Fokus perang Suriah makin melebar di utara Suriah. Setelah Turki terobos perbatasan dengan dalih mengejar ISIS, kini perang langsung Turki dengan milisi Kurdi SDF/YPG di dalam wilayah Suriah makin gencar dan melebar dari kawasan Jarabulus yang menjadi fokus alasan Turki membebaskannya dari ISIS merembes ke wilayah lain di sekitar Manbij sebelah barat sungai Eufrat dan ke arah Kobane sebelah timur suangai Eufrat (dari arah Suriah).
Informasi terkini beredar rumor beberapa jam lalu saat tulisan ini akan diselesaikan, pasukan Turki kini sudah menyerang kota Raco di Afrin (sebuah kawasan dikuasi Kurdi paling barat di perbatasan Suriah-Turki untuk mewujudkan Federasi Rojava). Sumber liveuamap.com.
Di bagian selatan Suriah di Povinsi Quneitra dekat dataran tinggi Golan, tentara Israel mulai buka fron baru dengan menembakkan sejumlah alteri berat ke kawasan tentara Suriah di Darra. Pesawat tempur AU Israel (IAF) juga menjatuhkan sejumlah bom tehadap posisi brigade ke-90 Paukan Arab Suriah (SAA) membuat pasukan SAA di sana mundur menjauh dari Golan.
Di bagian tengah Suriah, ofensif pejuang Suriah dalam payung FSA makin menghebat dekat kota Hama provinsi HAMA. Di sini pasukan setia rezim Assad kehilangan 14 desa dan kota kecil dalam lima hari pertempuran sejak awal Sepember ini dan membuat 100.0000-an warga desa dipinggiran Hama panik dan bergegas mengungsi ke arah ibukota, Hama.
Meski upaya memperkuat posisi dan pertahanan terus dilakukan SAA dengan mendatangkan milisi papan atas Hezbollah, NDF dan Tiger Force terus berlangsung tapi gerak laju FSA di kawasan Hama itu bagaikan pukulan telak ke wajah SAA yang sedang fokus mengepung FSA di bagian barat Aleppo sekitar distrik Remuseh sejak sebulan terakhir.
Sebelumnya pada akhr Juli lalu kawasan terkepung itu dapat dipatahkan FSA melalui aksi heroik dan mencengangkan dunia. Keberhasilan FSA mematahkan kepungan SAA di dekat distrik Ramuseh pada saat itu meninggalkan luka dan dendam kesumat SAA, terlebih terobosan FSA itu mengakibatkan sejumlah sarana dan fasilitas militer SAA di Aleppo barat juga jatuh ke tangah FSA seperti Akedemi Militer dan asrama militer tebesar di Appartement Project 1070 serta kawasan akademi Artileri di dekat kota itu.
Target ketebalan pertahanan di kawasan ini memang penting untuk SAA karena berdasarkan pengalaman sebelumnya pertahanan SAA sangat rapuh dan mudah sekali ditembus oleh FSA hanya dalam waktu 4-5 hari saja di lokasi yang sama dengan saat ini. Gambar di bawah ini memperlihatkan kawasan yang mudah sekali direbut FSA pada akhir Juli meski menimbulkan korban jiwa jumlah besar di kalangan pasukan pemberontak dalam payung FSA.
Akan tercapaikah harapan SAA dengan menjalankan taktik itu? Tampaknya tidak. Alasannya, SAA harus membagi kekuatan menutupi "lubang-lubang" di sana sini seperti menutupi lubang bocor sebuah kapal saat mengarungi badai di sebuah samudera yang luas. Selesai menambal di sebuah sudut buritan kapal terjadi lagi kebocoran di haluan kapal perlu segera ditambal.
Kondisi itu terus tejadi hingga berulang-ulang sementara arah kapal tidak fokus lagi menuju pelabuhan terdekat melainkan menghalau kapal lain berupaya membajaknya bahkan kapal lain disebelahnya berupaya menenggelamkannya.
Bisa jadi kondisi ang dipelihatkan SAA di atas adalah sebuah strategi melalui sejumlah taktik-taktik mengulur waktu. Jika taktik bertahan -dengan mengulur waktu- seperti itu tidak membuat kapal SAA stabil tapi mengapa hal seperti itu dilakukan SAA berulang kali di beberapa fron pertempuran dengan seluruh musuh SAA?
Tampaknya beberapa tujuan penting ingin dicapai rezim Suriah, Iran dan Rusia menjalankan taktik itu adalah :
- Mengulur waktu peperangan hingga membosankan aliansi AS
- Mengulur waktu perang menjadi panjang dan lama mengakibatkan Bashar al-Assad tetap eksis berkuasa. Meski secara yuridis kekuasanna ditentang atau dikacaukan tapi secara defakto Rusia ingin memperlihatkan Assad tetap eksis. Dan ini adalah sebuah kemenangan defakto aliansi Suriah karena alasan dan tujuan perang Suriah yang diangkat FSA dan aliansi AS dalam issu konflik Suriah adalah menggulingkan pemerintahan dan rezim Bashar al-Assad.
- Mengulur waktu perang sekaligus juga mengakibatkan biaya perang ditanggung kedua pihak proksi menjadi sangat besar. Namun beda halnya tingkat tekanan dialami oleh kubu pemberontak. Dengan biaya besar mengharapkan rezim Assad dapat diturunkan dengan tempo sesingkat-singkatnya.
- Dalam pandangan proksi Rusia, meski juga mengucurkan biaya perang sangat besar tapi tingkat tekanannya beda. Strategi rezim Suriah adalah berusaha bertahan saja. Bagaimana membuat Assad eksis selama mungkin adalah sebuah kemenangan juga.
- Strategi itu telah bejalan dan mencapai sasaran meski tidak disadari kubu FSA. Assad telah menjabat sebagai presiden sebelum -suatu saat nanti- akan mengundurkan diri atas pertimbangan dan untuk kepentingan proksinya sendiri. Assad akan berhenti dengan cara terhormat setidakyna menurut kacamata proksi Rusia.
Atas dasar kondisi itu pantaslah FSA tak terlalu risau kota Aleppo kini terkepung kembali dengan ketebalan pertahanan SAA semakin kuat. FSA mungkin mulai realistis, selain menyadari apa maksud dan tujuan rezim Suriah mengulur waktu perang sedemikian rupa juga menyadari posisi mereka pun tak ubah sebagai kelinci percobaan.
Sikap realisitis itu mungkin saja terinspirasi oleh sikap ambivalen AS terhadap ISIS, Turki dan Kurdi Suriah baru-baru ini, jelas-jelas sebuah jawaban betapa pertikaian itu tak lebih dari sebuah kepentingan ekonomi pihak tertentu dengan menyeret sentimen demokrasi bahkan memasukkan issu perbedaaa aliran kepercaaan dalam ajaran Islam sebagai simbol jihad.
Pengorbanan lahir batin FSA telah banyak tercurah untuk berperang melawan pemerintah sendiri tapi hasilnya tidak sesuai harapan. Hal sama juga dialami SAA, tak kalah banyak pengorbanan moril dan material dilakukan hanya untuk bertahan dari rongrongan rakyat sendiri karena dahulu tak paham jika akhirna dikendarai kekuatan lain atas sentimen agama dan demokrasi.
Salah satu faksi baru muncul beberapa hari lalu kelihatannya telah membaca arah tesebut sehingga membentuk grub baru yaitu Syrian National Resistance sebuah grub berhaluan nasionalis yang berseberangan dengan Turki. Mereka bersumpah akan melawan invasi Turki di Suriah. Sumber : ANHA 7/9/2016
Apakah terpikirkan FSA ada seratusan lebih grub tergabung dalam FSA itu memiiki idiologi beraneka ragam itu bagaimana sulitna menatukan mereka? Kondisi Irak dan Libya pasca revolusi seperti itu telah memberi jawaban itu. Konon lagi di Suriah yang kini bertabur milisi, pasukan asing, pasukan bayaran dan pasukan jihad dibawah payung FSA. Sebut saja beberapa diantaranya sebagai berikut :
- Ahrar al Syam. Idiologi Wahbisme dan Islamisme. Dibentuk akhir 2011– sekarang. Tak jelas mengapa AS memasukkannya sebagai organiasi teroris. Padahal grub ini adalah salah satu paling kuat dalam payung FSA.
- Jaysh al Fatah JaF atau Tentara pembebasan The Army of Conquest. Idiologi Sunni Islamism. Dibentuk 24 March 2015.
- Jabhat Fateh al-Sham JFS atau the Front for the Conquest of the Levant dahulu Jabhat al Nusra. Baru saja dibentuk pada 28 Juli 2016 lalu. Idiologi Salafist jihadisme Wahhabisme.
- Jaysh al-Islam dahulu Liwa al Islam. Dibentuk 2011. Idiologi Sunni Islamisme Salafisme.
- The 101st Infantry Division, pasukan utama koalisi pemberontak Suriah atau SNC force. Idiologi Islamic democracy.
- The 13th Division juga pasukan utama koalisi pemberontak Suriah atau SNC force. Idiologi sedikit beda dengan unit di atas, Islamic democracy Secularism.
- Divisi Invantri ke16 dibentuk pada 2013. Kini berkekuatan 1,600 lebih. Dibentuk pada 2013. Makas di Aleppo. Idiologi: Islamic democracy.
- Sementara itu Khorasan group, Harakat Nour al-Din al-Zenki atau Geakan Zenki dan The Sultan Murad Division juga memiliki idiologi sedikit berbeda diantara grub tersebut.
- Belum lagi termasuk pertikaian antara FSA dengan ISIS dan FSA dengan Kurdi Suriah, FSA/YPG semakin banyak pertimbangan ke depan dalam penatuan Suriah harus dipertimbangkan FSA kemudian hari.
Clash FSA dengan SDF Kurdi Suriah juga terjadi pada 25/8/2016 lalu. Sumber ; aranews.net/2016/08. Selain itu eskalsi antara Nusra Fron bertikai dengan FSA terjadi di Daraa pada 21/10/2015. Sumber :now.mmedia.me.
Tentu banyak peristiwa sejenis lain tidak dapat disebutkan satu per satu pada tulisan ini. Sedikit fakta di atas memberi tanda bahwa sesama FSA pun belum tentu mampu mempersatukan kepentingan politik berbeda aliran dan idiologi Suriah dalam waktu singkat setelah konflik Suriah menumbangkan Assad -katakanlah- berhasil. Daftar lengkap pertikaian sesama pemberontak FSA dapat dilihat di sini : Inter Rebel Conflict during the Syrian Civil War
Hal sama pada sisi pasukan loyalis Assad atau SAA pun kerap dirundung perpecahan internal namun jumlahnya tidaklah sebanyak pertikaian terjadi sesama FSA di seluruh Suriah.
Jika melihat pada kekuatan FSA saat ini sangat mudah mengalahkan Assad melalui pemilu demokratis ketimbang melalui cara-cara kanibalis ditunggangi issu perbedaan aliran dan suku.
Cara-cara kanibalism hanya menambah panjang masa kehancuran bangsa dan negara Suriah atau Syam, sebuah lokasi di bumi kita tempat paling banyak nabi diturunkan Allah untuk mengajari kaum dan manusia lainnya agar menjadi sebaik-baiknya hamba Allah di bumi sesuai zamannya.
Salam Kompasiana
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H