Ironisnya lagi 8 kantor kelurahan yang tak ada kaitannya dengan sebab kerusuhan jadi amukan "si jago merah." Selain itu sebuah madrasah ibtidaiyah yang tidak paham dengan tawuran pemuda pun ikut jadi korban amukan massa.
Apa salah dan dosa bangunan dan rumah-rumah warga di sana dijadikan korban kerusuhan yang -katanya-diakibatkan oleh pertikaian 2 pemuda hingga menjadi pertikaian 2 kelompok pemuda itu tapi menyebabkan ratusan Kepala Keluarga kini meninggalkan rumahnya?
Tak perlu bertanya dan tak perlu jawaban kata sebagian orang. Tapi sebagian orang lain mengingatkan apa jadinya jika hal seperti itu dapat menganggu rencana pemindahan IKN ke kawasan tersebut. Siapa akan kecewa nanti? Padahal harga tanah dan segudang impian sedang membuncah antara Paser Penajam Utara dan Samboja!
Maka dari itu rapatkan barisan agar perpindahan IKN dikawal dengan persuasif, akomodatif, proaktif dan kooperatif.
Bupati PPU, Abdul Gafur Mas'ud pernah mengingatkan bahwa semua pendatang adalah saudara. Dengan prinsip itu ia tidak khawatir PPU akan dibanjiri pendatang karena pendatang dan penduduk lokal akan sama-sama mendapatkan manfaat positif dari pembangunan IKN baru di kawasan wilayahnya.
Sepantasnya juga setiap pendatang wajib menjaga keamanan, ketertiban, autaran dan nlai-nilai luhur setempat.Dimana kita berpijak disitu langit dijunjung, maka siapapun pendatang yang datang ke PPU atau ke Samboja untuk menuai asa masa depan yang cemerlang wajib menjaga kehormatan tanah dimana kita berpijak.
Fakta dan survei selalu membuktikan ketidak seimbangan ( keresahan dan kerusuhan sosial) terjadi dari cara kita tidak bijaksana "memijak tanah" dimana kita berada.
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H