Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Google dan Nazi Gunakan Nyamuk untuk Capai Tujuan

23 Juli 2019   13:29 Diperbarui: 24 Juli 2019   15:20 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejumlah pesawat tempur akan menerjunkan wahan nyamuk malaria tersebut ke posisi musuh (sekutu di Italia) dalam jumlah yang sangat banyak. Diharapkan nyamuk-nyamuk itu akan berkembang biak dan menyerang tentara musuh dan warga setempat hingga mengalami malaria dan konsekwensi kematian massal.

Akan tetapi isu tersebut tidak terdokumentasi dengan baik sehingga rencana penggunaan nyamuk untuk sejenis senjata bilogis NAZI tidak dapat dibuktikan sejauh apa kebenarannya sebagaimana diungkapkan Prof Frank Snowden di  telegraph.co.uk.

Jika rencana Google tersebut berhasil ada kemungkinan bumi dan makhluk hidupnya terutama manusia bisa aman dari gigitan si mungil bikin gatal dan menyebabkan kematian itu. 

Kita tentu menyambut baik rencana kemanusiaan tersebut yang akan membantu manusia terkenan demam malaria dan demam berdarah dan sebagainya tapi di sisi lain musti disadari bahwa Google bukan perusahaan atau lembaga sosial, pasti ada tujuan strategis berupa kajian bisnis menguntungkan berlimpah dibalik tujuan melenyapkan nyamuk. 

Mungkin Google akan menghasilkan residu atau insektisida yang diproduksi massal (agar harganya terjangkau) yang akan digunakan di seluruh dunia. 

Melalui lembaga kesehatan dunia yang dikemas dalam program kemanusiaan bisa saja Google ingin merambah dunia kesehatan, tak perduli sang kodok dan sang ular dan lain-lainnya dalam siklus ekosistem rantai makanan jadi terganggu dibuatnya, hehehe..he..

Salam Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun