Mengapa mantan Presiden SBY dan Presiden Joko Widodo akhirnya enggan menerima uluran tangan PKS? Sombongkah mereka? Congkak atau alergi?
Tidak!. Kader-kader dan politikusnyalah yang tidak dapat dipegang ucapannya. Bukan rahasia lagi sangat banyak kader dan simpatisan PKS melontarkan urajan kebencian di media sosial selama ini sehingga banyak warga yang tidak tahu apa-apa terpapar oleh ujaran kebencian tersebut.
Liatnya PKS bukan hisapan jempol. Partai ini paling perkasa dan militan mendukung Prabowo. Mungkin merasa ditunggangi Prabowo akhirnya sadar lalu menjaga jarak, menghindar lalu menyeberang.
Prabowo tidak merasa bersalah dengan pilihannya. Tidak ada idealisme dalam politik, hari ini kawan besok jadi lawan dan sebaliknya. Lagi pula Prabowo dan Gerindra tidak ingin ditunggangi untuk agenda lain dibalik kerjasama dalam kendaraan Koalisi Adil Makmur.
Gerindra pasti tetap menjalankan fungsi oposisinya pada pemerintah saat yang tepat tanpa merasa sungkan karena Gerindra menghadirkan 4-5 menteri dalam kabinet ini (perkiraan).
PPP yang hanya meloloskan 19 kursi di DPR, jika dapat jatah 1 menteri rasanya luar biasa. Namun demikian jika pemerintah salah langkah atau strategi PPP tetap menjalankan fungsi kontrolnya jadi oposisi.
PKB yang meloloskan 54 kursi sangat bersyukur diberi jatah 2 atau 3 menteri namun tidak berarti harus diam jika pemerintah dinilai salah langkah atau salah strategi. Bila perlu partai-partai itu menjadi oposisi pada saat-saat tertentu.
Banyak dapat jatah menteri tidak berarti harus mbalelo pada pemerintah, tapi tidak berarti harus kekanakan. Apalagi sejumlah parpol sebelumnya lagak, pasang gengsi tidak mau dijatahin menteri oleh Presiden, padahal Presiden juga tidak ingin semua partai jadi pendukung apapun langkah dan strateginya sebagai kepala negara dan pemerintahan.
Benar sekali kata Surya Paloh, "Tanpa oposisi pemerintahan jadi otoriter." Artinya oposisi itu tetap perlu sebagai penyeimbang, setidaknya jadi bumbu penyedap dalam romantika politik.
Kini PKS merasa sendirian persis seperti perasaan ke dua petingginya. Koalisi Adil Makmur yang didirkan pada 18 September 2018 seakan sunyi sepi bagi setelah beberapa partai dalam Koalisi Adil Makmur mendapat jatah menteri lebih banyak dari PKS terima jika itu jadi ukuran.
Pantaslah PKS kini merasa jadi Partai Kita (jadi) Sendirian. Mengagumkah berjalan sendirian atau beruntung atau tidak dua-duanya?