Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kematian Dubes AS Chris Stevens dari Skandal Email Hillary Clinton

24 Maret 2016   02:31 Diperbarui: 21 April 2016   12:41 1782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adakah ditemukan pesan yang sangat berkaitan dengan antisipasi petugas keamanan AS terhadap kantor dan staf mereka di Benghazi saat itu? Rasa-rasanya tidak ada.

Jika mengacu pada bocoran wikileaks di atas mungkin saja bocoran itu telah diedit untuk tujuan dan kepentingan tertentu misalnya untuk tidak memojokkan posisi Clinton yang sedang dalam masa genting menuju pencalonannya sebagai capres dari partai Demokrat.

Akan jika memang tidak ada satupun pesan yang masuk ke Clinton tentang pentingnya meningkatkan pengawasan keamanan terhadap staf dan kantor mereka khususnya di Libya, jelas hal itu adalah sebuah keteledoran atau sebut saja sebuah kealpaan yang tidak seharusnya terjadi mengingat beberapa pengalaman sebelum tewasnya Stevens juga pernah menimpa sejumlah diplomat AS di negara lain.

Tewasnya Steven menambah urutan menjadi 6 (enam) peristiwa tewasnya diplomat AS sedang bertugas di sejumlah negara sejak 28 Maret 1950 saat Laurence Steinhardt Dubes untuk Kanada tewas akibat kecelakaan pesawat terbang.

Dalam kaitan serangan teroris terhadap tewasnya dubes AS di seluruh dunia -sebelum Stevens- telah terjadi 5 kali serangan teroris terhadap diplomat AS. Serangan terhadap Steven adalah peristiwa ke 6. Lima dubes AS lainnya yang tewas akibat serangan teroris adalah John Mein, Cleo Noel, Rodger Davies, Francis Meloy, dan Adolph Dubes akibat penculikan oleh Settam-e-Melli salah satu kelompok pemberontak di Afghanistan saat  Meloy menuju ke kantornya di Kabul pada 14 Pebruari 1979.

Dari penjelasan berdasarkan data dan fakta di atas rasa-rasanya pantas publik AS mempermasalahkan kemampuan Clinton dalam mengelola keamanan assetnya di Luar Negeri, apalagi ternyata belakangan ia dituduh telah menghapus sejumlah email dari servernya dan baru dipublikasi oleh wikileaks hampir dua tahun setelah ia meletakkan jabatan sebagai Menlu AS.

Melalui website tanya jawab di Hillaryclinton.com   Clinton memberi penjelasan panjang dan lemgkap, bahwa email yang ia pakai untuk menerima dan mengirim berita tidak ada istilah klasifikasi. Jadi tak ada emailnya yang dobobol pada 20 Maret 2013 lalu (sebelum Wikileaks membeberkan secara lengkap pada link disebut di atas -red).

Clinton menjamin emailnya tidak diheck oleh siapapun karena tingkat keamananya sangat tinggi. Tidak juga dapat ditembus oleh sang "Guccifer" hacker kondang yang memiliki nama asli Marcel Lazăr Lehel pada 20 Maret berhasil mencuri perhatian karena -katanya- berhasil mencuri akun Clinton.

Selain Clinton sang Guccifer diketahui terbukti mampu menembus akun AOL beberapa politisi besar AS seperti Colin Powell. Sementara email George Tenet, Richard Armitage, and John Negroponte juga berhasil dibobol termasuk akun email saudaranya presiden G.W Bush yakni Dorothy Bush Koch. 

Apapun kebenaran yang terjadi sesungguhnya dibalik bocornya email HRC, data di atas setidaknya memberi jawaban sejauh apakah peluang ibu negara yang sedang berjuang menjadi kepala negara AS ini menciptakan sejarah baru AS. Mungkinkah AS akan dipimpin pertama sekali oleh seorang wanita juga mencatat sejarah pertama sekali seorang ibu negara yang menjadi kepala negara, di tegah badai skandal email yang semakin terasa kuat menyerangnya.

Di sisi lain, nun jauh dari HRC  di sana -hampir mirip dengan itu- di tanah air kita mungkin juga akan terjadi fenomena serupa meski latar belakangnnya mungkin banyak sekali bedanya, hehehehe.....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun