Rusia menerapkan teknologi mengacau dan menghilangkan sistim GPS di sekitar pangkalan udara Hymemim Airbase di Latakia sebagai langkah antisipatif dari perang drone yang diperagakan kelompok pembebasan Suriah dalam payung FSA yang dalam 2019 ini semakin intensif dan gencar menyerang pangkalan udara tersebut.
Seorang profesor dari Universitas Texas telah memberi pandanganya kepada Pentagon beberapa minggu lalu tentang aksi Rusia menerapakan teknologi mematikan GPS khususnya di sekitar pangkalan udaranya di Latakia.
Profesor Todd Humphreys seorang isniyur aerospace berbasis navigasi satelit mengatakan memiliki data dan fakta dan merekam pengaruh signal yang dapat dilihat dari ruang angkasa betapa signal tersebut sangat kuat sehingga mampu melumpuhkan dan mematikan sistem GPS yang ada disekitar tersebut selama sebulan terakhir.
Profesor Todd Humphreys mengatakan bahwa teknologi yang diterapkan Rusia BUKAN untuk mengacaukan Israel akan tetapi sebagai upaya menggempur dan melumpuhkan drone yang mengarah ke pangkalan Hymeimim airbase.
Kini untuk kesekian kalinya Israel memperolok Rusia bahwa kekuatan, nama besar dan mungkin saja teknologi perang Rusia tak lebih hanya menang di atas kertas.
Jika diibaratkan hewan tak lebih mirip beruang ompong dengan kuku-kuku yang telah rapuh dan tidak bertenaga sama sekali.
Mungkin Israel memberi pesan bahwa itu adalah wujud kekecewaan pada Rusia atas kemesraannya dengan Iran.
Akan tetapi tampaknya itu tidak sama sekali sebab kepongahan Israel terhadap Rusia telah terjadi sejak lama dalam perang Yom Kipur (6 - 26 Oktober 1973 ), Perang 6 hari (5--10 Juni 1967) dan perang di Lebanon (12 Jul 2006 -- 14 Agustus 2006). Peralatan tempur buatan Rusia yang digunakan negara-negara Arab seperti tak kuasa menahan gempuran teknologi buatan AS dan Eropa (barat).
Entah sampai kapan Rusia (dan Iran) mampu bersabar menghadapi arogansi Israel. Rasa-rasanya Rusia benar-benar jadi barang mainan Israel di Suriah.