Demonstran anti Trump mungkin saja benar tapi mungkin saja salah sebab dalam mengambil langkah penting untuk AS di masa akan datang tentu bukanlah hasil pertimbangan Trump seorang melainkan ada mekanisme kolektif meski Trump sebagai Presiden.
Selain itu apakah UU AS membolehkan presiden terpilih dalam pemilu demokratis di negara penegak Demokrasi bisa dibatalkan, atau Trump di-impeach beberapa saat setelah pelantikan. Jika kedua hal itu tidak ada dasarnya maka solusi pemilu ulang (voting) akan digelar dengan konsekuensi pemilu ulang butuh biaya dan persiapan matang. Selain itu jika Clinton menang maka kubu Trump kemungkinan besar akan melaksanakan protes.
Persoalan besar sudah pasti akan menghadang jika pemilu ulang digelar kembali. Ironisnya jika aksi demonstrasi itu dibiarkan berlanjut akan mengganggu ketertiban umum. Kondisi tak kalah bahaya adalah apabila petugas keamanan bertindak represif pada pendemo maka pemerintah Trump akan kena tuduhan pelanggaran HAM dan anti demokrasi dan sebagainya.
Kesimpulannya AS akan menghadapi persoalan serius dari kasus pilpres paling rusuh dalam sejarah pilpres pertama AS digelar sejak 1789 lalu. Meski demikian jangan berharap AS akan masuk dalam musim perang saudara seperti pernah dialami pada jaman tempo dulu sebab rakyat AS telah dewasa untuk hal-hal seperti ini, artinya hal itu tidak akan terjadi.
Jalan keluar mengatasi hal itu kemungkinan adalah berbagi kekuasaan. Trump akan di 'impeach' pada tahun ke dua dan langkah perbaikan kedepan UU Pilpres AS mugkin akan direvisi misalnya Pemilu Presiden akan dipisahkan dengan pemilu Kongres
Apapun langkah ditempuh pemerintah AS mengatasi amukan kawula muda AS saat ini menjadi sikap dilematis. Meski jauh dari 'aroma' perang saudara tapi amukan kawula muda AS saat ini bikin para politkus AS ke depan harus meninjau kembali sistem dan tata kelola atau aturan main pemilu AS. Bukan saja melelahkan tapi juga membuat bingung sebagian orang memahami jalan pemilu di negara itu.
Mungkin sistem pemilu sudah tidak kompatibel lagi dengan perkembangan jaman dan kebutuhan warga, bangsa dan negara AS. Faktanya adalah sistem melelahkan dan membingungkan itu kini adalah melahirkan amukan 'kawula muda' AS menuntut pembatalan Trump. Apa jadinya jika pemilu terpaksa harus diulangi?
Salam Kompasiana
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H