Dalam perang Suriah kita dikejutkan oleh temuan faktor ekonomi di balik strategi kotor perang sejumlah negara yang terlibat di dalamnya. Dalam kemasan apik issue sektarian terbukti telah menimbulkan bencana kemanusiaan terbesar dunia di timur tengah pada jaman modern ini yakni pembantaian terhadap manusia hampir mencapai empat ratus ribu jiwa.
Kepungan menahun terhadap delapan ratus ribu manusia lainnya juga telah menciptakan penderitaan kelaparan dan kematian. Ditambah lagi jumlah pengungsi hingga empat juta ummat manusia telah menambah daftar masalah sosial untuk dunia. Belum lagi ledakan migrasi besar-besaran kini melanda dunia khususnya Eropa.
Dibalik kemasan sektarian tersebut motif ekonomi ternyata tegak bediri dan kokoh di belakangnya. Motif ekonomi beupa penguasaan ladang minyak di Suriah dan Irak tak mampu lagi menutup mata dan telinga pemerhati masalah Suriah dan Irak, betapa motif ekonomi tersebut tenyata lebih dominan sebagai tujuan perang ketimbang ekses dari perang itu sendiri.
Berikut ini fakta memperlihatkan modus penyelundupan minyak Suriah dan Irak dijalankan oleh pihak-pihak terlibat dalam perang Suriah.
Penyelundupan minyak mentah maupun minyak murni selundupan dari raqqa melalui sungai dari danau Assad yang mengalir ke pebatasan Turki. Jalur ini lima bulan terakhir sangat berisiko karena di muara sungai Euprhat antara Sarin dan Jarabulus telah dikuasai oleh pejuang Kurdi Suriah (YPG). Oleh karenanya kini penyelundup menggunakan jalur darat lainnya, dari raqqa biasanya masuk ke zona penyangga Turki yang dikuasai ISIS (antara Manbij dan Sawran) menuju ke pintu pebatasan Karkamis, Turki.
Jalur lain dari Tabqa menuju Idlib tempat penyulingan minyak resmi Suriah kini menjadi pasar gelap ISIS sebelum diselundupkan ke Tuki via desa Saraqeb dan Jisr ash-Shukur di Azas (dikuasai FSA) menuju ke desa terluar Turki dekat Suriah yakni desa Killis. Jalur penyelundupan lainnya bisa melalui desa lain di Turki, desa Hacipasa Samada dan Besaslan.
Dari desa-desa tersebut minyak selundupan itu diangkut lagi ke berbagai lokasi di Tuki melalui jalur darat dan sungai menggunakan tenaga angkut manusia, kuda dan boat melibatkan penduduk setempat dan simpatisan ISIS dan tentu saja otoritas setempat. Lokasi tujuan di Turki antara lain ke Sanliura, Urfa, Hakkari, Siirt, Batman, Osmaniya, Gaziantep, Sirnak, Adana, Kahramarmaras, Adiyaman dan Mardin.
Di pelabuhan Ceyhan di Adana, kapal tanker raksasa milik Botas International Limited (BIL) perusahaan Turki akan mengangkut minyak tersebut menuju pasar gelap dunia dengan tawaran setengah dari harga resmi dunia.
Penyelundupan minyak Irak dan Suriah ke Turki telah berlangsung sejak Juli 2014. Aneka informasi memperlihatkan angka pemasukan menggiurkan ke rekening ISIS. Meski tidak terlacak dalam transaksi lalulintas perbankan dunia praktek penyelundupan minyak ke Turki telah diketahui banyak media meski dengan beraneka ragam angka atau nilai berbeda, akan tetapi pada umumnya memperlihatkan angka fnatastis.
Salah satu contoh, mengacu pada huffingtonpost menyebutkan ISIS memperoleh pemasukan sebesar $500 juta / tahun. Sedangkan sumber lain ig.ft.com memprediksi pemasukan ISIS setiap hari sekitar $1.5 juta dengan rata-rata poduksi setiap hari mencapai 34,000 hingga 40,000 barel dari delapan lapangan minyak Suriah saja, belum termasuk dari kilang di Irak,
Sumber lain, globalresearch mengutip pernyataan Ali Edibogluan, salah satu anggota parlemen Turki, menuding ISIS memperoleh pemasukan $800 juta hingga Juni 2014 dari penyelundupan minyak ke Turki.
Seorang mantan anggota Parlemen Irak menyampaikan pandangannya pada media Rusia bahwa IS memperoleh pemasukan $800 juta dari kegiatan penyelundupan minyak selama delapan bulan pada 2014 dengan harga setengah dari harga resmi dunia.
“In the last eight months [IS] has managed to sell what is $800 million worth of oil in the black market of Turkey. This is Iraqi oil and Syrian oil, and these are carried by trucks from Iraq, from Syria, through the borders to Turkey and sold … [at] less than 50 per cent of the international oil price,” Mowaffak al Rubaie said in an interview with the Russian channel RT. Sumber : globalresearch
Lalu siapakah pelaku utama dan pembeli minyak selundupan ISIS paling besar di black market?
Beberapa sumber menyebutkan Turki adalah pelaku utama. Setelah dikumpulkan dijual di pasar gelap dunia dan pembeli paling besar adalah Israel. Sumber globalresearch membeberkan informasi keterlibatan Turki di balik penyelundupan tersebut.
Sumber lain, huffingtonpost menuduh presiden Turki dan familinya terlibat jual beli minyak selundupan dari ISIS. Sementara itu sumber ibtimes memperlihatkan bagaimana minyak selundupan ISIS dapat menembus pasar Amerika Serikat dan dunia melalui perantara Turki.
Sumber lain dari bbc edisi 26 Januari 2016 mengutip pernyataan Menteri Pertahanan Israel, Moshe Yaalon mengatakan "enjoyed Turkish money for oil for a very, very long period of time." Lebih mengerikan lagi adalah menurut Moshe Yaalon ISIS didanai oleh uang Turki. Sumber : rt.com
Meski banyak informasi lain menyebutkan bukan saja Turki yang bermain dalam penyelundupan tersebut, termasuk juga YPG dan sejumlah negara lain, Rusia. Bahkan Suriah sendiri juga ikut dituding membantu penyelundupan dan membeli minyak ISIS, akan tetapi tuduhan terhadap Turki sebagai penyelundup pertama minyak ISIS bukan rahasia umum lagi dan apa daya terlanjur menjadi legitimasi dunia.
Mungkinkah Israel pembeli paling besar dari Turki? Menurut informasi dikutip dari dpreview.com menulis "Israel has become the main buyer for oil from ISIS controlled territory. " ISIS mempeoleh pemasukan $1-1.5 juta setiap harinya. "According to several reports in the Arab and Russian media. An estimated 20,000-40,000 barrels of oil are produced daily in ISIS controlled territory generating $1-1.5 million daily profit for the terrorist organization," tambah sumber tersebut.
Tak terhitung sejumlah informasi memperlihatkan Isarel menjadi pembeli paling besar minyak selundupan melalui Turki dengan harga sangat murah, hanya $15-18 per barel. Padahal harga resmi pada saat laporan itu dibuat, WTI dan Brent Crude sekitar $41 dan $45 per barelnya.
American Herald Tibune mengungkap betapa strategisnya posisi Israel dalam membeli minyak ISIS dari Tuki. Tanpa Isael, minyak tersebut seakan-akan hanya beredar diantara Suriah, irak dan Turki.
“Israel has in one way or another become the main marketer of ISIS oil. Without them, most ISIS-produced oil would have remained going between Iraq, Syria and Turkey. Even the three companies would not receive the oil if they did not have a buyer in Israel,” sebut ahtribune.
Di sisi lain, meski ISIS dan FSA kerap saling melumpuhkan di medan laga akan tetapi dalam hal kerjasama selundupan minyak tetap terjalin komunikasi. Informasi terkini pada 1 Mei lalu YPG melumpuhkan ratusan truk pengangkut minyak dari Azas menuju pasar gelap di Idlib yang juga dikuasai FSA di beberapa lokasi. Menurut infomasi syriadirect truk lain dari Idlib menuju Azas memuat bahan makanan dan kebutuhan lainnya hasil dari penjualan minyak.
Meski pemasukan menurun signifikan sejak Oktober lalu ISIS tetap mampu menghasilkan penerimaan sangat menggiurkan karena proses penyelundupan minyak masih terjadi. Serangan udara koalisi AS pun masih mampu disiasati ISIS dengan cermat.
Salah satu saksi mata dari ISIS sendiri memberi informasi bahwa koalisi pimpinan AS tidak serius melaksanakan serangan udara tehadap IS, beda dengan Rusia memang sengaja mencari dan menghancurkan konvoi tanki mereka.
Untuk mengatasi ancaman serangan udara Rusia, ISIS dan jaringannya memperbaiki cara mengatasi ancaman tersebut melalui teknik pengisian mobil. Perjanjian pengisian dan penyulingan pun disepakati pengisiannya di lokasi dan pada waktu tertentu berdasarkan laporan kondisi keamanan oleh intelijen ISIS. Selain itu ISIS juga memberi garansi keamanan bagi konvoi truk pembeli selama pengisian dan tempat penulingan. Tentu saja ISIS menawakan harga murah meriah dan masih ada bonus tambahan, bebas pajak.
Berdasarkan data dan fakta di atas, apakah perang Suriah berbungkus issu sektarian itu benar-benar murni alasan sektarian? Apakah rebutan minyak Irak dan Suriah yang tertanam kokoh diantara issue jihad dan sektarian hanya pantas dianggap sebagai dampak perang?
Mungkin ada yang mengatakan selundupan ini adalah ekses atau dampak perang, bukan strategi perang. Meski dugaan itu bisa saja benar akan tetapi dengan melihat kondisi dan fakta-fakta di atas mungkinkah perang paling brutal tersebut adalah salah satu wujud strategi saling mempertahankan dan menguasai minyak untuk kepentingan masing-masing ?
Ironis sekali memang mengapa strategi merebut ladang minyak itu tidak berlaku untuk negara anti kepentingan barat lain misalnya Korea Utara, Kuba. Mexico, Ghana, Argentina atau sejenis dengannya ? Tak ada minyak di sana atau karena mereka TIDAK mampu dijadikan obyek untuk sebuah strategi perang?
Pantaslah pada akhirnya nyaris tidak ada hasil apa - apa untuk damai Suriah jika cuma AS dan Rusia saja yang berdamai di atas kertas. Dengan kata lain, pihak yang berdamai dan berperang berbeda strategi. Pihak berperang sangat serius berperang, mereka saling mematikan melalui kepungan, penyiksaan, pembantaian dan pengorbanan jiwa raga bahkan segalanya, sementara pihak lain penuh strategi kotor dengan kemasan siasat damai.
Semoga suatu saat nanti mereka akan mengetahuinya meski agak terlambat dan semoga juga mampu memberi inspirasi untuk semua pihak..
Salam Kompasiana
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H