Jika melihat pada beberapa poin pernyataan bersama dan rekomendasi ISSG di atas ada beberapa hal yang dapat menjebak Rusia dan Suriah yakni tidak adanya utusan dari Turki dan Saudi Arabia dalam merumuskan kesimpulan komunike bersama ISSG yang beranggotakan 15 negara saja (tanpa kehadiran Turki dan Saudi Arabia).
Pertemuan ISSG telah berhasil menjinakkan beruang merah Rusia dan mengandangkannya di pangkalan militer Latakia tanpa dapat beraksi lagi karena posisinya akan dipakai AS dengan alasan menumpas IS namun sasaran berikutnya bisa terjadi posisi pasukan Suriah
Ancaman plan B yang disimpan oleh AS (tanpa disetujui Rusia) bisa jadi berupa zona larangan terbang mulai dari perbatasan Turki sampai ke Alepo atau sekitar 45 mil sepanjang garis perbatasan dari barat ke timur yang berarti akan membuat rezim Suriah tak berkutik karena sudah tidak dapat disokong lagi oleh pesawat tempur Rusia
Tidak memasukkan IS dan Al Nusra dan sejenis dengannya satu sisi menandakan keberadaan mereka tidak diakui dan tetap menjadi hak Rusia dan AS serta pasukan Suriah melakukan serangan, akan tetapi di sisi lain tidak masuknya IS dan al-Nusra dan afiliasinya kemungkinan besar adanya misi rahasia Turki dan KSA untuk meneruskan upaya menggulingkan rezim Suriah dan keberatan dengan gencatan senjata yang dicapai saat ini.
Berkaitan dengan paragraf di atas, ini artinya ada kemungkinan terjadinya pelanggaran genjatan senjata baik yang diterapkan secara langsung oleh IS maupun berupa teori fals flag sehingga menuding Rusia atau tentara Suriah melakukan pelanggaran gencatan senjata terhadap oposisi atau pemberontak Suriah. Inilah yang paling dikuatirkan oleh banyak pengamat karena akan masuk plan B yang kini sedang dielus-elus oleh AS.
Akan tetapi JIKA melihat pada serangkaian upaya mati-matian yang telah dirilis oleh Uni Eropa dan Rusia kelihatannya AS akan serius dan sepenuh hati menjalankan fungsinya memonitor dan mengawal gencatan senajta ini hingga terciptanya pedamaian langgeng di Suriah. Alasannya, NATO telah mengingatkan Turki bahwa aliansi tersebut TIDAK AKAN mau terlibat perang dengan Rusia.
"NATO cannot allow itself to be pulled into a military escalation with Russia as a result of the recent tensions between Russia and Turkey," ujar Menlu Belgia Jean Asselbirn pada Der spiegel 20/2/2016.
Seorang diplomat Jerman dalam NATO menimpali, "We are not going to pay the price for a war started by the Turks," memperlihatkan NATO tak semangat dilibatkan dalam eskalasi berbahaya dengan Rusia.
Bahkan Sekjen NATO, Jens Stoltenberg menegaskan lebih jelas lagi posisi aliansi tersebut dengan terang benderang,
"We have to avoid that situations, incidents, accidents spiral out of control. I think I’ve expressed very clearly that we are calling for calm and de-escalation. This is a serious situation." ujarnya Jumat minggu lalu (20/2/2012).
Terakhir, pada hari yang sama, Presiden Perancis, Holande menyatakan sangat berbahaya jika terjadi perang antara Rusia dan Turki, Sumber : sputniknews