Itu baru satu item sumber pendapatan, yaitu rebutan parkir. Belum lagi rebutan persimpanan jalan dan putar balik (arah), rebutan uang keamanan, rebutan jaga malam.
Pendengarannya setajam hayna dan pandangan matanya seliar burung elang sehingga mampu melihat warga yang bawa pulang material bangunan pun musti dikutip uang pajak oleh sang preman berhati "mulia" membantu pemasukan kas untuk Pemda setempat.
Dengan demikian jelaslah sudah, menjadi preman di Tanah Air kita tampaknya lebih menjanjikan ketimbang menjadi pekerja keras, pekerja bermodal yang nyaris "meleleh" rasanya membayar gaji pegawainya akibat penghasilan laba masih pas-pasan.
Kontras sekali mereka yang jadi preman cukup duduk-duduk ngopi-rokok bernaung di bawah satu organisasi lalu menguasai lahan tertentu.