Perang Suriah telah "berusia" 8 tahun, lebih lama dari Perang Dunia pertama (PD 1) yang berlangsung selama 4 tahun (28 Juli 1914 - 11 Nov 1918) dan juga lebih lama dari PD 2 yang berlangsung selama 6 tahun (1 September 1939 - 2 September 1945).
Demonstrasi yang awalnya "dipicu" efek The Arab Springs (kebangkitan dunia Arab) melanda sejumlah negara timur tengah dan Afrika utara sejak 17 Desember 2010 di Tunisia bergulir bagaikan efek domino merambah ke Suriah. Protes segelintir warga di kota Daraa (15 Maret 2011) berubah jadi perang paling sadis paling bengis, dahsyat dan mengerikan di abad modern hingga saat ini.
Dalam usianya 8 tahun lebih telah banyak "pencapaian" yang diperoleh pihak berkepentingan dalam perang Suriah. Mengapa disebut pencapaian (dengan tanda petik) karena pencapaian yang dimaksud di sini bukanlah pencapaian target tetapi kondisi minimal dan terkini yang dapat dicapai oleh pihak-pihak berkepentingan di dalamnya.
Beberapa pencapaian yang diperoleh dalam perang Suriah antara lain adalah sebagai berikut :
- Wilayah kekuasaa ISIS di Suriah kini tertinggal beberapa ratus hektar saja, tidak termasuk kawasan sel tidur ISIS
- Wilayah dikuasi FSA (Free Syrian Army) dan Hay'at Tahrir al-Sham pada 2017 hampir 40% kini kurang dari 18% (2019)
- Wilayah dikuasai SAA dukungan Iran dan Rusia pada awalnya 40% pada 2015 (bertambah) jadi 60% (2019)
- Wilayah SDF dukungan AS bertambah sangat luas hingga ke perbatasan Suriah - Irak dekat Albukamal setelah "mengalahkan" ISIS
- AS berhasil mengolah kekayaan minyak Suriah pada 12 ladang minyak di kawasan Suriah selatan dikuasai SDF dekat Deir Ezzoir
- Rusia berhasil mempertahankan pangkalan angkatan laut di Tarsus untuk 50 tahun akan datang
- Iran berhasil "membangun" jalur sutera" yang menghbungkan mobilitas Hezbollah lebih dinamis dari Lebanon ke Irak (melalui Albukamal)
- Berubahnya simbol persatuan dan perlawanan FSA pada HTS dukungan Turki. Meski masih ada National Liberation Front (NLF) tampaknya simbol oposisi Suriah kini seakan identik dengan HTS
- Peralatan tempur dari Israel, AS, Turki dan Rusia semakin banyak masuk untuk kelompok militer dukungan masing-masing
- Semakin banyak grup milisi garis keras atas dasar agama dan negara
- Turki berhasil menduduki kawasan Suriah yang awalnya ditempati Kurdi Suriah di perbatasan Turki
- Turki sedang berusaha memperluas kekuasaan untuk kawasan di Provinsi Idlib
- Israel berhasil memindahkan ibu kotanya ke Jerussalem saat fokus negara Arab dan dunia islam terpusat pada pengucilan Suriah
- Israel berhasil memperkuat posisi di dataran tinggi Golan dan sedang berupaya membujuk AS memasukkan sungai Jordan ke dalam peta wilayahnya (seperti AS mengakui dataran tinggi Golan di perbatasan dengan Suriah)
- Israel berhasil menghapus peta negara Palestina merdeka atas dukungan barat saat negara Arab terpecah dan sibuk mengucilkan Suriah
- Seluruh negara proksi punya segmen teroris yang berbeda satu sama lain
Banyaknya korban jiwa serta jutaan pengungsi tidak dapat disebut pencapaian meskipun dalam tanda petik sebab kedua hal tersebut bukanlah sebuah tujuan melainkan efek dari pertikaian terjadi bertahun-tahun.
Berdasarkan aneka "pencapaian" disebut di atas dapat dilihat betapa sesungguhnya terjadi kemunduran dalam perjuangan oposisi Suriah bahkan pembelokan simbol pemersatu pada awalnya di bawah payung FSA. Fakta yang terjadi justru keuntungan diraih negara - negara lain memanfaatkan perjuangan FSA.
Hadirnya ISIS di Suriah utara untuk selanjutnya digantikan oleh kekuatan SDF dukungan AS bisa jadi sebuah perencanaan Tersrtuktur Sistematis dan Massif. Atas prestasi tersebut AS kini bersiap membuat pangkalan AU di kawasan tersebut dalam waktu dekat.
Dan yang paling menyolok saat ini adalah hasil produksi Minyak Suriah di kawasan dikuasai SDF itu kini dinikmati barat, bahkan tidak menyisakan sedikitpun untuk pemiliknya sendiri (Suriah) walaupun berusaha diselundupkan dari celah tikus sungai Eufrat akan dibumi hanguskan AS atas nama koalisi Internasional.
Adanya proyek ambisius jalur pipa gas dan minyak Turki dari negara Arab melewati Suriah hingga ke pelabuhan Turki juga telah disusun dalam waktu yang panjang.
Persiapan Israel dan Iran mewujudkan impian masing-masing di atas bumi Suriah juga merupakan perencanaan yang disusun jauh sebelum perang Suriah itu terjadi.
Bagi Suriah sendiri telah menyiapkan tata kota dan desa dengan sistem grendel untuk perang padang pasir. Satu kota besar diapit beberapa kota kecil dan dikelilingi oleh ruang terbuka puluhan kali luas lapangan sepak bola. Penataan itu adalah langkah strategis menghadapi pendudukan kekuatan asing terhadap negara Suriah.
Persiapan Rusia adalah meneruskan kejayaan armada laut mereka di timur tengah tetap eksis di pelabuhan Tarsus setidaknya untuk 50 tahun yang akan datang.
Semua perencanaan disebutkan di atas telah ditetapkan sebelum demonstrasi di kota Daraa pecah pada 15 Maret 2011. Tidak mungkin terjadi seiring dengan perkembangan perang melainkan terjadi jauh sebelum perang Suriah pecah.
Perang Suriah telah berubah dari perjuangan oposisi menjadi perang perebutan Sumber Daya ekonomi dan geografi strategis. Dampaknya, pencapaian kelompok oposisi FSA bukan mengarah pada tujuan melainkan terpolarisasi ke berbagai hal yang kontra produktif dengan cita-cita awal berdirinya FSA.
Lebih setengah juta manusia telah meregang nyawa untuk konflik gila tersebut. Pencapaian perjuangan FSA justru menurun dimanfaatkan pihak pengambil keuntungan. Tak heran kini timbul pertanyaan di media berita dunia, "Who is 'the opposition' in Syria after 8 years of war?", sebagaimana dilansir dari sini.
Dalam kondisi demikian apakah perang tersebut akan berhenti?
Tidak ada kepastian itu terjadi sebelum negara-negara pemainnya kehabisan nafsunya akibat berbagai hal misalnya akibat pergantian kepala negara atau pemerintahan sekaligus mengubah kebijakan luar negeri yang dirasa kontra produktif dengan cita-cita membangun perekonomian bangsa negara sendiri yang lebih kuat dan mandiri.
Bukan pergi perang ke Suriah mengurus negara orang lain memanfaatkan perjuangan FSA!
Salam Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H