Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Apa Dosa Turki, Mengapa Teror Tak Berhenti?

12 Desember 2016   11:30 Diperbarui: 12 Desember 2016   19:33 1065
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa intelijen Turki tidak mampu memberikan informasi akurat tentang kinerja teroris semakin merajalela di sekitar selat Bospurus?  Lima bulan pasca kudeta gagal terhadap Presiden Erdogan telah terjadi 2 kali serangan teroris di Turki, mungkin saja aksi pembersihan represif ala Erdogan telah menimbulkan anti Erdogan lebih baru dan lebih kuat. Jika itu  aksi itu semakin meningkat maka tingkat ketenangan warga semkin memburuk dan itu sangat kontradiktif dengan upaya meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan untuk masyarakat.

Atas sejumlah pertanyaan itu tampaknya pesan yang perlu dicermati oleh pemerintah Turki adalah meninjau ulang beberapa hal sebagai berikut :

  • Kebijakan dalam perang Suriah sebaiknya ditinjau ulang
  • Kebijakan terhadap SDF /PG dan ISIS harus ditinjau ulang dan berbeda perlakuan untuk kedua kelompok itu
  • Kembalikan hubungan mesra dengan AS meski terpaksa biasa-biasa saja dengan Rusia
  • Lupakan animo masuk Uni Eropa, UE bukan lagi tempat menarik. Inggris saja telah keluar dari komunitas tersebut
  • Fokus pada peningkatan kemakmuran masyarakat dan meningkatkan perekonomian Turki. Perang akan menguras cadangan devisa dan membuat perekonomian mundur bertahun-tahun.
  • Bagaimana menjadi bapak pembangunan Turki ke dua akan lebih diharapkan rakyat Turki, bukan berambisi menjadi penguasa geopolitik dunia seperti jaman tempo dulu ketika dunia belum masuk dalam jaman modern

Mungkin inilah pesan tidak enak kedengarannya untuk Turki.

Menjadikan pertahanan Turki solid, kuat dan hebat tidak berarti membuat maklumat perang terhadap negara lain. Turki akan disegani kawan dan lawan, tak ada negara manapun akan invasi Turki, selama PD-3 tidak terjadi. 

Mematikan atau menjaga aspirasi sekuler bukan sebuah ukuran. Tapi di sisi lain menjaga etika dalam kemajemukan, perbedaan dan pandangan dengan orang lain juga tak kalah penting untuk menciptakan Turki era modern menjadi rahmatan lil a'lamin bagi semua suku dan bangsa sesuai dengan posisinya "penjaga" dua benua. 

Dengan mensyukuri nikmat Allah yang telah menganugerahkan Turki sejak zaman Bizantium, Konstantinopel, hingga Imperium Ottoman dan kini sebagai pemilik jalur sutera Asia dan Eropa, Turki akan semakin maju pesat dengan membangun tol bawah laut, jembatan penghubung  Asia-Eropa. Menjadi tujuan wisata menggiurkan siapapun yang telah dan akan mengunjungi Turki.

Oleh karenanya tak penting dan tidak produkif untuk Turki menyatakan dan terlibat perang hanya karena alasan "mengurus" negara lain.

salam Kompasiana

abanggeutanyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun