2. Ada wilayah dikuasai kelompok Kurdi Suriah di perbatasan Suriah dan Turki, dari Afrin di barat hingga ke Al-Malikiah di timur. Diantara wilayah itu ada 1 kantong kecil dikuasai FSA di kota Az'az. Jika YPG ingin menghubungkan Rojava dari barat ke timur menjadi sebuah federasi Rojava maka YPG harus dapat membebaskan Az'as dari FSA. Itu artinya YPG harus berperang dengan FSA,
Jika YPG mengabaikan posisi kantong FSA di kota Afrin untuk sementara atau selamanya, wilayah itu tidak akan bemanfaat bagi FSA karena kota itu terkepung oleh wilayah ISIS dan SAA. Ekspektasi ke depan wilayah FSA ini berpotensi menjadi kantong khusus kepentingan Turki, sebut saja misalnya sebagai daerah otonomi Turki di Suriah.
Persaingan akan semakin tajam. FSA akan dibantu Turki sementara YPG tidak beharap pada rusia sebab khawatir AS murka pada YPG. Oleh karena itu perang YPG dan FSA akan sangat keras. Belum lagi sebuah wilayah YPG di Aleppo timur telah lama dihuni oleh warga Kurdi Suriah juga tidak akan mudah dilepaskan ke FSA begitu saja. Jika Pemerintahan baru Suriah ingin mencaplok wilayah ini tentu akan mendapat perlawanan keras YPG. Dengan demikian besar sekali potensi perang susulan di Suriah setelah FSA melumpuhkan rezim Assad.
3. Ada wilayah dikuasi ISIS terutama di Povinsi Deir Ezzor dan Provinsi raqqa ke arah perbatasan Suriah dan Irak. Jika pemerintahan Suriah baru nanti ingin melepaskan cengkeraman ISIS pasti akan menghadapi perlawanan hebat seperti ISIS mempertahankan kota Manbij dari SDF/YPG dukungan AS meskipun wilayah tersisa dikuasai ISIS kini tinggal seukuran 4 kawasan Stadion Senayan Jakarta. ISIS pasti akan akan jadi lawan berat FSA. Dalam masa konflik SAA-FSA kelompok ISIS telah ambil kesempatan memperkuat posisi dengan membangun lorong tikus, terowongan, suplai persenjataan dan memperkuat logistik untuk masa perang mereka hadapi.
Atas dasar gambaran di atas, apabila pemerintahan baru Suriah mewarisi negeri kacau balau ini kemungkinan besar Turki berperan sebagai penengah dalam kekacauan baru. Selanjutnya Turki bisa membuat kebijakan "sementara" wilayah kekuasaan FSA akan menjadi bagian otonomi khusus Turki meliputi seluruh provinsi Idlib. Aleppo, Hom, Hama dan sebagian kecil Latakia.
Kehadiran dan campur tangan kental Turki dalam pemerintahan baru FSA membuat negara lain "cemburu" lantas memperkuat kembali lawan FSA lainnya sehingga proses damai Suriah kembali kisruh kembali. Pada akhirnya PBB dan negara besar mengerucutkan usaha damai Suriah berupa pembentukan tiga negara Suriah baru :
- Suriah Baru : Seluruh provinsi Aleppo, Idlib, Hama, Homs dan sebagian Latakia dan sebagian As Suwayda dengan nama republik Islam Suriah
- Suriah Lama : Meliputi kota Damaskus, seluruh provinsi Tartus, Darra, Quneitra, sebagaian kecil As-Suwayda. Sebagian provinsi Damsik atau Damaskus dan sebagian besar Latakia
- Federasi Rojava : Sebagian kecil Idlib, sebagian kecil Provinsi Ar-Raqqah, sebagian besar provinisi Deir Ezzor
- Sisa wilayah dikuasai ISIS dengan cara klandestin dari bawah tanah terutama di Povinsi Deir Ezzor, sebagian Ar-Raqqa hingga ke perbatasan Suriah-Irak
Kemungkinan di atas akan terjadi JIKA pemerintahan rezim kalah dalam konflik Suriah saat ini terutama kalah melawan FSA. Setidaknya FSA akan menghadapi tiga dari empat kemungkinan di atas JIKA rezim Suriah musnah; FSA akan menghadapi pertempuran susulan dengan YPG dan ISIS seperti rezim Suriah saat ini dihadapkan pada perang Tri Sula tiga mata tombak saling berhadapan serentak melawan musuh mereka istilahkan sebagai "Teroris" pada ISIS dan FSA.
Sanggupkah FSA menghentikan ISIS dan YPG secara terpisah atau sekaligus ketika Republik Suriah telah terhapus dari peta. AS saja perlu waktu lama dan dana serta tenaga besar melumpuhkan ISIS. Semetara itu YPG diakui dunia dianggap sebagai kekuatan paling tangguh saat ini melumpuhkan ISIS juga menghadapi lawan berat ISIS. Jika salah satu apalagi dua kekuatan itu menjadi lawan FSA nanti akan seperti apakah nasib republik baru dukungan FSA nanti?
Pertanyaan itu bukan mengada-ada apalagi bikin keder warga Suriah atau pendukung FSA. Bukan itu maksud pesan akhir tulisan ini. Fakta dalam peta mengajak kita melihat sungguh-sungguh tentang potensi masalah itu ke depan ternyata menyimpan masalah sangat besar. Sanggupkah eforia nasionalisme warga pendukung FSA mengalahkan eforia warga lain dalam ISIS dan YPG nanti? Sama-sama mengumandangkan nilai-nilai dan simbol agama bahkan nama Allah dikumandangkan dan disebut diamana-mana untuk melumpuhkan sesama hamba Allah juga.
Semoga AS, Rusia, Turki, Arab Saudi dan Iran serta UE dan PBB memperhatikan hal ini agar rakyat Suriah tidak dipermainkan oleh kondisi mirip dengan anekdot dalam peribahasa lama, "Keluar dari mulut Buaya masuk dalam mulut Harimau." Menyedihkan sekali, bukan?
Salam Kompasiana