Kehilangan 15 tank dan kendaraan tempur bagi tentara Turki (TAF) dalam perang Al-Bab tidak sebanding dengan kehilangan hampir 1000 Tank tentara Suriah (SAA) selama 6 tahun perang Suriah. Begitu juga dalam hal biaya dan kerugian akibat hilang, hancur dan dirampas oleh musuh juga tidaklah sebanding dengan apa dialami pasukan Suriah.
Bukan jumlah kehilangan tank, panser, kendaraan angkut dan kendaraan tempur serta nilai total biaya kerugian kedua negara itu jadi persoalan. Fokusnya adalah, kehilangan kendaraan tempur TAF di sebuah kota kecil, Al-Bab mencapai 15 unit hingga pertengahan Desember 2016 lalu adalah sebuah gambaran betapa masih samar-samar kekuatan Turki untuk melibatkan diri pada perang Suriah.
Dengan demikian keterlibatan TAF dalam konflik Suriah masih buram akibat tidak memiliki alasan yang tepat dalam mempertaruhkan jiwa-jiwa prajurit mereka di tempat non skala prioritas bagi bangsa dan negara Turki. Jika TAF tidak melibatkan FSA dalam operasi Eupharat's Shield akan semakin berat Turki mencapai ambisinya dibalik konflik Suriah.
Data bersumber dari bellingcat dan southfront berikut ini memperlihatkan daftar kendaraan tempur Turki hilang selama pembebasan Al-Bab sejak Nopember hingga pertengahan Desember 2016.
Sementara itu sumber warisboring.com mengungkap SAA memiliki hampir 4500 tank, tidak termasuk APC, terdiri dari : 1,600 T-72, 1,000 T-62, 2,250 T-55 dan 2,450 BMP. Sejak perang meletus pada Maret 2011 hingga kini SAA telah kehilangan 1.836 kendaraan tempur termasuk PAC. Jika setengah dari 1836 itu adalah tank, maka jumlah tank SAA telah musnah mencapai 900 hingga 1000 unit.
Kini lambat tapi pasti Turki telah terlibat dalam perang Suriah. Berdalih apapun dibalik krisis itu Turki pasti punya sejumlah tujuan taktis dan strategis, salah satunya adalah menguasai kota Al-Bab dengan cara menutup akses tiga "lawan" sekaligus yaitu SDF/YPG, ISIS dan SAA menuju ke al-Bab. Meskipun SAA mampu menguasai kota Tadif akan tetapi hal itu tidak akan menolong SAA mampu mencapai al-Bab karena akses Tadif ke al-Bab telah dipotong TAF/FSA.
Usaha dua bulan TAF menguasai kota al-Bab telah menuai banyak korban. Dalam 60 hari TAF kehilangan 15 Tank. Jika dirata-ratakan, secara matematis dalam sehari TAF kehilangan 0,25 tank atau seper empat tank dalam sehari. Di sisi lain, dibandingkan dengan SAA kehilangan 1.000 Tank dalam 6 tahun (kurang sebulan) perang Suriah atau 2.160 hari maka secara matematis rata-rata Tank Suriah hilang adalah 0,46 tank dalam sehari selama 2160 hari perang.
Secara prosentase, dibanding dengan persediaan total Tank Turki 3778 unit, TAF hanya kehilangan 0,4% saja dibanding Suriah kehilangan 22% tank. Namun mengingat usia perang dijalani SAA lebih lama yakni 2160 hari dibandingkan TAF (180 hari lalu) sejak 24 Agustus 2016 ketika operasi Eufrat dilaksanakan enam bulan lalu maka daya tahan Turki menghadapi potensi kerugian dimasa akan datang di dalam konflik Suriah patut dikhawatirkan.
TAF hanya fokus pada pembebasan kota-kota Suriah di utara dari genggaman ISIS dan sedikit terlibat pertikaian dengan SDF/YPG. Sedangkan SAA menghadapi musuh lima fron sekaligus, yaitu : FSA- ISIS- SDF/YPG- Israel- dan kini TAF Turki jika clash ke dua negara tidak dapat dihindari.
Kesimpulannya adalah :
- Tanpa dukungan FSA, daya tahan TAF dalam konflik Suriah diragukan kekuatannya. Moralitas di kalangan pasukan TAF mempertanyakan urgensi mereka dalam konflik Suriah
- Tanpa bantuan dan dukungan Rusia dan milisi Iran, kekuatan SAA telah punah pada tahun ke tiga perang tepatnya mulai Oktober 2014 ketika ISIS telah menguasai 40% kawasan Suriah dan FSA menguasai 24% wilayah Suriah.
- Potensi kehilangan Tank TAF dalam konflik Suriah termasuk tinggi. Tank TAF rentan berguguran meskipun menggunakan main battle tank MBT jenis Abrams М1A2S dan Lepard 2A4 buatan Jerman. Sebanak 10 unit Tank buatan Krauss-Maffei Wegmann Jerman ini telah jadi korban di sekitar Al-Bab dalam 2 bulan terakhir.
- Persoalan dihadapi oleh Tank canggih Turki adalah tank itu tidak memiliki kemampuan meledakkan amunisi mengarah ke arahnya dan kemampauan mereduksi dampak ledakan jika amunis menghantam tubuh tank itu.
- Persoalan penting lain adalah kru tank TAF dan pasukan darat TAF kurang pengalaman dalam perang. TAF baru terlibat perang frontal skala besar dalam operasi Eufrat dibanding SAA, ISIS, FSA dan SDF. Selain itu TAF juga masih kurang pengalaman dalam perang kota seperti dalam pertempuran kota di Al-Bab menyebabkan tank mahal buatan AS dan Jerman itu rontok di tangan ISIS dan SDF/YPG dengan sangat mudah sebagaimana diulas di sini : southfront.
- Potensi kerugian TAF dimasa akan datang akan semakin besar jika perang berlangsung lebih lama
Turki memahami hal itu. Untuk mengurangi risiko TAF berupaya memperjuangkan buffer safe zone atau zona aman antara Azzas dan Jarabulus dengan tingkat kedalaman 40 km ke dalam Suriah. Zona aman ini bisa jadi kawasan no fly zona atau larangan bagi SAA masuk di dalam negerinya sendiri akan tetapi semakin mudah dan dekat TAF menjangkau posisi SAA sekaligus semakin dekat TAF memberi bantuan pada posisi FSA di kawasan lain diluar zona aman tersebut.
Berdasarkan sejumlah kajian dan pertimbangan diatas, keterlibatan Turki dalam konflik Suriah jelas bisa membuat Turki bahaya dan rugi akibat kehilangan peralatan tempur apalagi jika perang terjadi lebih lama dari perkiraan. Lebih bahaya lagi adalah Turki kehilangan prajurit TAF pada operasi yang sesungguhnya tidak terlalu penting untuk Turki.
Salam Kompasiana
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H