Berapa misil jelajah Tomahawk yang diluncurkan dari kapal perang AS "Porter" mengenai sasaran di pangkalan angkatan udara Shayrat? Dari 59 misil yang dilepaskan ada yang mengatakan seluruhnya mendarat dan mengenai sasaran, ada juga mengatakan sebagian meskipun pihak Rusia mengatakan cuma 23 misil saja mengenai sasaran.
Sama dengan seberapapun jumlah pesawat tempur dan fasilitas militer porak poranda satu saja pun Tomahawk mampu menghujam sasaran milik Suriah --Rusia telah mengirim banyak pesan pada dunia -khususnya proksi Rusia-- bahwa AS mau dan mampu melaksanakan apapun dengan risiko sangat berani.
Pesan lain terpenting dibalik serangan itu sangat banyak, beberapa diantaranya adalah :
Pernyataan sebagai polisi dunia
Pemegang otoritas kebijakan stabilitas global
Pemegang kendali super power
Siap dan berani melawan proksi Rusia
Siap dan mampu menyerang Suriah secara massif dan menggulingkan kekuasaan presiden Bashar al-Assad meski didukung Rusia-Iran dan negara lain proksi Rusia
Serangan misil Tomahawk AS ke pangakalan militer angkatan udara Suriah jelas sebuah rencana terstruktur dan terencana. Entah itu akumulasi struktur jangka pendek atau jangka panjang yang jelas serangan itu tidak terjadi secara mendadak, artinya tidak semata-mata murni akibat --tudingan-- serangan senjata kimia oleh angkatan udara Suriah di sebuah lokasi kota kecil Khan Saykun dekat kota Idlib yang mewaskan 85 orang pada 4 April 2017 lalu. Pasti ada sebab-sebab lain dibalik keputusan amat menegangkan tersebut.
Pertanyaan menarik adalah ada apa dibalik serangan tersebut? Untuk menjawab itu mari kita lihat ejumlah peristiwa sikap dan pandangan AS terhadap Suriah dan konflik di dalamnya dua minggu sebelum serangan 4 April itu terjadi dalam serangkaian peristiwa sebagai berikut :
Pada 17 Maret 2017, empat unit pesawat tempur F-16 menyerang posisi SAA di kawasan Palmyra. (Ini adalah serangan Israel ke 49 ke arah Suriah sejak 2013 lalu). Serangan berkatagori provokatif ini bertujuan Suriah mau membuka dan memperluas fron perang baru dengan Israel sehingga lebih mudah ditaklukkan oleh lawan-lawan Assad.
Pada 29 Maret 2017 Turki mengumumkan menghentikan operasi Eufrat Shield (24 Agustus 2016 – 29 Maret 2017)
Pada Pertengahan Maret 2017 ISIS mulai mengalami kemunduran di sejumlah lokasi oleh tekanan Turki/FSA dan AS/SDF di bagian utara Suriah hingga terdesak oleh Turki ke Palmyra. Di Palmyra ISIS juga kalah kembali sehingga kota dan kawasan Palmyra jatuh kembali ke tangan Suriah - Rusia pada 2 Maret 2017. Tidak lama setelah itu terjadi serangan Israel terhadap posisi SAA sebagaimana disebutkan di atas.
Pada 21 Maret 2017 HTS atau Hiabuth Tahrir al-Sham (dahulu al-Nusra atau JFS) melaksanakan ofensif besar di kawasan dekat kota Hama mencoba tembus blokade kota Al-Rastan ang ditutupi oleh kota Hama. Ofensif besar itu hampir membuahkan hasil setelah HTS mampu menguasai sejumlah kota kecil dan desa-desa menuju ke kota Hama. Ofensif itu kembali digagalkan SAA dan kembali ke posisi semula.
Pada 23 Maret 2017 pemberontak FSA di kawasan Jobar dan Al-Qabun melaksanakan ofensif kejutan hingga mampu menerobos garis pertahanan pertama SAA kilometer saja menuju ke pusat kota Damaskus. Serangan kejutan itu berhasil dipatahkan. Beberapa kawasan FSA di al-Qabun dapat dikuasai SAA namun tak mampu mematahkan pertahanan FSA di kedua tersebut sampai kini.
jangka pendek atau jangka panjang keputusan menyerang Suriah itu telah membuktikan AS sebagai polisi dunia pengendali dan pemegang kebijakan paling berpengaruh di dunia. Keputusan berani AS telah menuai banyak pujian sekutu dan negara sahabat AS. Donald Trump mulai dipuji karena langsung bertindak tegas dalam 2 bulan masa pemerintahanyna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H