Raqqa kota bersejarah dari zaman Romawi hingga Bizantium sampai kini. Pada masa awal kerajaan Islam penah menjadi kota kerajaan Sultan Harun al-Rasid, salah satu Raja bijaksana memimpin kerajaan Irak dalam legenda "kisah 1001 malam" pada masa lalu.
Kota yang kini seluruhnya dihuni Islam Sunni itu menyimpan seni budaya islam dan sejarah dunia bernilai tinggi. Daya pikat Raqqa tenyata tidak lapuk oleh berjalannya waktu dan tidak lekang oleh pekembangan zaman.
Raqqa tempat paling menarik berkumpulnya pejuang asing dalam konflik Suriah. Salah satu ang terkenal adalah John Jihadi, eksekutor sadis asal Inggris ang jtewas akibat serangan udara koalisi AS di sekita Raqqa akhi tahun lalu. Selain itu, pentolan ISIS paling ditakuti adalah seorang lelaki betubuh raksasa dengan berat hampir 140 Kg dengan nama panggilan "the Buldozer." Eksekutor raksasa itu ditangkap pasukan Suriah di perbatasan Deir Ezzor dan Raqqa.
Menjadi petempur Raqqa lebih begengsi. Menurut sebuah sumber, gaji bulanan petempur asing di Raqqa lebih tinggi dari gaji petempur manapun di Suriah. Rata-rata pejuang asing itu mendapat gaji $800 pe bulan. "in Raqqa they earn about $800 a month, including special allowances, compared with $400 a month for Syrian fighters, according to local residents and Syrian rebels whom Islamic State had tried to recruit. Rebels in the moderate, U.S.-backed Free Syrian Army say they earn $100 or less. Sumber : wsj.com
Raqqa tempat transaksi mafia minyak ilegal paling menarik di Irak dan Suriah. Mafia minyak timur tengah berkumpul di kota ini. Bagaimana cara proses produksi minyak selundupan itu terjadi telah banyak dilaporkan oleh berbagai referensi media, salah satunya di sini : alaraby.co.uk.

Bagi Suriah sendiri Raqqa adalah bagian dari teritorial negara. wajib dijaga apapun taruhannya. Mempercepat aksi menguasai Raqqa akan menambah tinggi proses tawar menawar dengan SDF/PG dikemudian hari tentang masa depan Kurdi Suriah.
Meski SDF/YPG kini lebih berpeluang mencapai kota Raqqa namun agak mengherankan sepertinya belum mendapat "restu" AS yang masuk mendadak ke dalam struktur koalisi SDF/YPG dengan hadirnya Joe Votel, salah satu jenderal AD AS dalam Centcom commander bernegosiasi dengan SDF/YPG sekitar 22 Mei 2016 atau dua minggu setelah SDF/YPG mencapai dua desa terdepan menuju Raqqa di Tell Othman dan Bier Sa'id. Setelah itu, tidak ada pergerakan lagi ke arah kota Raqqa. SDF/YPG hanya mempekuat posisi pada dua titik terdepan tersebut akibat disibukkan harus balik lagi memperkuat posisi ke arah Manbij.
Bagi SDF/YPG, obsesi Kurdi Raya adalah cita-cita lama terpendam. Saat inii adalah momen yang tepat atau akan tidak terjadi sama sekali. Meski SDF/YPG bercita-cita menyerang ISIS hingga ke Mosul Irak, akan tetapi obsesi menguasai Raqqa adalah strategi sarat dengan muatan politis. Lihat saja, pada 19 Mei 2016, koalisi AS dan SDF/YPG melemparkan selebaran atau leaflets dari udara kepada penduduk Raqqa namun hingga saat ini belum ada aksi serangan udara AS.
Kemungkinan adanya aksi bersekongkol dibalik layar AS dengan Rusia menahan laju SDF/YPG untuk tiba duluan di Raqqa dengan tujuan terciptanya strategi proses tawar menawar Suriah dan Kurdi di dalam menentukan masa depan Kurdi pasca perang Suriah kelihatannya perlu kita cermati.
Salam Kompasiana