusan Doktor Politik Internasional dari Universitas Giessen, Jerman tersebut.
Restorasi yang lama diidamkan SP terbukti belum terlaksana sepenuhnya dari masa SBY hingga Jokowi periode 1. Selain itu "pengorbanan" Nasdem terasa tenggelam oleh kiprah penguasa politik saat ini. Ditambah lagi sikap setengah hati beroposisi makin melengkapi nuansa nelangsa Nasdem.
Nasdem perlu lakukan restorasi ke luar dan ke dalam, dan resetting langkah politiknya termasuk cermat memilih oposisi seperti apa yang pas untuknya.
Berdasarkan situasi dan kondisi di atas, melalui kongres nasional ke 2 ini hendak dibawa kemanakah Nasdem oleh penghuninya terutama jika nelangsa tidak juga memberi dampak positif apapun misalnya?