Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pemerintah Suriah Harus "Beli" Minyak Sendiri dari SDF

20 September 2019   15:43 Diperbarui: 20 September 2019   15:52 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
US-Allied Syrian Kurds Reportedly Sell Oil to Damascus Government. Source : voanews.com

Suriah memang bukan negara penghasil utama di timur tengah, akan tetapi untuk kawasan mediterania timur (Jordannia, Israel, teritorial Palestina dan Lebanon) Suriah adalah penghasil minyak mentah terbesar di kawasan tersebut.

Cadangan minyak Suriah tidak banyak. Menurut jurnal minyak dan gas, pada 2010 Suriah masih memiliki cadangan minyak sebanyak 2,5 miliar barel (400 juta m3). Tersebar 20 ladang minyak di gubernuaran Raqqa, Hasaka dan Deir Ez-Zour (DEZ). 

Suriah memproduksi hampir 400.000 barel dalam sehari. Dari jumlah tersebut 90% minyak mentah di ekspor tujuan Eropa. Jerman, Itali dan Perancis memperoleh pangsa ekspor terbesar masing-masing 32%, 31% dan 11%. Sementara Belanda  hanya 9%, Austria (7%), Spanyol (5%) dan negara lain (5%). Sisanya 10% untuk konsumsi dan cadangan minyak dalam negeri.

Sumber gambar : eia.gov, edisi 11 September 2011
Sumber gambar : eia.gov, edisi 11 September 2011
Tapi itu dulu. Itu kisah "manis" Suriah sebelum perang mulai pecah pada 15 Maret 2011. Kini, 8 tahun setelah perang pecah negeri eksotik itu tertatih-tatih menggerakkan roda ekonominya termasuk menggerakkan mesin perangnya dengan bahan bakar, "Minyak.

Seluruh ladang dan kilang minyak dari skala besar hingga kecil di 3 provinsi disebut di atas cuma menghasilkan 20 ribuan barel minyak mentah sehari. Ironisnya lagi, SDF (The Syrian Democratic Force) dukungan AS yang menguasai gubernuran Raqqa dan DEZ menguasai 11 ladang minyak utama yang mampu memproduksi minyak mentah sebesar 14.000 barel dalam sehari. Dari situ kita dapat ketahui ladang minyak yang dikuasai pemerintah Suriah di DeZ barat hanya 9 ladang dan cuma berproduksi 2000-an barel dalam sehari.

Bagaimana cara pemerintah Suriah mendapatkan minyak? Sebelum ISIS lenyap dari kawasan DEZ timur (kini dikuasai seluruhnya oleh SDF) pemrintah Suriah masih dapat memasok minyak dengan cara penyelundupan oleh ISIS dan petualang minyak dengan harga jauh di bawah pasar. Salah satu petualang utama yang dapat disebut lebih mirip pialang besar adalah perusahaan Qatirji Co pimpinan Mohammad Qatirji.

Menurut informasi pemerintah Suriah masih bisa memperoleh minyak dengan harga 30 dollar AS per barelnya. Tapi sejak SDF dukungan AS merebut kawasan tersebut pemerintah Suriah kepayahan mendapatkan minyak.

Upaya penyelundupan yang dilakukan penelundup langsung dibumi hanguskan oleh serangan tembakan pasukan AS dan SDF. Bahkan petualang SDF yang diketahui berbisnis minyak dengan pemerintah Suriah pun diganjar hukuman berat.

Selain cara tersebut selama perang berlangsung Iran sangat rajin menjual minyak ke Suriah. Kapal tangker Iran berlabuh di pelabuhan khusus di kota pelabuhan Baniyas yang strategis karena diapit armada laut Rusia di pelabuhan Tarsus sebelah selatan dan dikawal pangkalan udara Rusia di Latakia sebelah utara.

Tapi sejak ketegangan dengan AS meningkat upaya Iran mengekspor minyak ke Suriah menjadi sangat sulit dan nyaris berbahaya. Atas nama embargo ekonomi barat terhadap pemerintah Suriah maka siapapun termasuk Iran dilarang melaksanakan aktifitas ekonomi dengan rezim Suriah termasuk perdangangan jual beli minyak.

Meski dilarang Iran tak gentar. Beberapa kali tanker Iran datang dan pergi dengan harap-harap cemas dari dan ke pelabuhan Baniyas. Dan ketika persoalan Iran dan AS meruncing akibat berbagai hal (termasuk pemutusan sepihak AS dalam perjanjian Nuklir dengan Iran) AS (barat) menekan lebih kuat Iran. 

Grace 1, salah satu kapal super tanker Iran yang dituduh sedang dalam perjalanan mengantar minyak ke Suriah ditahan di selat Gibraltar yang dikuasai Inggri pada 14 Agustus 2019 lalu. The Guardian edisi 15 Agustus 2019 menuliskan minyak yang dibawa sebanyak 2,1 juta barel atau senilai 116m.

Meski diancam dan terancam, upaya pemerintah Suriah mendapatkan minyak untuk menggerakkan negara dan bangsanya tetap terlaksana. Pemeirntah Suriah tetap memperoleh minyak melalui Iran dan para penyelundup SDF melalui beberapa kawasan di bawah jembatan dekat kota DeZ.

Investigasi yang diterbitkan The Syrian Network for Human Rights (SNHR)  edisi 19 September 2019 baru kemarin, mengatakan bahwa SDF tellah melanggar sanksi AS dan Eropa dalam menerapkan sanksi ekonomi terhadap Suriah. 

Penyelundupan kerap terjadi dan SDF dituduh telah mendapatkan keuntungan sebesar US $12,6 juta per bulan, sebut sumber di atas. SNHR meminta agar  AS dan Eropa menindak lanjuti temuan tersebut untuk mengeliminir potensi pendanaan untuk kegiatan terorisme.

Jika benar apa yang dituduh SNHR tersebut dan dikonversikan dengan rupiah (hari ini) nilai keuntungan yang diraih penyelundup SDF tersebut mencapai 177.111.900.000 alias 117 miliar per bulan. 

Itu nilai penyelundupannya saja. Berapa besar nilai yang diraup oleh AS dan SDF dari produksi 11 kilang minyak Suriah dikuasi SDF yang menghasilkan minyak mentah 14 ribuan barel dalam sehari?

Mengacu pada harga di pasar gelap 30 dollar AS per barel dikalikan 14000-an barel dalam sehari, SDF dan AS meraup penjualan sebesar 420 ribuan USD setiap hari atau 5,9 miliar rupiah sehari. Dalam sebulan hampir mencapai 180 miliar. Bayangkan hampir hampir 1 tahun AS dan SDF menikmati manisnya "emas hitam" Suriah, kalikan sendiri.

Angka ini memang kecil untuk ukuran AS tapi sangat kuat untuk menopang pembelian senjata AS yang dipasok secara massif kepada kelompk SDF. Ribuan truk berisi senjata, amunisi, peralatan tempur dan komunikasi bantuan AS (barat) telah masuk ke seluruh kawasan SDF

Pantas Turki merasa iri. Erdogan pun tidak bisa tenang dan gelisah terus dihantui rasa marah dan menuruh AS telah mempersenjatai teroris. Bikin kawasan di perbatasan negarnya tidak aman. 

Hal senada, Rusia gigit jari. Putin tuduh AS curi minyak Suriah. Seorang pejabat militer senior Rusia, Brigjen Sergei Rudskoi sangat geram milihat cara AS menikmati minyak Suriah. Ia mengatakan "the United States of stealing oil from parts of Syria held by allied insurgents and of using the revenue to sabotage the war-torn country's government," ujarnya sebagaimana ditulis oleh newsweek.com  edisi 29/7/2019 lalu.

Bagaimana pandangan pemerintah Suriah? Jangan tanya betap sakitnya hati.. Mengacu pada lagu dangdut house dinyanyikan Cita Citata, "sakitnya tuh disini..," gak kebayang remuk redamnya melihat kenyataan pahit itu. Apalagi membayangkan harus "membeli" minyak sendiri dari tangan orang lain. Itu pun belum tentu dizinkan "big bos" (AS). Ditambah lagi demo sebagian orang Suriah minta AS tak mengizinkan penjualan minyak untuk pemerintah Suriah. Komplit rasanya!

Maka berhati-hatilah kita menjaga dan merawat negara dan bangsa ini agar tidak dicabik-cabik oleh asing seperti Suriah.

Salam Kompasiana  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun