Menindak lanjuti informasi penangkapan 2 kapal tanker berbendera Inggris oleh Iran di Selat Hormuz oleh rekan Padika di Disini, kini hubungan Inggris-Iran dan kawasan Teluk Persia memanas. Perancis, Jerman dan Uni Eropa mengutuk tindakan balas dendam Iran. Sementara AS memperingatkan kapal-kapal tanker mereka tidak memasuki kawasan Teluk Persia untuk sementara ini.
Setelah tidak bereaksi beberapa saat pembalasan Iran akhirnya terjadi. Sempat diam selama sepekan setelah kapal super tanker Grace-1 pada 4 Juli 2019 ditahan oleh otoritas Inggris di selat Gibraltar dan Inggis tidak memperlihatkan itikad baik melepas tanker Iran akhirnya bereaksi.
Sebelumnya, pada 16 Juli 2019 pemimpin sprirtual Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan bahwa tindakan Inggris menahan kapal tanker Iran adalah pembajakan.
Beberapa kali Iran mengingatkan akan melakukan pembalasan dan akhirnya pembalasan Iran benar-benar terjadi pada Jumat 19 Juli 2019. Dua buah kapal tanker dioperasikan oleh perusahaan Inggris ditahan.
Pertama ketika sebuah kapal tanker Inggris berbendera Inggris "Stena Bulk" melintasi selat Hormuz tepatnya di antara kawasan Larak Island dan Qeshm Island diserbu oleh Iran's Revolutionary Guards pada pukul 16:29 waktu setempat.
Beberapa jam kemudian Mesdar sebuah kapal tanker berbendera Liberia yang dioperasikan perusahaan Inggris juga ditahan. Namun tidak lama kemudian Mesdar dilepas sedangkan Stena Bulk masih ditahan hingga kini.
Iran menuduh kapal tanker yang dioperasikan oleh Stena Impero itu telah melanggar peraturan keselamatan di selat Hormutz yakni mematikan transponder kapal, salah jalur dan tidak menjawab panggilan. Selain itu kapal itu juga (dituduh) menabarak kapal nelayan setempat. Uniknya kapal itu dengan sangat cepat dikuasai lalu ditarik ke pelabuhan Bandar Abbas.
Pembalasan Iran menimbulkan reaksi sangat panas. Inggris memanggil dutabesar Iran di London dan menyampaikan sikap tidak dapat menerimanya seraya menegaskan bahwa aksi iran adalah pernyataan permusuhan sangat nyata.
Pemerintah Ingris melalui Menlu Jeremy Hunt menyampaikan tindakan mereka menahan kapal tanker Iran 4 Juli 2019 lalu karena menjalankan mandat embargo ekonomi oleh Uni Eropa terhadap Suriah termasuk mencegah masuknya bahan bakar ke Suriah termasuk pasokan dari Iran.
Meski Iran telah menyampaikan bukti bahwa tujuan kapal tersebut bukan ke Suriah tetap saja Inggris menahan kapal tersebut dan mengulur-ulur waktu sehingga membuat Iran berang dan akhirnya Ayotallah Khemenei menyampaikan reaksi panasnya sebagaimana disebutkan di atas.
Reaksi panas juga bermunculan di Inggris mempertanyakan mengapa tidak ada pengawalan terhadap kapal-kapal Inggris di teluk persia khususnya di selat Hormuz, padahal Iran telah nyata-nyata mengatakan akan melakukan pembalasan.
Menurut informasi sesungguhnya angkatan laut Inggris telah diperintahkan untuk segera melakukan penyelamatan kapal tanker mereka ketika didekati IRGC. Kapal fregat HMS Montrose dan HMS Duncan telah ditugaskan di dekat selat Hormuz untuk mengawal 15 - 30 kapal tanker berbendera Inggris melintasi kawasan tersebut setiap hari, akan tetapi kehadiran HMS Montrose telat beberapa menit saja pada saat tanker Stena telah masuk ke perairan Iran. Sumber : Telegraph.
Seorang mantan angkatan laut Inggris mengomentari kebingungannya mengapa Inggris tidak antisipatif pada ancaman pembalasan Iran. Bahkan ia mengatakan upaya HMS Montrose merebut Stena dari tangan Iran adalah sebuah rencana sangat bodoh. Lord West mantan pelaut itu justru mempertanyakan mengapa Inggris tidak menyediakan kapal pengamaan dan petugas keamanan yang cukup untuk mengawal tanker mereka di kawasan berbahaya tersebut.
Apa langkah Inggris menghadapi pembalasan Iran? Meksi merasa ditantang dan diprovokasi (dukungan) AS dan UE tampaknya Inggris mencoba memahami dengan bijaksana secara langkah diplomatis lebih dahulu. Solusinya mungkin terjadi adalah akan melepas kapal. Kemungkinan lain adalah cuma menuntut Iran melepas kapal entitas Uni Eropa dengan ancaman serangan "koalisi internasional."
Jika upaya itu tidak membuahkan hasil maka Inggris akan menekan secara militer. Di dukung Uni Eropa dan AS serta Israel akan memanfaatkan momentum dan ramai-ramai menyerang Iran atas nama koalisi Internasional untuk menjalankan mandat berupa sanksi ekonomi dan pelanggaran kesepakatan proliferasi Nuklir.
Atas nama koalisi Internasional akan membungkam Iran. Bersama-sama mengirimkan armada kapal, pesawat tempur dan peluncuran misil ke arah Iran untuk membuat Iran pada akhirnya benar-benar bertekuk lutut pada barat.
Konstantin Kosache , salah satu senator Rusia yang membaca arah skenario tersebut langsung mengingatkan lebih dahulu bahwa AS mengambil keuntungan dari ketegangan Iran dan Inggris di teluk Persia.
Selat Hormuz menjadi jalur vital pergerakan kapal tanker dari negara-negara teluk persia menuju ke teluk Oman sebelum menuju ke berbagai penjuru dunia.
Sejumlah negara di Teluk Persia yaitu Arab Saudi, Iran, Uni Emirat Arab, Qatar, Dubai, Bahrain dan Kuwait bahkan Oman yang paling luar teluk sangat tergantung pada selat tersebut. Tampaknya barat tengah menyiapkan strategi bagaimana agar teluk tersebut dapat dibebaskan dari pengaruh dan ancaman Iran pada masa akan datang.
Bagaimana kelanjutan kisah aksi saling bajak kapal antara Inggris dan Iran, tampaknya Rusia benar, akan ada yang mengambil keuntungan dari ketegangan Iran dengan negara -neagara barat. Siapakah mereka, bisa tebak sendiri. Artinya teluk Persia khususnya di selat Hormuz akan membara jika salah satu pihak tidak menghargai kedaulatan dan aturan di negara lain.
Salam Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H