Jika direfleksikan ke negeri kita, Indoneisa, berapa gaji rata-rata prajurit TNI dan Polri kita? Tentu rekan pembaca budiman mengetahuinya sehingga dapat membandingkan dengan berapa nilai gaji didapatkan prajurut SAA di atas. Lalu dengan gaji, lauk pauk, fasilitas dan tunjangan lebih tinggi dari prajurut Suriah, siagakah prajurit kita JIKA menghadapi situasi seperti Suriah.
Tanpa diharapkan dan tidak pernah diharapkan hal seperti akan terjadi pada negeri dan bangsa kita, namun JIKA --sekali lagi: JIKA-- siap sediakah prajurut kita menghadapi tekanan multi dimensi seperti di atas?.
Jawabannya semoga biasa, alasannya banyak, antara lain adalah sejarah dan pengalaman masa lalu serta fasilitas masa kini yang telah diwujudkan dalam serangkaian program Minimum Essential Force (MEF). Namun demikian sekadar mengintip pelajaran dari negara lain luangkan sedikit waktu dan perhatian untuk mengambil pelajaran berharga dari prajurit Suriah dalam perang paling brutal di jagad bumi pada abad modern ini. Mereka saling menghabiskan tak kenal target adalah golongan harusnya dilindungi bukan tempat untuk berlindung, yaitu: bayi; anak-anak; wanita; orang tua, orang cacat, fasilitas umum dan publik; rumah ibada dan lain-lain.
Terlepas pada sisi kelam masing-masing pihak terlibat dalam perang Suriah, dari pasukan SAA telah mengajari kita bagaimana menyikapi beberapa hal saja, yaitu :
- Penting menjaga persatuan dan kesatuan agar tidak muda dicabik-cabik oleh kepentingan negeri lain
- Penting menjalankan roda pemerintahan yang bersih dan kuat agar TIDAK MUDAH menimbulkan fitnah dan melemahkan pemimpin
- Penting menyiapkan pasukan terlatih agar tidak menjadi bulan-bulanan lawan
- Penting menyiapkan infrastruktur kota berbasis perang
- Penting mempelajari perang kota dan merancang infrastruktur kota JIKA menghadapi serangan lawan
- Penting membuat benteng-benteng pertahanan ditempat terbuka tapi tersembunyi
- Penting menyiapkan koridor-koridor khusus dapat dihubungkan dengan terowongan bawah tanah
- Penting merancang strategi perang dari pengamanan jalur logistik, pemetaan skala prioritas wilayah harus dikuasai, tarik ulur penguasaan wilayah, koordinasi kecepatan bala bantuan, akurasi artileri dan serangan udara, hingga akurasi dan integrasi data intelijen.
- Penting menyiapkan tindakan pemulihan kondisi pada wilaah dianggap aman agar warga dapat kembali ke lokasi dan merasakan aman
- Penting menyapkan pasukan cadangan dan milisi siap tempur
- Penting menyiapkan industri senjata dan amunis dalam negeri dan gudang logistik memenuhi standard keamanan,
- Penting mengutamakan perlindungan semesta terhadap seluruh rakyat dan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia harus dijunjung tinggi dilindungi, tidak sebaliknya ingin tampil gagah-gagahan dan bikin keder warga. Jadikan prajurit sebagai "The brothers in Arms."
- Dan lain-lain (tambahkan sendiri, hehehehee...)
Meski kondisi SAA telah lama sangat genting tapi lihat pada perkembangan signifikan yang diraih di kota Aleppo dan Ghouta sekitar Damaskus pada sebulan terakhir, ada kemajuan positif. Lihat juga perkembangan di sekitar kota Hama meskipun di tempat lain seperti Palmyra tidak menggembirakan.
Adakah mereka hadir membela Negara dan Bangsanya sekadar gagah-gagahan? Demam pangkat, maniak jabatan apalagi kekayaan? Mungkin saja ada tapi setidaknya kini telah tersapu deru perang sehingga lebih kental dengan doktrin nasionalisme :The Honor, Devotion, Homeland.
Meski tidak tentu sebagai pemenang perang Suriah kita lihat saja pada sisi kerjasama tim, taktik, koordinasi, kegigihan, nasionalisme dan heroismenya. Sebagai bangsa, sebagai warga Negara, sebagai penyelenggara Negara, sebagai alat Negara dan sebagai abdi Negara mari sama-sama belajar dari prajurit SAA.
Salam Kompasiana
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H