Berita palsu atau berita bohong adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar tapi dibuat seolah-olah benar adanya. Hal ini disebut "Hoaks" dalam bahasa Inggris ditulis "Hoax."
Meski tidak ada bukti yang kongkrit tampaknya hoaks itu telah ada seiring dengan usia bumi, hanya saja dalam versi dan istilah yang lain. Dengan kata lain, pembuat hoaks atau penebar hoaks bukan produksi di Indonesia saja, melainkan ada dan terjadi di seluruh dunia dari jaman dahulu kala hingga saat ini.
Mudah sekali membuat hoaks. Tentukan tujuan, pilih tema, pilih cara, cari sumber lalu edit, siapkan pemberi respon dan luncurkan ke darat atau ke angkasa. Ke darat dalam bentuk media cetak. Sedangkan ke udara dalam bentuk media eletronik termasuk televisi, media sosial dan internet.
Hoaks mudah menciptakannya dan sangat efektif mencapai sasaran terutama jika menyasar kelompok sosial berikut :
- Tidak memiliki filter (informasi pembanding)
- Tidak tahu mencari filter kemana (tidak tahu mencari pembanding yang tepat pada orang yang tepat)
- Tidak perduli dengan filter
Kelompok pertama dan kedua adalah kelompok polos yang terpapar hoaks akibat tidak memiliki informasi pembanding dan tidak tahu mencari pembanding pada siapa atau kemana.
Kelompok terakhir adalah kelompok tidak tahu menahu dengan saringan. Biasaya mereka lebih suka lihat gambar ketimbang tulisan. Jika gambar atau video (visual) yang diterima bentuk "A" maka otak dan pikirannya langsung akan terimajinasi dengan "A." Jika nilai A itu adalah negatif maka kelompok ini akan bulat-bulat menelan informasi A adalah negatif.
Contoh berikut ini adalah kasus-kasus berita hoaks yang mudah sekali membuatnya. Contoh berikut ini dibuat BUKAN bertujuan utuk menambah cara bikin hokas, tapi untuk mengetahui beberapa hal, yaitu :
- Belajar bagaimana contoh hoaks itu dibuat dengan cara amat sederhana
- Belajar bagaimana mengantisipasinya
- Belajar cara melakukan cek and recek
Kasus 1 : Rekayasa perolehan Suara Pilpres per 20-4- 2019 pada situs Tirto.Id
Rekayasa tampilan informasi (berbeda dari situ resminya).
Letakkan kursor pada angka atau lokasi apa yang akan diubah pada gambar aslinya. Tandai dengan pita lalu klik kanan. Muncul inspeksi elemen. Di sana tinggal cari obyek apa yang ingin Anda ubah.
Katakan saja seperti terlihat pada gambar di tengah, misalnya mau ditulis (edit) pasangan Jokowi - Ma'ruf mengantongi kemenangan sebesar 64,35% sedangkan Prabowo (misal 35,15%). Selanjutnya jumlah suara masuk juga diubah : 801.119 TPS dari 813.130 TPS seluruh Indonesia.
Hasilnya terlihat pada gambar sebelah kanan (diarsir kuning). Jika diperbesar hasil edit atau rekayasanya menjadi seperti gambar di bawah ini :
Kasus 2, berikut ini : Rekayasa Daftar jumlah pemilih Pemilu pada 2018 pada situs KPU.
Visualisasi gambar yang diedit dari situs KPU adalah sebagai berikut :
Beberapa informasi tentang jumlah TPS di Aceh dan Bali diubah dengan jumlah sangat besar. Aceh menjadi 28.000 dan Bali menjadi 106.000 TPS. Kenyataannya adalah informasi sesungguhnya pada tampilan asli tabel jumlah pemilin dan TPS Pilkada di situs KPU adalah sebagai berikut :
Pada sebuah berita di BBC edisi 29 Juli memberitakan salah satu peristiwa di kawasan India bagia selatan di kawasan Tamil dimana sejumlah siswa menjadi relawan lengannya untuk dilindasi sepeda motor yang katanya sebagai bagian daya tahan beladiri.
Kasus 4 : Membalikkan fakta gambar.
Berikut adalah membalikkan fakta gambar saat Sandiaga Uno bertemua dengan Presiden Jokowi di arena Aquatic tempat pada Agustus 2018 lalu.
Apa yang dapat terjadi jika pesan pada gambar itu diterima oleh kelompok sosial sebagaimana diutarakan di atas? Mudah ditebak bukan? Sekadar penulis bantu setidaknya gambar diatas akan mengukir pikiran negatif kelompok-kelompok disebutkan tadi bahwa Presiden Jokowi adalah sosok yang sombong sekaligus menciptkan image positif Sandiaga sebaliknya sosok yang sangat santun dan terpuji, pantas dan cocok jadi pemimpin bangsa ini..
Faktanya, Presiden Jokowi menjulurkan tangannya pada Sandiaga Uno sekaligus menyempatkan bercengkerama sejenak menanyakan apa kabarnya. sebagaimana terlihat pada gambar berikut :
Tampaknya jumlah kelompok ini mendominasi dimana-mana seantero tanah air. Kelompok itu bisa orang kaya atau miskin, bisa buta huruf atau terpelajar, bisa pejabat atau pengangguran, bisa ibu sosialita ternama atau ibu-ibu penikmat sinetron, bisa pelajar, mahasiswa atau siapapun tetapi termasuk dalam 3 katagori disebutkan diatas.
Akan dibawa kemana negara dan bangsa ini jika dipenuhi oleh kelompok sosial yang hobinya produksi Hoaks setiap saat?
Hoaks tidak dibuat untuk senda gurau atau sekadar hobi karenanya dampaknya bisa merusak melebihi pembunuhan. Oleh karenanya dilarang dalam agama Islam. Dan sebaiknya hukuman negara bagi produser hoaks diganjar lebih berat.
Mari kita bantu mereka yang mudah terpapar hoaks agar teredukasi dengan cara-cara anti hoaks
Salam saringan buat anti hoaks
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H