Raqqa atau al-Raqqah adalah ibukota defakto ISIS yang dikuasai sejak Juni 2013. Jatuhnya pangkalan udara di al-Tabqah oleh ISIS pada 24 Agustus 2014 lalu melengkapi kekalahan rezim Assad di seluruh Provinsi yang sarat dengan sejarah dan budaya Islam tersebut. Sebanyak 160 prajuit Suriah dibunuh oleh ISIS dan ratusan lainnya tetangkap. Sejak saat itu tentara rezim Suriah tidak pernah lagi tiba di sana untuk menyerang apalagi untuk membebaskan provinsi atau kota Raqqa dari cengkeraman ISIS.
Setelah itu, perkembangan tentara Suriah atau SAA menuju Raqqa tidak ada yang signifikan. Paling banter hanya sampai di sebuah posisi jalan utama Zakiya desa Bir Ambaj sebelah timur Abo al-'Alaj atau sekitar 32 km ke kota nomor tujuh terbesar di Suriah, al-Tabqah. DI sini, pasukan SAA menguasai Jalan utama Zakiya yang baru dikuasai tiga hari lalu 4 Juni melalui pertempuran sengit dengan ISIS.
Informasi terkini, beberapa jam lalu, Rabu 8 Juni 2016 dari sumber liveuamap.com pasukan SAA sudah menerobos ke aah padang pasir di Khirbet Zidan yang berarti lebih dekat ke bendungan Taqba sekitar danau Assad tinggal 32 km lagi dari sebelumnya sekitar 37 km.
Dari bendungan Tabqah ke kota al-Tabqah masih sekitar 5 km lagi dan dari kota al-Tabqah ke Raqqa masih sekitar 35 km lagi melalui jalan pintas. Dengan demikian artinya posisi SAA saat ini menuju ibukota Raqqa masih sekitar 74 km lagi.
Posisi SAA dan FSA sama beratnya. Untuk menuju Raqqa, dari desa terluar distrik Deir Ezzor FSA harus melalui dinding tebal tembok pertahanan ISIS sejauh 81 km. Bedanya, posisi SAA masih memungkinkan menyerang dari sisi wilayah bebas (kawasan gurun pasir berwarna putih). Dibantu payung udara Rusia memungkinkan SAA mempercepat waktu mencapai gerbang Raqqa apabila mampu menembus bentangan gurun di Rasafa sejauh enam kilometer. Sebuah misi amat berat karena untuk mencapai posisi sekarang saja pun sejumlah tentara dan milisi serta komandan koalisi SAA banyak terbunuh di sana. Namun demikian kejutan Rusia senantiasa tak terduga untuk mitra setianya Suriah..
Di atas kertas, posisi koalisi SDF menuju ibukota Raqqa lebih menguntungkan ketimbang koalisi SAA, namun mengingat perlawanan ISIS dalam mempertahankan gerak maju SDF dari utara sangat militan hingga melukai salah satu tentara khusus AS maka gerak maju koalisi SDF telah terhenti sejak akhir bulan lalu. TIdak ada perkembangan signifikan gerak maju koalisi SDF menuju Raqqa, apalagi kantong-kantong ISIS disekitar Manbij yang dikuasai pasukan Turki -tempat keluar masuk ISIS dari perbatasan Turki-Suriah ke kantong Kurdi-Suriah- pasukan YPG perlu memperlebar intensif penguasaan di wilayah sekitar Manbij tempat bercokol pasukan Turki.
Begitu strategisnya Raqqa bagi Kurdi Suriah hingga SDF mengepung jalan utama ke Raqqa dari dua penjuru yaitu dari desa Tell Othman, Ain Issa dan dari desa Bi'ir Said, Tal Abyad. Dalam offensif ke kota ini, SDF mengerahkan lima puluh ribu pasukan termasuk pasukan khusus AS berjumlah 200 personil. Salah satu komandan senior SDF menemui ajalnya di ujung gerbang rumah sakit al-Amal, kota Manbij akses utama ke kota Raqqa. Faysal Abu Leyla, salah satu komandan tertinggi dari batalion Shams al-Shimal SDF tewas oleh sniper ISIS pada 5 Juni 2016 lalu.
Di sisi lain, sebagaiman disebut diatas koalisi SAA juga sedang menyiapkan ofensif ke Raqqa meskipun masih berada di jalan utama Zakiya desa Bir Ambaj, 32 km menuju al-Tabqah. Pada ofensif kali ini SAA mengerahkan pasukan 20 ribu personil dan milisi ditambah dukungan serangan udara oleh jet tempur Rusia.
Melihat kompetisi mirip pelombaan itu Turki juga menawarkan kerjasama operasi ke Raqqa pada AS dengan catatan joint operation tersebut TIDAK mengikut sertakan Kurdi Suriah atau YPG. Sayangnya AS tidak tertarik pada tawaran Turki tersebut. Dari dimensi lain kita melihat tawaran Turki tersebut memperlihatkan betapa pentingnya Raqqa bagi seluruh pihak bertikai dalam perang Suriah.
Mengapa Raqqa sangat strategis dan bernilai tinggi bagi ISIS, SAA, SDF/YPG, Turki, Arab Saudi dan AS?
Raqqa kota bersejarah dari zaman Romawi hingga Bizantium sampai kini. Pada masa awal kerajaan Islam penah menjadi kota kerajaan Sultan Harun al-Rasid, salah satu Raja bijaksana memimpin kerajaan Irak dalam legenda "kisah 1001 malam" pada masa lalu.
Kota yang kini seluruhnya dihuni Islam Sunni itu menyimpan seni budaya islam dan sejarah dunia bernilai tinggi. Daya pikat Raqqa tenyata tidak lapuk oleh berjalannya waktu dan tidak lekang oleh pekembangan zaman.
Raqqa tempat paling menarik berkumpulnya pejuang asing dalam konflik Suriah. Salah satu ang terkenal adalah John Jihadi, eksekutor sadis asal Inggris ang jtewas akibat serangan udara koalisi AS di sekita Raqqa akhi tahun lalu. Selain itu, pentolan ISIS paling ditakuti adalah seorang lelaki betubuh raksasa dengan berat hampir 140 Kg dengan nama panggilan "the Buldozer." Eksekutor raksasa itu ditangkap pasukan Suriah di perbatasan Deir Ezzor dan Raqqa.
Menjadi petempur Raqqa lebih begengsi. Menurut sebuah sumber, gaji bulanan petempur asing di Raqqa lebih tinggi dari gaji petempur manapun di Suriah. Rata-rata pejuang asing itu mendapat gaji $800 pe bulan. "in Raqqa they earn about $800 a month, including special allowances, compared with $400 a month for Syrian fighters, according to local residents and Syrian rebels whom Islamic State had tried to recruit. Rebels in the moderate, U.S.-backed Free Syrian Army say they earn $100 or less. Sumber : wsj.com
Raqqa tempat transaksi mafia minyak ilegal paling menarik di Irak dan Suriah. Mafia minyak timur tengah berkumpul di kota ini. Bagaimana cara proses produksi minyak selundupan itu terjadi telah banyak dilaporkan oleh berbagai referensi media, salah satunya di sini : alaraby.co.uk.
Bagi Suriah sendiri Raqqa adalah bagian dari teritorial negara. wajib dijaga apapun taruhannya. Mempercepat aksi menguasai Raqqa akan menambah tinggi proses tawar menawar dengan SDF/PG dikemudian hari tentang masa depan Kurdi Suriah.
Meski SDF/YPG kini lebih berpeluang mencapai kota Raqqa namun agak mengherankan sepertinya belum mendapat "restu" AS yang masuk mendadak ke dalam struktur koalisi SDF/YPG dengan hadirnya Joe Votel, salah satu jenderal AD AS dalam Centcom commander bernegosiasi dengan SDF/YPG sekitar 22 Mei 2016 atau dua minggu setelah SDF/YPG mencapai dua desa terdepan menuju Raqqa di Tell Othman dan Bier Sa'id. Setelah itu, tidak ada pergerakan lagi ke arah kota Raqqa. SDF/YPG hanya mempekuat posisi pada dua titik terdepan tersebut akibat disibukkan harus balik lagi memperkuat posisi ke arah Manbij.
Bagi SDF/YPG, obsesi Kurdi Raya adalah cita-cita lama terpendam. Saat inii adalah momen yang tepat atau akan tidak terjadi sama sekali. Meski SDF/YPG bercita-cita menyerang ISIS hingga ke Mosul Irak, akan tetapi obsesi menguasai Raqqa adalah strategi sarat dengan muatan politis. Lihat saja, pada 19 Mei 2016, koalisi AS dan SDF/YPG melemparkan selebaran atau leaflets dari udara kepada penduduk Raqqa namun hingga saat ini belum ada aksi serangan udara AS.
Kemungkinan adanya aksi bersekongkol dibalik layar AS dengan Rusia menahan laju SDF/YPG untuk tiba duluan di Raqqa dengan tujuan terciptanya strategi proses tawar menawar Suriah dan Kurdi di dalam menentukan masa depan Kurdi pasca perang Suriah kelihatannya perlu kita cermati.
Salam Kompasiana
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H