Meskipun tidak ada catatan sejarah yang menyatakan siapa manusia pertama yang telah digigit nyamuk dan menjadi korban pertama sedotan si nyamuk nakal tak berperi kemanusiaan tersebut, perang terhadap nyamuk bukan sesuatu yang baru melainkan telah ada sejak dahulu kala ketika manusia dan nyamuk mulai hidup berdampingan.
NYTimes pada edisi 24 Juli 1984 dalam berita bertajuk "IN WAR AGAINST MOSQUITO, MAN IS LOSING GROUND" menjelaskan upaya pertama dunia dalam hal ini organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan "perang" terhadap nyamuk sejak 1957.
Hasil penelitian para ilmuan memperlihatkan bahwa ada 60 jenis spesien nyamuk pada saat itu yang telah resisten (kebal) terhadap beberapa jenis residu utama yaitu DDT - Lindade - Dieldrin. Resistensi itu menyebabkan nyamuk telah tahan banting (imun) dan menyebabkan timbul epidemik Malaria di berbagai penjuru dunia khususnya di 84 negara dunia terutama di kawasan di Afrika, Asia Tengah dan Amerika Tengah.
Presiden American Mosquito Control pada saat itu, Gilbert Charlet yang berkedudukan di California mengakui tingkat resistensi nyamuk memang semakin meningkat. Mereka telah menghasilkan bahan kimia untk residu anti nyamuk dari 5 ke 10 kali lipat, tapi hal itu tidak memberi jawaban karena sanitasi lingkungan (aliran parit) sangat buruk pada saat itu.
Setelah itu pada 2016, Presiden Brazil saat itu menyatakan perang terhadap nyamuk setelah 4000 bayi menderita virus Zika yang disebut-sebut dibawa oleh si nakal nyamuk Aedes Aegypti. Brazil selama satu bulan mengerahkan 220.000-an pasukan untuk membersihkan tempat berkembang biak dan bersarang nyamuk seantero Brazil.
Selanjutnya pada 2018 Google punya rencana lebih bombastis yaitu memerangi nyamuk di atas bumi. Alphabet Inc perusahaan induk Google telah melakukan uji coba yakni menggunakan nyamuk penjantan hasil ternak unit kesehatan Alphabet yaitu Verily. Nyamuk jantan yang dimandulkan dilepas untuk mengawini betina Aedes Aegypti. Nyamuk ini dipilih karena sangat "dekat" dengan manusia.
Hasil penelitian pertama di kawasan Fresno County, California memperlihatkan fakta bahwa 15 juta nyamuk yang diberi tanda digital (agar mudah dideteksi GPS) dilepaskan selama 6 bulan. Hasilnya dua pertiga nyamuk itu menurun. Hebatnya lagi hasil penelitain lain menunjukkan nyamuk jantan yang baik hati itu juga tidak menggigit manusia.
Keberhasilan uji coba itu diteruskan di sebuah kawasan di Innisfail, Australia. Entah bagaimana cara menghitungnya para ahli mengatakan sangat sukes karena mampu menurunkan 80% nyamuk di kawasan tesebut sebagaimana dilansir dari Kompas.com.
Mengapa nyamuk kini sedang diperangi secara terbuka di seluruh dunia bahkan akan dimusnahkan dari atas muka bumi sebagaimana rencana Google? Tampaknya ada beberapa sebab utama yaitu:
- Beberapa jenis penyakit seperti malaria dan demam berdarah sangat mudah disebarkan ke seluruh dunia oleh nyamuk
- Obat-obatan dan pestisida sudah mulai melemah keampuhannya. Nyamuk tampaknya kini mulai kebal terhadap residu obat anti nyamuk tertentu. Obat-obatan untuk mengobati dan mencegah malaria mulai kehilangan efektifitasnya.
- Metode pencegahan tradisional seperti mengeringkan genangan air dan parit tergenang tidak efektif sehingga memerlukan cara lebih modern yang berarti meningkatkan biaya pencegahan berkembangnya nyamuk.
Tanpa bermaksud mensejajarkan antara Google dengan Nazi, keduanya jelas punya tujuan bertolak belakang.
Pada zaman Perang Dunia ke 2, NAZI Jerman (kabarnya) justru mengembang biakkan nyamuk untuk tujuan perang. Nazi pernah merencanakan "pasukan Nyamuk" justru untuk melawan pasukan Inggris dan AS di front Italia pada musim panas 1943. Erich Martini saat itu dalam kesatuan khusus di bawah komando Hamler merancang skenario biologis, memelihara nyamuk yang terjangkit (terinveksi) malaria di kumpulkan dalam satu ruangan khusus lalu di kemas dalam wahana tertentu.